7

907 92 3
                                    


Sudah beberapa kali Distra mengetuk pintu kamar Ara tapi belum saja di buka kan. Cowok itu ingin sekali berteriak dari luar sembari menggedor-gedor kamar Ara untuk segera bangun dari tidurnya. Ara bukan telat bangun sekolah, tetapi Ara belum belajar sama sekali padahal besok ada ujian harian yang baru di beritakan malam ini padahal sudah hampir jam 11 malam.

Distra pulang dari tongkrongan vespa-Nya jam sepuluh malam dan pada saat itu Ara sudah tidur di kamar. Ponsel Distra saat itu mati total dan Ara adalah gadis yang sangat tidak suka bermain ponsel lama-lama, matanya akan mudah kelelahan menatap layar ponsel. Ketika ponsel Distra sudah aktif, beberapa notif masuk membahas soal ulangan Kimia besok, dengan tergesa-gesa Distra mengambil buku tulis dan buku cetaknya untuk belajar bersama-sama dengan Ara.

Tapi sekarang gadis itu bahkan sangat sulit bangun, tapi Distra masih saja membangun 'kan gadis yang sangat acuh oleh masalah belajar. "Araaa, Please kamu bangun sekarang juga! Besok kita mau ujian kimia, Ra!" Teriak Distra kemudian menggedornya pintu sekeras mungkin. Tidak ada yang mendengar Distra melakukan seperti ini, Papap dan Mamam-nya sudah tidur sejak jam 9 malam.

Karena gedoran pintu yang di lakukan Distra sangat keras dan membuat gadis itu sangat terganggu atas kelakuannya akhirnya Ara bangun dan beranjak dari tempat tidur.

Pintu ia buka dengan malas, rambutnya yang acak-acakan memecahkan tawa Distra ketika melihat sahabatnya seperti setan kuntilanak, tapi kuntilanak yang ini lebih cantik di bandingkan kuntilanak yang sering menggantung di bawa pohon beringin.

"Ada apa sih, main gedor-gedor aja."

Distra menghentikan tawanya, ia lupa kalau tujuan utamanya memberi tahukan informasi besok hari. "Besok kita bakalan ulangan kimia, jadi kamu harus belajar,"

Mata Ara yang awalnya terbuka setengah langsung membelalakan lebar-lebar sampai-sampai warna matanya yang cokelat bisa terlihat. "Serius?? Kok bu Sus nggak pernah ngomong?"

"Nggak tahu tuh guru, dia tiba-tiba chat Safah terus ngomong kalau besok bakalan ulangan kimia." Jeda "buruan ambil buku cetak sama tulis kamu, kita belajar di ruang TV saja," pinta Distra yang langsung di angguki Ara.

Setelah Ara mengambil buku cetak dan tulis, mereka langsung bergegas menuju ruang TV. Seharusnya ruangan ini sudah mati tapi ternyata disana masih ada Disya yang menonton TV ditemani dengan keripik kentang 2 bungkus yang terletak di samping kiri dan kanannya, juga beberapa lembar-lembar catatan yang berhamburan dimana-mana. Maklum lah, Disya anak kuliah di Semester 4.

Distra punya ide jahil di otaknya, ia berjalan ke belakang sofa, tempat Disya duduk dan langsung berteriak di telinganya. "DUARR!"

"Aaaaaaaaaaa." Teriak Disya dan spontan menampar Distra.

"Sakit tau Mbak."

"Yee siapa suruh kamu ngagetin aku. Dasar adik yang nggak punya akhlak sama orang yang lebih tua."

Distra cuman menunjukan kekesalannya lewat ekspresi dan berjalan menyusul Ara yang sudah duduk di meja bundar. "Untung cuman di tampar sama Mbak Disya,"

"Nggak ada yang untung, Ra, kalau kena tamparan mautnya si nenek lampir."

Ara cuman tertawa mendengar Distra yang mengatai kakaknya sendiri dengan sebutan 'nenek lampir'. Benar kata Disya, Distra itu tidak punya akhlak sama yang lebih tua.

Distra dan Ara sama-sama membuka buku cetak Kimia, baru saja Ara melihat beberapa soal kepalanya sudah pusing tujuh keliling, bagamaina jika dia mengerjakannya? Mungkin bisa pingsan saking pusingnya.

Disaat-saat seperti ini Ara sangat membutuhkan Cokelat hangat untuk memberikan otaknya energi di malam hari, "Dis, aku pengen buat cokelat hangat, kamu mau nggak?" Tawar Ara kepada cowok itu.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang