Terlihat seorang gadis remaja membawa beberapa buah tangan untuk ia berikan kepada seseorang yang hari ini berhalangan hadir ke sekolah karena masih demam sejak tadi malam, untungnya siang ini suhu tubuh gadis yang sedang duduk di depan televisi mulai mendingan tadi pagi.Distra juga melarangnya untuk ke Sekolah hari ini. Ia tidak ingin Ara kembali sakit seperti tadi malam.
Hari ini rumah Distra cukup ramai, ada Syira dan Baskara. Syira datang dengan tujuan ingin menjenguk dan sekalian minta maaf ke Ara dan kalau Baskara ia ingin menjenguk gadis jutek dan sinis itu sekalian belajar kelompok. Rumah juga sedang kosong, Papap dan Mamam Distra masih di kantor seperti biasa dan Disya selalu sibuk dengan urusan kuliahnya.
Baby fiver masih terlekat pada kepala Ara, gadis itu baru saja mengambil dari kulkas dan cokelat hangat buatannya sendiri pasti selalu ada menemaninya. Selain itu si gadis dengan kepala yang masih saja terus berdengung terus merutuki ke bosanan yang terus saja menghantuinya hingga siang hari.
"Araaa," panggil Distra membuat Ara segera pergi keluar untuk menghampiri cowok itu.
Sesampainya Ara melihat kedatangan Baskara dan juga Syira yang membawa banyak buah-buahan dan cemilan. "Ini semua untuk aku?" Tanya Ara melihat beberapa makanan yang masih Syira genggam dan beberapa lagi sudah ia letakan diatas nakas berwarna putih.
"Iya, mereka berdua pengen jenguk kamu," balas Distra meluruskan.
Ara menganggukan kepala. "Terima kasih dan maaf merepotkan." Ujarnya lalu mengambil alih parsel buah yang Syira genggam kemudian meletakannya di nakas.
Syira tersenyum kecut lalu menggelengkan kepalanya. "Aku yang minta maaf karena aku kak Ara jadi demam kayak gini, seharusnya kemarin aku nggak usah minta tolong sama kak Distra kalau ujung-ujungnya kak Ara demam sampai-sampai nggak pergi ke sekolah."
Distra sebagai tuan rumah mempersilahkan para tamu-tamunya termasuk Ara untuk duduk sebentar karena ia ingin membuat sirup melon dengan buah-buah yang baru saja ia beli dengan Syira. Di dapur ternyata Syira mengikuti Distra, ia ingin membantu juga karena takut Distra akan kerepotan sedangkan Ara di tinggal diluar dengan Baskara.
Suasana di dapur lebih hangat dibandingkan di ruang tamu, suasana canggung yang selalu Ara rasakan setiap berada disamping Baskara walaupun ia tidak menyimpan perasaan sedikit pun kepada Baskara.
"Kak Distra, ini buah-buahnya aku potong semua?" Tanya Syira.
Distra menoleh dari kesibukannya yang sedang menakar sirup melon, "Nggak usah, kalau semua nggak ada yang habiskan juga. Jadi kamu kira-kira aja seberapa banyak." Jelas Distra yang langsung di angguki oleh Syira.
Saat Syira sedang memotong buah kiwi tangannya tak sengaja tergores pisau yang lumayan tajam alhasil tangannya berdarah. "Aduhh," keluhnya lalu mengibaskan tangannya yang terasa sakit akibat ulahnya yang tidak hati-hati. Pada saat itu juga Distra langsung menoleh dan mendapati Syira sedang menahan rasa sakit pada jari telunjuknya.
Distra bergegas mengambil tissu yang terletak di meja makan lalu membersihkan darah yang ada pada jari Syira. "Makanya kalau berurusan sama pisau harus hati-hati, kan kalau nggak hati-hati jadinya kayak gini." Komentar Distra sambil terus membersihkan darah yang ada pada jari Syira.
"Ini udah nggak apa-apa kak, aku bisa lanjut lagi kok!" Seru Syira lalu mengambil kembali pisau dan mulai melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

KAMU SEDANG MEMBACA
DISARA [COMPLETED]
Ficção AdolescenteYANG NGGAK SUKA KEBUCINAN HARAP UNTUK TIDAK BACA! Distra menjadikan Ara pusat dunianya, dan Ara menjadikan Distra belahan jiwanya. Distra yang tak ingin melepaskan Ara, dan Ara yang tak ingin bergantung pada Distra. ini tentang Asmara Distra. -//- ...