16

647 69 5
                                    


"Baskara beneran bakal bimbel disini?" Tanya Nayara dengan mimik syoknya ketika mengetahui Baskara akan bimbel pada hari ini.

Ara menundukan kepalanya, ia benar kecewa dengan tindakan yang di ambil dengan Baskara, cowok itu terlalu nekat untuk mengambil hati sang primadona padahal baru saja di putuskan, Ara tidak sedih kalau Baskara akan memperjuangkan cintanya ke Nayara, ia merasa geli saja kalau cowok bandel itu rela bimbel mahal-mahal tapi cuman ingin mencuri perhatian.

Distra melirik ke arah gadis di sebelahnya yang berusaha menyembunyikan kekecewa-an. "Kamu masih suka sama Baskara?" Bisik Distra, cowok yang tingginya seperti tiang itu takut kalau sahabatnya patah hati. Lagi.

"Nggak lah." Balas Ara dengan berbisik kemudian memilih fokus pada kertas di hadapannya.

Kebetulan mentor yang mengajar keluar sebentar untuk mengurus sesuatu, entah lah apa tapi katanya penting dan ia tidak akan lama.

Ruangan kembali rusuh ketika Baskara sudah masuk dengan pakaian kaos hitam serta jaket jeans senada dengan warna kaos tanpa membawa tas, kan memangnya sudah jelas "ingin kembali mengambil hati mantan" dan cara satu-satunya adalah ikutan bimbel.

Baskara duduk tepat di belakang Nayara, gadis dengan sweater merah jambu tersebut menjadi canggung dan kikuk. "Hai Ra." Sapa Baskara kepada Ara dengan senyum yakinnya.

Ara tidak membalasnya malahan sibuk dengan kertas soal di hadapannya padahal sebenarnya ia juga bingung dengan soal itu, soalnya sangat sulit sekali padahal mentor yang mengajar tadi sudah mengajarnya tapi masih belum mengerti-mengerti makanya teman-teman Ara mengejeknya otak gesrek.

"Naya." Panggil Baskara dari belakang tapi tidak di gubris sama sekali oleh Nayara. "Naya kenapa Lo putusin Gue sih? Emang gue salah apa sampai Lo putusin Gue. Malah putusnya lewat chat lagi, nggak punya akhlak banget." Baskara terus mengeluarkan unek-uneknya ke Nayara tapi tak satu pun di tanggapi oleh gadis itu.

"Naya! Lo kenapa si."

"Elo yang kenapa! Nggak seharusnya Lo bahas ginian di tempat bimbel."

"Nggak seharusnya Lo putusin Gue di chat gitu aja dan tanpa alasan." Balas Baskara santai.

Seketika semuanya diam tak berkutat sama sekali, mereka cuman menonton termasuk Distra dan Ara yang menonton pertengkaran remaja itu bahkan sekarang semuanya tak lagi menggenggam pulpen dan menatap papan tulis yang penuh dengan penjelasan.

Baskara tersenyum sinis. "Lo nggak bisa jawab 'kan? Iyalah, karena Lo yang salah bukan Gue." Tutur Baskara dengan senyum sinisnya.

Nayara membulatkan matanya, ia tak menyangka dengan apa yang Baskara katakan barusan, ia tak menyangka kalau Baskara menuduh dan memojokan dirinya. Nayara punya alasan, gadis itu pasti punya alasan. Kata Ara dalam hati yang masih menatap perkelahian ego itu.

"Tuan Baskara, sebenarnya Gue nggak mau ngomong disini tapi Lo mancing Gue buat ngomong alasan Gue apa. Ok, Gue putus-in lo karena gue udah enek dengan kelakuan lo yang bandel itu, yang nggak pernah mau berubah, dan cuman selalu mentingin hidupnya sendiri."

"Dan, dan Gue nggak bisa lanjut-in hubungan kita karena sikap Lo yang masih remeh-in pendidikan." Setelah itu Nayara kembali duduk di tempatnya tanpa memperdulikan Baskara mematung di tempat.

Baskara yang nakal, Baskara yang selalu melanggar peraturan, Baskara yang acak-acakan, Baskara yang katanya ketua geng SMA Gemilang, dan Baskara yang sangat mencintai Nayara juga bisa bersedih seperti sekarang tapi kesedihannya tak ia tunjukan sama sekali bahkan ia kembali duduk di tempat dengan kepala yang di tidurkan. Murid-murid yang lain juga sudah duduk di posisi semula.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang