12

710 69 2
                                    


Distra sibuk berkutat di depan laptopnya, sekarang ia sedang mengerjakan tugas power point yang akan di kumpul besok dan materinya adalah sejarah Komputer yang mewajibkan 20 slide, tapi cowok itu bahkan baru mengerjakan 10 slide. Ia lupa saat itu karena terlalu asik dengan komiknya.

Saat sedang serius-seriusnya mengerjakan tugas, Disya malah sibuk memanggil Distra padahal kalau sedang serius seperti ini, Distra tak bisa di ganggu, kalau di ganggu semua yang ada di pikirannya langsung buyar begitu saja. "Distraaa." Panggil Disya, lebih tepatnya ia teriak sejadi-jadinya tak peduli tetangganya sampai terganggu. Distra tak menggubris sedikit 'pun sehingga Disya menggedor pintu itu dengan keras-keras. "Distra, kamu masih hidupkan? Kalau masih hidup bukain pintunyaaaaa."

Distra menatap pintu itu secara tajam, berharap tatapannya bisa menembus dan kakaknya bisa melihat aktivitas Distra yang di sibukan dengan tugas.

"Distra bukain, kalo kamu nggak buka, Mbak bakalan dobrak pintu kamu!" Serunya Disya.

Kayak bisa aja. Gumam Distra setelah itu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu yang terus menjadi sasaran pukulan dan tendangan kasar dari Disya. Ah, sepertinya Disya memang sudah benar-benar sebal karena adiknya yang tak kunjung merespon kehadirannya di balik pintu.

Distra membuka pintu tersebut, saat pintunya terbuka, Disya langsung mencubit pipi adiknya dengan gemas dan bercampur dengan kesal, sampai-sampai pipi Distra memerah seperti kepiting rebus asam pedas.

"Sakit tau!"

"Biarin! Siapa suruh kamu di panggil-panggil nggak keluar-keluar dari kamar kayak orang nggak punya telinga."

"Aku sibuk kerjain tugas power point. Besok aku mau presentasi individu tapi baru jadi 10 slide padahal seharusnya 20 slide." Distra menjelaskan kenapa dia tidak mau membuka pintu kamarnya. "Lagian pasti mbak Disya nyuruh aku kan?" Tanya Distra membuat Disya nyengir tidak jelas.

"Aku minta tolong dong, Dis. Sekali aja."

Distra lalu menggelengkan kepalanya. "Aku nggak mau. TITIK." Tegas Distra.

Disya lalu mendengus, lalu ia melirik pintu kamar Ara yang tertutup rapat. Sekilas, terlintas ide cemerlang untuk membujuk Distra untuk membelikannya keripik kentang di mini market atau supermarket di dekat sini.

Disya langsung mengetuk pintu kamar Ara. Tok! Tok! Tok! Tiga kali ketukan, Ara langsung membuka pintu kamarnya dan melihat dua makhluk yang 11 12. Dua makhluk yang paling cerewet yang pernah Ara temui di muka bumi ini.

Ara mengkerutkan keningnya, ia bertanya-tanya kenapa dua makhluk ini berdiri di depan kamarnya. "Kenapa Mbak?"

"Ara, tolong bujuk Distra dong biar mau pergi ke minimarket untuk beli keripik kentang." Bujuk Disya kepada Ara yang jelas-jelas lebih tua tetapi kelakuan Disya lebih kekanak-kanakan dari pada Ara.

Ara menatap Distra, biasanya kalau cuman tatapan Distra bakalan cepat luluh dan akhirnya mengalah. Yap! Sepertinya benar-benar terjadi, Distra mengalah. "Aku bakalan pergi untuk belikan nenek lampir ini keripik kentang, tapi kamu juga harus ikut." Pinta Distra dengan intonasi yang tegas.

Gadis itu menggeleng. "Nggak bisa, aku lagi sibuk kerjain tugas power point karena masih tujuh slide, nanti kalau tugas aku nggak selesai, kamu nggak kasihan sama aku kalau nanti bakalan di hukum dipanas matahari karena nggak kerjain tugas?" Dan terjadi lagi, Distra mengalah dan akhirnya bergegas mengambil kunci mobil.

Sudah malam, sebaiknya Distra naik mobil saja biar aman.

Selama perjalanan ini Ara belum menemukan minimarket yang terbuka padahal ini baru jam setengah sembilan malam, setahu Distra minimarket akan tutup kalau sudah jam 12 malam atau biasanya ada minimarket yang nggak pernah tutup. Contohnya seperti Alfamart yang buka 24 jam.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang