8

841 85 2
                                    


Semua siswa-siswi yang telah melaksanakan ujian kimia seperti membutuhkan obat sakit kepala, otak mereka semua seperti hangus terbakar akibat soal yang sangat sulit. Selain itu mereka juga sangat membutuhkan tempat untuk beristirahat tetapi mereka yang baru saja melaksanakan ujian kimia dadakan malah harus olahraga di jam 9 pagi.

Semuanya tampak sedang mengeluh, disaat sedang pusing seperti saat ini malah di suruh untuk lari lima putaran dengan lapangan yang sangat-sangat luas, bahkan saat menatap lapangan itu dan membayangkannya saja sudah capek sejadi-jadinya, apalagi di lakukan dengan dua kaki dan kepala yang pusing. Mau marah, tapi takut sama Pak Ramli, guru olahraga yang sukanya kejar-kejaran sama anak SMA Gemilang.

Ara duduk di pinggir lapangan, tepat di bawah pohon sembari menatap lurus kedepan, fokusnya sedang ke arah Distra yang sibuk bermain basket melawan kelas nakal, kelasnya Baskara. Berusaha Ara memilih fokus melihat sahabatnya tapi ada saja godaan setan yang menyuruhnya menatap mantan teman kelasnya.

Hari ini jam pelajaran olahraga di kelas Ara bersamaan dengan jam pelajaran di kelas Baskara, dan yang lebih parahnya guru Olahraga kelas Baskara yang bernama Pak Usman tidak bisa hadir hari, katanya Pak Usman pergi menyaksikan anaknya yang sedang mengikuti lomba cerdas cermat tingkat provinsi dan mewakili SMA Gemilang, jadi, mau tidak mau kelas Baskara dan kelas Ara harus gabung.

Ada rasa sedih sekaligus bahagia. Sedih karena masih saja melirik Baskara padahal sudah yakin dengan dirinya sendiri kalau ia sudah tidak menyukai Baskara, bahkan sudah sangat yakin. Dan bahagianya, Distra sudah mengetahui dan cowok itu terlihat biasa saja, Ara kira Distra bakalan marah karena Ara suka dengan cowok modelan Baskara.

"Ayo yang main basket di berhentikan dulu, dan perempuannya yang bertedu di bawah pohon, kesini." Pinta Pak Ramli yang tengah berdiri di lapangan indoor.

Semuanya bergegas menuju tempat yang di tunjukkan oleh Pak Ramli. Dua kelas akan sangat merepotkan Pak Ramli apalagi umurnya yang hampir 45 tahun akan tambah merepotkan dirinya.

Setelah semuanya berbaris dengan rapi di hadapan Pak Ramli, "Pak Usman tidak bisa menghadiri karena harus mendampingi anaknya di lomba cerdas cermat tingkat provinsi, makanya kelas kalian," tunjuknya pada kelas Baskara "harus Bapak ambil alih walau pun Bapak harus mengajar dua kelas sekaligus."

"Ada enam puluh empat murid di hadapan bapak, kalian yang nggak suka sama mata pelajaran Olahraga tidak semudah itu mengelabui bapak untuk kabur dari mata pelajaran Olahraga, dan teruntuk perempuan yang nggak suka dandanan-Nya luntur karena panas matahari, itu urusan kalian, ya, siapa suruh pakai make up setebal itu." Tegas Pak Ramli dan sedikit singgungan untuk siswi yang memakai make up ke sekolah padahal sudah ada aturan sekolah untuk tidak memakai riasan pada wajah.

Siswi SMA Gemilang yang mendengar kata Pak Ramli merasa tersinggung dengan ucapannya dan langsung mengambil cermin kemudian melihat kondisi riasan wajahnya yang sudah luntur akibat matahari. Walaupun masih jam 9 tapi cuaca di kota ini sudah sangat panas akibat matahari pagi.

"Oke, jadi kita akan Olahraga lari sebanyak lima putaran di lapangan outdoor. Jadi sistemnya biar nggak makan waktu yang banyak, setiap putaran harus ada satu dari perwakilan kelas Pak Usman dan satu lagi perwakilan dengan kelas yang bapak bimbing. Mengerti?" Para murid-murid itu tidak mengerti apa yang Pak Ramli katakan sehingga guru itu harus bertepuk jidat. "Wes, bapak kasih contoh. Asmara maju ke depan." Tunjuk pak Ramli kepada Ara karena sebenarnya guru itu sangat tahu kalau Ara sangat malas dengan pelajaran Olahraga.

Ara berdiri dan maju sesuai perintah Pak Ramli. "Sebutkan berapa nomor urut kamu."

