Ara membaringkan tubuhnya diatas kasur dengan deruh nafas yang sulit diatur dan pelipis yang penuh dengan cucuran air keringat. Tidak, Ara tidak mimpi buruk melainkan ia baru saja pulang dari jogging pagi ini bersama Distra.Hari ini tanggal merah padahal bukan hari minggu, kalau tidak salah hari ini adalah Hari Raya Nyepi, sekilas Ara tadi melewati kalender jadi mau tidak mau ia melihat tanggal hari ini.
Kalau Ara langsung pergi rebahan saking lelahnya berkeliling kompleks dan kalau Distra langsung bergegas mengambil handuk dan membersihkan dirinya. Distra kan termasuk cowok yang bersih dan perfeksionis jadi ia selalu membersihkan dirinya sedangkan Ara, masa bodo lah dengan bau dibadannya.
Saat ingin memejamkan mata, ketukan pintu kamarnya terdengar sangat mendesak.
Tok! Tok! Tok!
Ah, ini pasti Distra. Gumam Ara lalu berjalan ke arah suara ketukan.
Saat pintu terbuka, Distra malah menunjukan wajah sok jijiknya kepada Ara. "Mandi buruan!" Pintanya sambil menutup hidungnya agar ia tidak mencium bau asam.
"Buru-buru banget, aku mau tidur dulu sebentar."
"Baskara ada dibawa, kamu nggak malu dengan bau badan kamu yang bisa bikin orang pingsan ditempat?"
"Ngapain dia datang kesini? Kan udah jelas-jelas dia ditolak sama Nayara berarti buat apa dia berjuang dengan mempelajari semua mata pelajaran." Hardiknya dengan nada malas. Nada malas itu tidak di buat-buatnya, dia memang malas melakukan aktivitas di tanggal merah seperti ini.
Distra kemudian meletakan tangannya lalu mengacak-acak rambut Ara dengan gemas. "Dia mau belajar karena sebentar lagi US bukan karena Nayara. Buruan mandi!" Pintanya kembali dan cowok itu segera pergi dari depan pintu kamar Ara.
Ara mendengus lalu bergegas mengambil handuk dan melenceng begitu saja kedalam kamar mandinya.
Disisi lain, Baskara sudah duduk di ruang tamu bersama Distra, mereka berdua belum memulai pelajaran tapi mereka berdua sedang asik mabar. "An ally has been slained." Yap! Mereka memang sedang memainkan game Mobile Lagend.
Awalnya Distra ingin bermain PUBG (player unknown's battelground) tetapi Baskara sedang tidak mood jadi mau tidak mau Distra mengalah.
Distra tahu perasaan Baskara sedang teduh sekali pada saat ini walaupun ia berusaha menyembunyikan perasaan sakitnya dengan bermain game daring.
Saat tengah asik-asiknya, Ara datang lalu mengambil paksa ponsel Distra dan Baskara.
"Apa?! Katanya mau belajar tapi malah asik main game," sebelum mereka berdua melotot Ara lebih dulu meletot disertai ngegas.
"Ni orang suka banget bikin rusuh, ih, pengen gue kunya ginjal Lo." Omelan itu berasal dari Baskara.
"Tau nih Ara, lagi seru lhoo itu game-nya, kamu malah asik narik aja."
"Sekali lagi kalian protes, aku nggak bakal ikutan belajar sama kalian berdua." Ancamnya dan langsung dituruti oleh Distra dan Baskara.
Seperti biasa, selama belajar Distra berganti profesi menjadi guru dadakan tanpa di bayar sepeserpun sama teman-temannya, walaupun melelahkan tapi ia juga bangga bisa membagikan ilmu ke teman-temannya.
"Capek-capek gue cakarin hasilnya cuman tiga. Kenapa bukan satu tambah dua aja kalau ujung-ujungnya cuman tiga." Komentar Baskara dengan hasil jawaban yang ia raih sendiri walaupun ia juga akan memastikan jawabannya sudah benar atau tidak.
Ara ikutan mengangguk kala Baskara ngomong seperti itu. Dulu juga ia pernah mengatakan hal seperti itu saat di kelas tapi malah di tertawakan dengan teman-teman kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISARA [COMPLETED]
Teen FictionYANG NGGAK SUKA KEBUCINAN HARAP UNTUK TIDAK BACA! Distra menjadikan Ara pusat dunianya, dan Ara menjadikan Distra belahan jiwanya. Distra yang tak ingin melepaskan Ara, dan Ara yang tak ingin bergantung pada Distra. ini tentang Asmara Distra. -//- ...