Ara meletakkan pensil yang ia gunakan untuk mengisi TTS yang diberikan Distra tadi pagi sebelum cowok itu pergi ke sekolah untuk bermain basket.Hari ini hari sabtu, sekolah Ara tentu di liburkan kecuali murid-murid yang memiliki ekstra kulikuler wajib datang pada hari sabtu dan murid pengangguran seperti Ara akan mendapatkan libur yang membosankan.
Diatas nakas, gadis itu tak sengaja melihat kartu nama serta nomor telfon. Itu milik Yayahnya yang di berikan beberapa hari yang lalu saat bertemu di cafe Secangkir. Benar kata Yayahnya, pasti suatu hari ia akan membutuhkan pria paruh baya itu.
Dengan ragu Ara mengambil ponsel dan menelfon nomor yang tertera di kartu nama. Ia segera menempelkan pada telinganya. "Hmmm, yayah?" Jelas Ara terdengar gugup tapi itu mampu membuat pengusaha sukses di yogyakarta mampu tersenyum haru.
"Yayah yakin Ra, kamu pasti hubungin yayah." Katanya dengan sangat haru.
Mulut Ara beku, ia tak berani mengajak yayah-nya untuk bertemu setelah kejadian di cafe secangkir itu. Jujur, Ara malu sekali dan ia merasa dirinya sangat bodoh pada saat itu karena lebih mementingkan ego-nya sendiri. Ara juga bingung ingin memulai dari kata mana, ia ingin minta maaf tapi tidak sopan untuk minta maaf lewat telfone seperti ini.
Serba salah banget hidupku.
"Asmara?" Panggilnya dari seberang.
"Eum, Yayah dimana sekarang?"
"Masih di Jakarta,"
Disana Ara tersenyum kecut, "Aku mau ketemu sama Yayah... bisa 'kan?"
"Bisa Ra, sangat bisa!" Seru yayah bersemangat. Siapa yang tidak bahagia ketika Orang tua dan anaknya akan kembali memulai lembaran baru pada hari ini.
Keluarga Ara akan kembali dimulai pada hari ini.
Ara kembali tersenyum ketika mendengar respon yayahnya sangat bersemangat. "Nanti aku SMS tempatnya, sudah dulu." Ara lalu mematikan telfonenya dan bergegas mengambil sling bag-nya lalu pergi ke lantai 1.
Gadis itu tidak perlu mengganti pakaian karena menurutnya apa yang dipakainya sekarang sudah bagus, kaos berwarna putih dengan gambar asrama hogwarts dan celana jeans hitam, menurutnya ini sudah sangat sempurna walaupun sebenarnya di dunia ini tidak ada yang namanya sempurna.
Ara meminta izin pada Disya ingin keluar sebentar dan Ara juga mengatakan kalau Distra tak perlu tahu ia pergi kemana. Dan Disya juga menitip kripik kentang di super market depan kompleks. "Siap mbak, aku pergi dulu, janji jangan bilang ke Distra kalau aku pergi ke cafe secangkir. Ok?"
"Ok boss." Seru Disya disertai hormat.
Ara bergegas pergi ke halte depan kompleks setelah itu menaiki metro mini. Untung hari ini adalah hari sabtu jadi Ara tak perlu berdesakan atau merasa sesak karena jakarta yang ramai dan penuh polusi.
Selama perjalanan Ara tak lupa memakai AirPods pemberian Distra kemudian Gadis itu membuka playlist-nya. Dari tiga playlist yang ada pada aplikasi spotify-nya ia memilih playlist yang berjudul 'gapapa, kita teman'.
Dan disebelah Ara ada seorang Paruh baya dengan rambut putih hampir memenuhi kepalanya dan kantong kresek hitam di tangan sebelah kirinya. Si Ibu menepuk bahu Ara sehingga gadis itu tersentak pada lamunan-nya sendiri. "Ada apa Bu?" Tanya Ara disertai senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISARA [COMPLETED]
Novela JuvenilYANG NGGAK SUKA KEBUCINAN HARAP UNTUK TIDAK BACA! Distra menjadikan Ara pusat dunianya, dan Ara menjadikan Distra belahan jiwanya. Distra yang tak ingin melepaskan Ara, dan Ara yang tak ingin bergantung pada Distra. ini tentang Asmara Distra. -//- ...