"Dua belas pak."

"Baik. Dari kelas sini yang nomor urut dua belas siapa?" Tanya Pak Ramli kepada kelas nakal.

Baskara mengangkat tangannya, kemudian Pak Ramli menyuruh Baskara untuk maju ke depan bersama Ara, dengan santainya Baskara maju kedepan tanpa tahu sekarang kedaan jantung Ara tidak baik-baik saja, selain Ara yang merasakan deg-deg-an luar biasa Distra malah merasa Ara terlihat biasa-biasa saja, seperti tidak merasakan sedang malu atau canggung berada di samping Baskara. Cowok yang pernah Ara sukai.

Ara sebisa mungkin terlihat biasa saja di hadapan teman-temannya, berusaha terlihat jutek dan bodoamat ketika Baskara berada tepat di sampingnya.

"Kalian sudah mengerti?"

"Mengerti pak!" Serunya dengan kompak.

Pak Ramli mulai memulai dengan nomor urut 1 sampai akhir. Semuanya sudah di gabung-gabungkan. Ara bersama Baskara sedangkan Distra bersama seseorang yang tidak Ara kenal, yang pastinya orang yang bersama Distra sekarang sesuai dengan nomor urut Distra yaitu; 19.

Saatnya giliran Ara dan Baskara, "priittt." Kode dari pak Ramli untuk segera lari memutari lapangan seperti orang yang di hukum. Ara berusaha menyeimbangkan larinya dengan Baskara tapi cowok itu sangat susah untuk di raih dan di seimbangkan, ingin sekali Ara mengatakan jangan terlalu cepat tapi rasanya ia sangat sulit mengeluarkan kata-kata dari mulutnya jika sudah berhadapan langsung dengan Baskara, makanya setiap bertemu Baskara ia cuman diam tak banyak bicara.

Ara sudah ketinggalan jauh dibelakang Baskara. Tubuh Ara yang hanya mencapai 160 CM dan langkah yang sangat kecil juga di tambah energi yang kurang akibat terkuras oleh mata pelajaran Kimia membuatnya seperti hewan siput yang sangat lambat. Baskara bahkan tidak balik ke belakang sama sekali, cowok itu cuman fokus pada dirinya sendiri.

Disisi lain Distra terus menyemangati Ara. "Ra, ayoo jangan nyerah!" Teriaknya dengan lantang menyoraki nama Ara tanpa malu "Baskara, tungguin Ara di belakang. Dia susah seimbang-in langkah panjang Lo." Distra memberi instruksi kepada Baskara, dan cowok itu langsung melihat Ara yang masih di putaran ke tiga sedangkan Baskara sudah di putaran ke Empat.

Baskara memperlambat, akhirnya dia sadar kalau ia tidak memutari sendiri melainkan bersama gadis kecil yang super lambat. "Buruan! Lo nggak liat, gue udah jadi kepiting rebus di bawah panas matahari?" Seru Baskara yang masih menunggu Ara dan gadis itu sudah sangat terlihat lelah. Lari sangat menyiksa tubuh Ara, serta tenaganya. Bisa-bisa gadis ini pingsan seperti di drama-drama.

Akhirnya Ara menggapai Baskara, dan Baskara tidak memberikan Ara kesempatan untuk istirahat ia malah langsung lari ketika Ara sampai, mau tidak mau gadis itu harus lari kembali. Saat sudah mencapai putaran ke lima Ara semakin lelah dan tambah semangat karena segera ia mengganti baju seragam olahraga menjadi seragam putih abu-abu. Lelahnya ini bisa terbayar dengan nilai 90. Pak Ramli tidak akan memberikan nilai 100 kepada siapa saja, karena menurut pak Ramli tidak ada yang sempurna di dunia ini walau sejago apapun ia menunjukan ketekunan dalam bidang Olahraga.

Usai sudah lima putaran. Ara langsung berjongkok di bawah terik matahari saking capeknya, kemudian datang Distra yang membawakan sebotol minum. "Kirain tadi bakal pingsan." Ujarnya sembari memberikan botol minum.

"Enak aja!" Seru Ara menepis perkataan Distra.

"Bagus dong, bisa di tolongin sama cowok yang di taksir selama ini." Distra mengeluarkan kata-kata yang menyiksa dirinya sendiri.

"Aku bilang PERNAH. Bukan sekarang." Balas Ara menekankan pada kalimat pernah.

Syukur deh kalau cuman pernah.

Araaaa!!

11 mei 2020JANGAN LUPA VOMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 mei 2020
JANGAN LUPA VOMMENT!

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang