9

743 89 3
                                    


Pulang sekolah seharusnya Ara dan Distra pergi mendaftar bimbel hari ini, tapi Distra yang serba sibuk itu menolak dengan alasan ia ingin bermain basket dengan teman-temannya padahal hari ini sedang diskon untuk 1 semester saja.

Ara malas sekali berlama-lama di sekolah tetapi ia tidak mungkin pulang tanpa Distra, pasti ada yang kosong apalagi Disya juga lagi ngampus sampai sore, jadi mau tidak mau gadis itu harus di sekolah dan menunggu Distra sampai mengubah bajunya menjadi kaos bersih, bukan kaos yang penuh keringat dan bau menjijikan.

Saat sedang asik membaca komik yang ia pinjam oleh Distra tiba-tiba saja ponselnya bergetar hanya sebentar, pertanda ada notifikasi WhatsApp masuk, Ara meletakkan buku komik keluarga super irit milik Distra dan segera membalas pesan yang masuk. Ah, ternyata pesan dari orang yang mengontrak rumahnya, mengatakan bahwa penyewa rumah itu ingin segera membayar uang kontrakan untuk bulan ini. Ya, selama Ara tidak menempati rumah tersebut ia memilih untuk menjadikannya kontrakan perbulan, jadi setiap bulannya ia bisa menghidupi dirinya dengan uang Rp1.500.000,00 setiap bulan. Terkadang gadis itu akan menyisihkan sebanyak Rp500.00o,00 dan memasukannya kedalam ATM, sedangkan Rp1.000.000,00-nya ia menjadikan uang jajan selama ini jadi hidupnya tidak akan terus bergantung kepada Distra dan keluarganya.

Ara membalas pesan itu bahwa ia akan segera datang kesana.

Gadis itu berjalan ke arah lapangan indoor dan memanggil Distra, tapi cowok itu tetap tidak menyahut, ia terlalu sibuk dengan bola orange yang sangat di perebutkan. Karena sebal, Ara meninggalkan Distra dan bertujuan pergi ke rumahnya dengan naik metro mini saja, mau bagaimana lagi? Metro mini adalah transportasi paling murah di bandingkan memesan ojek online. Ara tidak menunggu lama untuk mendapatkan metro mini sesuai arah tujuan rumahnya, ia lalu masuk kedalam trasportasi umum dan berjalan ke tempat duduk yang masih kosong.

Ara tidak memperhatikan sosok di sebelahnya dia fokus kepada telefon genggamnya dan mengabari kepada Distra melalui SMS kalau dirinya pergi kerumah yang ia jadikan kontrakan sekarang. Orang disebelah Ara sepertinya tidak asing tapi Ara masih saja tidak menyadari padahal ponselnya sekarang sudah ia letakan di dalam saku baju.

"H-hai kak." Sapa seseorang disebelah Ara dengan sangat ragu karena cewek yang menyapa Ara barusan mengetahui sifat Ara yang jutek, sinis, dan tidak banyak bicara walau ke temannya sendiri, kecuali cowok yang di taksirnya.

Ara berbalik dan kemudian senyumnya sedikit tertarik walau terlihat samar. Sulit rasanya ia tersenyum kepada orang yang tidak terlalu dekat. Sangat sulit tapi ia berusaha agar dirinya tidak se-menakut-kan monster di film.

"Mau kemana kak?" Tanya Asyira yang di panggil Syira tapi Bobon lebih suka memanggilnya Ira, jadi Ara sepertinya akan memanggilnya Ira saja karena terdengar lebih bagus saja dan lebih singkat, Ara suka panggilan yang singkat makanya ia lebih menyukai dirinya di panggil 'Ara' ketimbang Asmara.

Gadis itu memang suka yang singkat-singkat tapi kalau soal hubungan, sepertinya gadis itu tidak suka kata singkat.

"Mau kerumah." Balas Ara berusaha terlihat ramah agar Syira tidak terlihat takut padanya.

"Oh gitu, ngomong-ngomong kenapa nggak pulang bareng kak Distra?" Tenang, Ara sudah tahu tujuan Syira kenapa menanyakannya pada Ara. Syira menyukai Distra.

"Dia sibuk main basket sama temen-temennya jadi aku duluan pulang. Memang kenapa?" Kali ini Ara bertanya walau tahu itu cuman basa-basi saja.

Nampak Syira terlihat berpikir kemudian menatap Ara lekat, seperti meminta pertolongan Ara. "Kak Asmara mau nggak kalau bantuin aku dekatin kak Distra? Itu terserah kak Asmara mau bantuin aku atau nggak. Aku nggak maksa." Bujukan Syira seperti membuat Ara berpikir sejenak, tapi tidak ada salahnya ia membantu Syira. Distra juga butuh cewek untuk menjadi kekasihnya, bukan sahabat.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang