"Gue duluan Bro." Pamit Distra kepada salah satu teman basketnya.Hari ini cukup melelahkan untuk seorang Distra. Dia habis saja bermain basket sekaligus melatih adik-adik kelasnya mulai dari cewek sampai yang cowok. Melelahkan yang dimaksud Distra adalah ketika ia harus melatih cewek yang selalu hilang konsentrasi.
Entah kenapa setiap cewek yang di ajar oleh Distra pasti akan tidak konsentrasi walau pun Distra terus-menerus menasehati sang adik kelasnya.
Disaat ingin mengenakan jaket, tak sengaja mata Distra tertuju pada gadis yang katanya ingin mengisi hati kosong Distra. Di tengah panasnya matahari Syira berdiri dengan tegak tanpa goyah sedikit pun dan tak lupa mata yang menyipit dan rambut yang dikuncir.
Cantik.
Tak sadar suatu kata tergumam oleh Distra yang ternyata masih terus memperhatikan Syira sampai barisan Syira bubar dan di perbolehkan untuk pulang. "Cukup sekian latihan hari ini, sampai berjumpa di sabtu depan." Ujar sang ketua paskibra setelah itu meninggalkan lapangan outdoor.
Syira yang ternyata menghampiri Distra membuat cowok itu langsung tersenyum dan begitu pun gadis yang baru berusia 15 tahun juga ikut tersenyum. Kupu-kupu di hati Syira seperti ber-terbangan ketika melihat Distra menatapnya seperti itu. Tatapan yang tak perna Syira lihat sebelumnya.
"Kak Distra belum pulang?" Tanya Syira pada Distra.
"Tadi udah mau pulang tapi nggak sengaja lihat kamu di lapangan. Aku baru tau ternyata kamu anak paskibra."
Syira tersipu malu dengan apa yang Distra kata 'kan. Cowok itu paling bisa membuat cewek-cewek menjadi seperti Syira sekarang, selalu tak karuan dengan perasaan sendiri.
"Fisik kamu berarti kuat juga,"
"Fisik aku aja kuat apalagi hati. Ya kan?"
Sontak cowok itu tertawa sehingga jejeran giginya yang putih sangat menambah ke-gantengan-nya di mata seorang Syira. "Iya deh, iya. Oh iya, kamu pulang naik apa?" Tanya Distra pada Syira.
Syira langsung menunjukan aplikasi gojek-nya tapi belum ia pesan, masih memilih alamat. Untung saja belum di pesan, Distra menawarkan Syira untuk naik di vespa bututnya, jelas lah Syira tidak akan menolak ajakan Distra.
Selama perjalanan Syira maupun Distra tak banyak ngobrol, berbeda ketika Distra dan Ara ketika ber-goncengan mereka pasti banyak ngobrol sampai-sampai obrolan mereka di akhiri dengan tertawa atau biasanya Ara akan memukul helm Distra biar berhenti ngobrol saat perjalanan. Selama perjalanan juga Distra asik mem-banding-banding-kan Ara dengan Syira, Ara yang jutek atau Syira yang lemah lembut? Gumam Distra dibalik helm bogo-nya.
Kenapa aku banding-banding-in mereka berdua sih? Kenapa harus Ara yang aku banding-in sama Syira??
Distra melewati kompleks rumah Syira. "Kak, kompleks rumahku udah lewat!" Seru Syira membuat Distra tertawa. "Lah, kok ketawa sih? Kak Distra mau culik aku??" Tanya gadis itu kembali.
Hari ini Distra tahu banyak hal soal adik kelasnya yang mendekatinya secara terang-terangan ini yaitu; Syira yang ternyata anak paskibra, Syira yang ternyata memiliki fisik yang lumayan kuat walaupun ia terlihat lemah lembut, dan yang terakhir Syira yang ternyata panikan.
"Kita kerumahku dulu. Mungkin ada yang harus kamu tau sebelum kita terlalu dekat." Jelas Distra tapi itu tidak menutup kemungkinan kalau Syira semakin panik dari yang tadi bahkan jantungnya sudah ingin lompat kejurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISARA [COMPLETED]
Ficção AdolescenteYANG NGGAK SUKA KEBUCINAN HARAP UNTUK TIDAK BACA! Distra menjadikan Ara pusat dunianya, dan Ara menjadikan Distra belahan jiwanya. Distra yang tak ingin melepaskan Ara, dan Ara yang tak ingin bergantung pada Distra. ini tentang Asmara Distra. -//- ...