23

584 63 1
                                    


Semenjak Ara dan Distra akrab dengan Baskara layaknya sahabat, mereka berdua akhirnya sadar kalau Baskara tidak sama seperti rumor-rumor yang mengatakan cowok itu adalah cowo dingin, jarang bicara, dan lain-lain tapi Baskara adalah Baskara yang nyebelin, sering meledek seseorang tanpa sebab, yang bucin dari sisi mana pun dan yang terpenting dia itu manusia paling gila sedunia.

Dan semenjak Baskara gabung dengan Ara dan Distra perubahan demi perubahan mulai terpancar dari dirinya walaupun masih gila tetapi setidaknya pergaulan-pergaulan tak jelasnya, ia sudah mengurangi hanya untuk fokus pada buku, bahkan anak-anak DPR sampai heran dengan Baskara yang sudah jarang ngumpul-ngumpul dengan mereka di basecamp.

Ara duduk sendiri di kantin dan di sudut pojok, Distra pergi ke perpustakaan menemani Syira belajar, kata anak DPR Baskara masih di kelas berkutat dengan buku tulisnya, Bobon pasti akan gabung dengan anak DPR kalau Distra tidak menemaninya kantin.

Mungkin kalian mengira gadis itu sedih, tidak, ia tidak sedih sama sekali. Terlalu sering kesepian membuatnya terbiasa dengan keadaan, terlalu sering di tinggal membuatnya merasa itu sudah hal yang wajar. Wajar kan? Siapa juga yang betah berlama-lama denganku yang susah beradaptasi dengan lingkungan ini. Katanya dalam hati.

"Aku balik ke kelas saja, mungkin Distra benar-benar tidak akan datang ke kantin." Gumamnya lalu meninggalkan kantin yang sangat ramai dan pengap seperti sedang tenggelam di lautan neraka.

Disisi lain Distra sebenarnya sudah ingin pergi dari perpustakaan dan menyusul Ara di kantin namun gadis disebelahnya ini masih belum paham juga apa yang Distra ajarkan kepadanya bahkan Syira melarang Distra untuk pergi dan meninggalkan Syira di perpustakaan tanpa seorang teman.

"Sudah ngerti nggak?" Tanya Distra memastikan.

Syira akhirnya meng-iya-kan setelah Distra bertanya beribu-ribu kali dan jawabannya pasti 'belum'. "Kak Distra udah mau pergi ke kantin kah?" Kali ini Syira bertanya padahal ia sangat ingin berlama-lama duduk disamping Distra tanpa gangguan orang lain. Syira semakin tidak sabar ingin menjadi kekasih Distra.

"Iya. Kasian Ara kalau sendirian dikantin." Balasnya lalu membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja.

Syira memikir segala cara untuk Distra masih tetap di perpustakaan bersamanya. "Kak Distra aku boleh nanya nggak?"

Distra menoleh, "Boleh. Tanya apaan?"

"Kak Distra tahu kalau kak Ara suka sama seseorang nggak?"

Distra menganggukan kepalanya. "Kenapa emang?"

Syira sebenarnya sedikit ragu untuk mengatakan sesuatu pada Distra tetapi ia merasa dirinya berhak tahu karena ia takut kalau saja Ara suka dengan orang yang ada di hadapannya sekarang. "Boleh aku tau siapa orangnya?"

"Baskara tapi katanya itu dulu nggak tahu kalau sekarang soalnya Ara bukan orang yang suka curhat, lebih seneng memendam sendiri," jeda "Ok, pertanyaan kamu sudahku jawab kan? Sekarang aku pergi." Pamit Distra lalu meninggalkan Syira yang hanyut oleh lamunannya sendiri.

Apa mungkin kak Ara masih suka dengan kak Baskara sampai sekarang? Tapi.. kata kak Distra itu dulu. Iya D-U-L-U! Batinnya berseru dengan pikirannya yang berkecamuk.

"Semoga saja kak Ara masih suka kak Baskara sampai sekarang, kan nggak mungkin dia suka sama kak Distra. Bisa-bisa dia jadi saingan aku."

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang