20

717 63 0
                                    


Sedari tadi Distra berusaha berulang-ulang kali mengajarkan Baskara rumus-rumus matematika tapi cowok super duper bandel itu sama sekali belum juga mengerti bahkan Ara yang cuman sebagai penonton saja sudah mengerti akibat Distra yang terus mengulang penjelasannya.

Disini bukan cuman Baskara yang belajar tapi Ara dan Distra juga belajar. 2 bulan lagi sudah Ujian Sekolah tapi murid SMA Gemilang termasuk Ara belum siap, bukan belum siap untuk ujian tapi ia belum siap jikalau suatu saat nanti akan meninggalkan gerbang SMA Gemilang ini. Terlalu banyak kisah di sekolah ini yang membuat Ara tidak ingin pergi.

Satu rumus akhirnya bisa Baskara rangkum, kemudian rumus berikutnya. Dirumus berikutnya Ara kembali ikutan belajar, prinsipnya hari ini, esok dan seterusnya ia akan giat belajar dan tidak akan malas-malasan seperti kemarin. 2 bulan lagi bukan waktu yang lama untuk mempelajari apa yang kiranya akan masuk di Ujian Nasional nanti.

"Rumus ketiga apalagi Dis?" Tanya Baskara setelah merangkum rumus kedua.

Baskara memang bukan orang yang hebat soal memahami rumus tapi daya ingatnya lumayan kuat makanya saat ia masih SD, sekolah Baskara adalah sekolah Islam yang banyak menghapal makanya daya ingatnya sudah terlatih sejak dini.

"Tunggu gue tulis dulu." Balas Distra sembari menulis rumus dengan telaten layaknya seorang yang sangat genius.

Setelah menuliskan rumus ketiga yang sangat panjang, Baskara langsung mengeluh tak sanggup melihatnya, "Panjang banget anjir, rumus yang pertama aja susah gue ngerti apalagi si rumus ketiga ini. Mampus otak gue!" Celotehnya tak henti-henti.

"Rumus ini ingatin gue sama—,"

"Sama siapa?"

"Sama Nayara, sama-sama nggak bisa gue ngerti sama isi hatinya tapi selalu pengen di ngertiin."

Distra dan Ara langsung membuang nafas dengan gusar, ia berdua masih tidak mengerti dengan Baskara yang masih saja mengingat mantan disaat seperti ini. Mantan seharusnya dilupakan tapi sikap bucin-nya Baskara ini membuat Ara semakin geli.

"Lo belajar jangan cuman karena pengen Nayara kembali Bas, lo juga memang udah waktunya belajar benar-benar karena UTBK semakin dekat kayak kematian." Jelas Distra setelah itu kembali fokus di buku matematika-nya.

Kini Baskara cuman pasrah saja, "UTBK semakin dekat dan 'dia' semakin jauh." Gumam Baskara tapi masih bisa di dengar oleh Distra dan Ara.

Akhirnya Baskara kembali fokus pada lembar-lembar kertas rumus yang Distra tulis. Cowok itu tidak hanya menuliskan rumus untuk Baskara tapi menuliskan juga untuk Ara. Distra memang benar-benar perhatian kalau salah satu temannya mau berubah demi masa depan ya, walau 'pun niatnya Baskara untuk kembali mengambil hati sang mantan tapi tidak apa, kita bisa mengambil hikmah-nya.

Tiba pada harinya ketika Baskara kembali di tempat bimbel tanpa menujukan raut wajah yang cemberut, sedang sakit hati, galau, dan segalanya yang membuat dia terlihat tidak jatuh lagi di mata seorang Nayara. Baskara seperti itu karena saran dari Distra dan Ara supaya terlihat biasa saja ketika di tinggalkan.

Baskara bahkan menuliskan rumus di papan tulis ketika salah satu mentor yang mengajar matematika menunjuknya untuk naik ke atas. Jelas lah pada saat itu Nayara langsung diam ditempat tanpa berkedip sekali pun. Kok Baskara tahu rumusnya? Tanya Nayara dalam hati sambil memperhatikan tiap gerak dan gerik Baskara tanpa kedip sekali pun.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang