19

591 64 1
                                    


"Keripik kentangnya tiga bungkus aja, kalau lima kebanyakan, Ra." Tutur Distra lalu meletakan sebagian keripik kentang di tempat semula.

"Tapi mbak Disya nyuruh lima bungkus, bukan tiga." Sanggah Ara cepat lalu berjinjit mengambil keripik kentang yang terletak pada rak paling atas.

Distra akhirnya mengalah dengan sedikit gerutu-an yang terlontar dari mulutnya kemudian melanjut berbelanja barang-barang yang sudah di catatnya sebelum pergi ke supermarket. Barang selanjutnya yang ia akan beli adalah bahan dapur yaitu; cabai, tomat, merica, bawang merah, bawang putih, lengkuas dan masih banyak lagi.

Ara yang memilah-memilih bahan dapur sedangkan Distra cuman di perbolehkan untuk mendorong kereta belanja dan mengambil kebutuhan-nya sendiri. Bulan lalu Distra ikutan memilih bahan-bahan dapur tapi saat itu ia malah teledor. Contohnya ketika Ara menyuruhnya untuk mengambil jahe dan Distra malah mengambil kunyit, bukan Ara yang marah pada saat itu tapi Mamam-nya Distra.

Setelah bahan-bahan dapur sudah ada di kereta belanja waktunya untuk membayar di kasir, kalau soal bayar-membayar itu adalah tugas seorang Distra Anjana.

"Totalnya tujuh ratus lima puluh ribu pak." Kata Mbak kasir.

Distra mengeluarkan uang cash setelah itu memberikan ke Mbak kasir, ada yang aneh dari mbak-mbak kasir ini pasalnya ia menatap Distra dan Ara dengan senyum-senyum tak jelas. "Mbak kenapa sih? Dari tadi senyam-senyum nggak jelas?" Tanya Distra kepada Mbak kasir

Kembali Mbak-mbak kasir itu menunjukan cengiran lebarnya kepada Ara dan Distra. "Saya baper liat bapak dan ibu dari tadi kompak banget beli ini dan itu. Saya langsung pengen nikah secepatnya kayak kalian berdua." Balas si Mbak kasir sembari memberikan dua kantong kresek berisi semua belanjaan kebutuhan rumah.

Distra dan Ara saling menatap satu sama lain, mereka tak habis pikir kalau ada saja manusia seperti Mbak kasir ini berpikiran seperti itu.

"Makasih ya Mbak." Ucap Ara setelah itu mendorong Distra untuk segera pergi dari supermarket ini. Ara akan bersumpah tidak akan menginjak supermarket ini lagi, ia benar-benar malu dikatai seorang Istri muda.

Barang belanjaan Ara letakan di bagasi sedangkan cemilan-cemilan yang kebanyakan milik Mbak Disya Ara taruh di bagian tengah jok mobil dan semuanya beres ditangan Ara. Setelah beres semua mereka akhirnya pergi dari supermarket yang lumayan jauh dari rumah tapi untungnya ini hari minggu jadi jalanan tidak begitu ramai seperti hari kerja biasanya.

Ara tersenyum sesaat ketika melihat kiriman foto dari sang Yayah, disana terdapat foto meja makan dan beberapa orang di dalam foto itu tampak tersenyum mengarah kamera, Ara yakin itu keluarga barunya di Yogyakarta. Disisi lain Distra memperhatikan wajah Ara yang nampak sangat berbinar-binar karena senyumnya.

"Liatin apa'an sih? Pake senyam-senyum segala lagi kayak Mbak Kasir tadi." Tanya cowok itu ketika mobil berhenti akibat lampu merah.

Ara menggeleng, "bukan apa-apa." Balasnya tapi fokusnya masih ke benda pipih tersebut.

"Nggak ada apa-apa tadi mukanya kayak bahagia banget kayak orang lagi di tembak sama gebetan." Komentar Distra yang melihat Ara tersenyum cantik.

Gadis itu meletakan ponselnya di pangkuan lalu menatap Distra dengan tatapan sok curiga yang ia buat-buat. "Kalau cemburu nggak usah gitu juga kali." Sahut Ara dengan tatapan yang belum berubah.

Seperti biasa, kalau Distra di kalah debat dengan Ara pasti dia akan menggerutu ditempat tanpa ingin melawan langsung. Sambil menggerutu ia juga memasang wajah cemberut, bukannya Ara mengasihi atas tingkah laku Distra tapi malah membuat Ara menjadi gemes.

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang