21

600 62 0
                                    


Satu demi persatu siswa-siswi SMA Gemilang berlarian keluar kelas akibat bel sekolah telah berbunyi. Hari ini dikelas Ara dan Distra cukup di padati oleh pembahasan-pembahasan kapan akan di mulainya TO (try out), UNPRAK (Ujian Praktik), dan US (Ujian Sekolah) dilakukan secara pertahap.

"Ra, kita... nggak bisa pulang bareng." Ujar Distra sedikit ragu dengan apa yang ia katakan sendiri.

Ara mengerutkan keningnya.

"Aku mau pergi sama Syira ke toko buku, dia minta bantuan aku buat cari-in LKS matematika soalnya di koperasi sekolah kita sudah habis."

"Oke. Berarti hari ini kita nggak jadi belajar bareng?" Kembali Ara bertanya memastikan jadwal hari ini.

"Nggak, Baskara juga hari ini nggak bisa karena mau lomba futsal yang terakhir kalinya sebelum dia nggak menjabat lagi jadi ketua tim futsal sekolah kita."

Ara menganggukan kepala. "Yaudah aku duluan. Have fun." Setelah itu Ara benar-benar meninggalkan kelasnya dengan hati yang tersayat dengan perkataan yang simple.

Ia mengeluarkan benda pipih dari tasnya. Gadis itu akan memesan Ojek Online saja ketimbang naik metro mini yang pastinya akan berdesak-desakan disana, terlebih lagi ini adalah jam pulang sekolah jadi kemungkinan isinya adalah anak-anak sekolah yang sangat berisik karena bercanda gurau tidak mengenal tempat.

Beberapa kali Ara harus mengulang orderannya karena di cancel oleh mang ojolnya. Ada yang meng-cancel akibat perutnya yang tiba-tiba mules, ada yang sedang makan di warung nasi padang, dan ada yang meng-cancel diam-diam tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu.

Dan akhirnya Ara mendapatkan mang ojol yang langsung merespon dengan cepat.

"Atas nama Asmara!" Seruan itu terdengar dari salah satu mang ojol.

Spontan Ara mengangkat tangannya, memberikan instruksi bahwa ia adalah gadis yang bernama 'Asmara'. Mang ojol menghampiri Ara lalu memberikan helm berwarna berwarna hijau. "Sudah siap?"

Ara menganggukan kepalanya, ia tidak perlu mengatakan 'siap' jika saja wajahnya terlihat di kaca spion kendaraan roda dua itu.

Selama perjalanan Ara cuman menatap jalan raya yang saling melambung, menyalip, atau bahkan berhenti di sebelah kiri. Lamunannya ditemani dengan playlist spotify-nya yang berjudul playlist nangis. Entah kenapa hatinya hari ini mendung seperti cuaca sekarang, padahal sejak disekolah ia nampak biasa-biasa saja dan masih bisa tersenyum kecil ketika Bobon menghiburnya dengan lawakan jahil.

Tapi sekarang, ia merasa ada yang aneh dari dirinya semenjak—entah lah, ia juga tak bisa memastikan bahwa hatinya sakit karena Distra yang pergi bersama Syira.

Enak jadi orang kayak Ira. Sekali suka sama seseorang langsung to the point. Sedang aku? Aku cuman diam menatap dia dari jauh tanpa mau bertindak sedikit pun. Aku memang lemah kalau berurusan dengan perasaan. Batinnya kembali beranggapan yang muluk-muluk.

Ara sedang mendengarkan lagu Perih-Vierra. Musik hits tahun 2000-an yang masih Ara dengar terus berulang-ulang.

Sebuah tetes demi tetes air jatuh membahasi Ara, rupanya sekarang sudah gerimis dan Ara tidak membawa jaket atau jas hujan sama sekali sebagai antisipasi. Biasanya ia akan bawa jaket tapi tadi pagi gadis itu berangkat ke sekolah menggunakan mobil kesayangan Distra yang tidak perlu memakai jaket lagi.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang