Setelah mendapatkan S1 dari jurusan DKV, Ara memutuskan untuk bekerja sebagai seorang Illustrator di sebuah perusahaan penerbit di Jogja. Kerjaan yang tak pernah terlintas di pikirannya selama masa SMA dulu. Awalnya Ara masuk di jurusan DKV karena Ia cuman suka menggambar tanpa tahu tujuan setelah masuk.Kemudian saat di semester 4, terbesit dipikiranmya untuk menjadi seorang Illustrator makanya setelah mendapat gelar S1 ia akhirnya mencoba untuk melamar kerja di salah satu penerbit besar.
"Mau cokelat panas juga?" Tanya seorang pria yang merupakan seorang illustrator seperti Ara.
"Boleh." Jawab Ara sembari tersenyum.
Malam ini ia sedang lembur di karenakan di kejar oleh deadline yang padat. Sebagai seorang illustrator pekerjaannya tak mudah yang di bayangkan orang-orang. Setelah membuat illustrasi, akan ada penilaian illustrasinya, jika tidak sesuai dengan keinginan perusahaan maka illustrasinya di ulang kembali atau rombak sedikit sesuai kemauan perusahaan penerbit.
Pria yang tingginya sekitar 179 CM datang dengan dua gelas yang ia genggam dengan menu yang sama. "Semenjak aku suka buatin kamu cokelat hangat, aku juga ikutan suka lho." Ujar pria tersebut membuat Ara tertawa.
Yap! Setiap lembur, Ara selalu meminum cokelat hangat. Ketika minum ia akan kembali bernostalgia masa dimana Ara dan Distra ketika lembur mengerjakan tugas sekolah, pasti Distra selalu meminta dibuatkan cokelat hangat ketika kantuknya menyerang.
"Udah jam sebelas, Ra."
Ara melirik jam tangannya. "Tunggu dikit lagi. Kalau mau pulang duluan aku gapapa, kan tinggal dikit lagi." Jelasnya seraya masih berkutat dengan stylush dan wacom tabletnya.
"Aku tungguin aja, sekalian antar kamu pulang kan."
"Nggak usah," tolaknya. Beberapa hari ini selama mereka lembur Ara pasti selalu di antar dengan pria tersebut padahal arah rumah mereka jelas-jelas berlawanan arah dan perempuan itu tidak ingin merepotkanya lagi.
"Aku nggak keberatan. Tenang saja,"
Perempuan itu mendengus. "Tapi ini yang terakhir kali kamu antar aku pulang,"
"Aku nggak janji."
Ara akhirnya menyerah. Pria di hadapannya ini sangat sulit untuk di ajak bernegoisasi padahal ini demi kebaikannya, bukan untuk Ara sendiri. "Ayo pulang sekarang." Ajaknya setelah itu mematikan layar tab dan computer miliknya.
"Kukira belum selesai?"
"Besok pagi aku bakal datang lebih cepat dari biasanya untuk lanjut. Kita pulang saja sekarang," Ara kemudian memasukan tab beserta alat stylush-nya kedalam tas. "Ayo!" Ajak wanita tersebut dengan meraih tangan pria tersebut untuk segera keluar dari kantor ini.
Seharian bekerja dari pagi sampai malam membuat Ara mulai terbiasa dengan waktunya sekarang. Kalau dulu saat jaman-jaman sekolah Ara sudah kelelahan di jam 12 siang dan setelah masuk di jurusan DKV, bahkan tak tidur seharian atau dua hari.
Jadi, sekarang ia merasa tidak terbebani walau kantuk yang selalu menyerangnya setiap saat.
Setibanya di mobil, Pria itu memberikan Ara sebuah amplop pernikahan.
"Kamu mau nikah?" Tanya Ara dengan mata yang berbinar.
"Aku aja belum nembak cewek yang aku suka, malah tiba-tiba langsung nikah,"

KAMU SEDANG MEMBACA
DISARA [COMPLETED]
Genç KurguYANG NGGAK SUKA KEBUCINAN HARAP UNTUK TIDAK BACA! Distra menjadikan Ara pusat dunianya, dan Ara menjadikan Distra belahan jiwanya. Distra yang tak ingin melepaskan Ara, dan Ara yang tak ingin bergantung pada Distra. ini tentang Asmara Distra. -//- ...