15

711 65 3
                                    


"Ayo pulang." Pinta Distra menarik tangan Ara agar bergegas pergi dari girls area versi kumuh dan tidak terurus ini tapi masih layak untuk digunakan.

"Pulang? Kamu mau bolos shalat jumat?" Tanya Ara dan menghentikan langkahnya di koridoor belakang sekolah yang tak kalah sepi. Jelas, ini masih jam pelajaran dan beberapa menit lagi siswa yang beragama islam di persilahkan untuk menunaikan shalat jum'at berjamaat di masjid sekolah dan yang non islam seperti kristen misalnya, juga menjalankan ibadah di aula sekolah.

Distra menggelengkan kepalanya dengan kuat-kuat, ia tidak mungkin meninggalkan ibadah karena kalau di tinggalkan ia akan berurusan dengan yang maha kuasa.  "Aku ngajak kamu pulang biar bisa bersih-bersih kan kamu bocor, lagi pula aku bisa shalat jum'at di masjid kompleks kok." Jawab Distra dengan jelas tapi Ara menggeleng kepalanya, gadis itu tidak setuju apa yang dikatakan sahabatnya—Distra.

"Aku nggak bocor kok," katanya menentang lalu membalikan tubuhnya, memperlihatkan roknya yang masih bersih. "Aku nggak bocor sampai ke rok kayak tahun lalu, cuman ada sedikit bercak di itu.." Ara menghentikan penjelasannya karena malu, dan ia tidak berani menjelaskan apa yang dimaksud 'itu'.

Distra tidak pernah merasa aneh kalau Ara tiba-tiba menstruasi seperti sekarang, Distra tidak pernah merasa jijik kalau Ara menceritakan seperti tadi, karena menurutnya ini adalah hal wajar dan hal yang tak perlu di tutup-tutupi.

Akhirnya cowok itu menyerah pasra dan megantar Ara ke kelas.

Ara duduk di kelas sambil menahan rasa sakit di perutnya, pada hari pertama menstruasi Ara pasti merasa sangat kesakitan akibat aktifnya hormon prostaglandin yang memicu kontraksi pada rahim atau biasa orang-orang akan menyebutnya kram.

"Lo kenapa Ra?" Tanya Safah, teman kelas Ara yang cukup galak, karena ia galak, ketua kelas menunjuk Safah sebagai bendahara kelas jadi tidak akan ada yang berani meminjam uang kelas atau membayar iuran terlambat. Semuanya harus tepat waktu.

"Gapapa, Fah."

"Bo'ong banget, itu muka udah pucat banget kayak nggak pernah di kasih makan tujuh hari tujuh malam."

Ara cuman terkekeh kemudian menggeleng kecil.

"Ok kalau gitu. Kalau ada apa-apa ngomong, ya, jangan diem-diem baek aja lo."

Ara mengangguk. "Siap ibu bendahara!" Serunya di selingi dengan sedikit tawa membuat Safah juga ikut tertawa kecil.

Gadis itu berusaha menahan sakit perutnya yang luar biasa, keringatnya sudah mulai bercucuran di pelipis akibat Ara yang menahan rasa sakit tanpa menimbulkan suara sedikit 'pun, dan bibirnya mulai menggetar saking sakitnya. Soal sakit perut hari pertama seperti ini Ara akan merasa sangat kesakitan bahkan pinggulnya ikutan nyeri.

"Safah, aku izin ke GA (girls Area)." Pamit Ara dengan lagaknya seolah tidak terjadi apa-apa.

Saat sudah jauh di kelas, ia tidak pergi ke GA melainkan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Ia membutuhkan minyak kayu putih untuk di hirupnya dan di berikan pada area yang sakit setelah itu pasti tidak akan sesakit tadi.

Saat sampai di UKS, Ara langsung bergergegas ke kotak P3K yang terletak di dekat tempat tidur yang sudah di siapkan lalu mengambil minyak kayu putih dan menghirupnya dengan rakus, di hirup tidak akan ada efek apa-apa jadi Ara mulai memberikan pada bagian perutnya. Untung nggak ada siapa-siapa di sini. Batinnya.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang