Pertemuan yang sangat dadakan ini menimbulkan kecanggungan antara Kahi dan Ara, apalagi Ara adalah gadis yang lumayan sulit berbaur dengan orang baru makanya temannya di sekolah hanya sedikit sekali, sampai-sampai bisa di hitung dengan jari.Saudara barunya Ara yang bernama Kahiyang Ananda Sekar membuatnya begitu pangling dengan penampilan Kahi saat ini, dia sangat cantik dengan dress hitam yang hanya selutut dan rambut yang berwarna ungu tua, ketika rambut itu terpancarkan cahaya maka rambutnya semakin terlihat seperti buah anggur. Ah, bagaimana cara menjelaskannya, pokoknya dia terlihat sangat cantik.
Yayah-nya mereka ada didalam rumah kontrakan sedang mengurus penjualan rumah tersebut seharga 1M, Ara menyetujui penjualan itu walaupun didalam rumah itu sangat banyak sekali kenangan Ara dan Bundanya. Satu hal lagi, uang hasil penjualan rumah itu diberikan semua kepada Ara.
"Kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Kahi membuka suara duluan.
Ara kemudian mengingat-ingat, ia juga merasa pernah bertemu dengan si rambut ungu tapi lupa dimana. "Aku pikir kita pernah bertemu, tapi entahlah dimana." Balas Ara menyerah, ia sungguh lupa dimana pernah bertemu dengan cewek yang seumuran dengan Disya.
Seketika Ara mengingat pernah bertemu dimana. Orang yang di depan Ara adalah teman Disya yang pernah mampir ke rumah Distra saat Distra datang membawa Syira kerumah untuk di perkenalkan ke orang-orang rumah.
"Mbak Kahi kenal dengan Mbak Disya kan?"
"Iya, dia temanku yang juga tinggal di jakarta, aku sempat datang kerumahnya untuk bertamu dan saat berada dirumahnya Disya aku malah menyaksikan hal lucu," sepertinya Kahi belum sadar juga kalau ia pernah bertemu dirumah Disya. "Saat itu adiknya Disya membawa gebetannya terus sahabatnya adiknya Disya datang, kalau nggak salah namanya Ara. Pas cewek itu datang dia malah ngomel—," Kahi membulatkan matanya, ia akhirnya sadar kalau yang ia ternyata pernah bertemu di kediaman Disya dan Distra.
"Astagaa, jadi kita pernah bertemu di rumah teman aku? Kok kamu nggak terus terang."
"Aku tadi cuman ingin memastikan, tapi ternyata yang aku lihat itu beneran mba, ya? Nggak nyangka aja kita pernah bertemu sebelumnya."
Ara kembali mengingat foto yang Yayah Ara kirimkan via WhatsApp yang disana terlihat orang-orang tersenyum menghadap kamera dengan hidangan makanan yang super lezat terletak di meja makan. Pantesan muka dia nggak asing di foto. Ara tersenyum tipis.
"Emang kamu suka ngomel-ngomel kayak hari itu?" Tanya Kahi usai menyeruput minuman di teras rumah Ara.
"Nggak, aku ngomel-ngomelnya cuman sama sahabat aku doang, Si Distra, kalau di depan orang lain aku nggak banyak ngomong."
Si rambut ungu mengangguk-anggukan kepala, "oh iya, gebetan Distra gimana kabarnya? Udah jadian apa masih proses kenalan sama keluarga?"
"Udah jadian." Jawab Ara semangat padahal gadis itu sangat malas membahas dua makhluk yang sedang bucin-bucinnya.
Kahi mengangguk mengerti, tapi entah mengapa ada yang aneh dengan gelagak Ara ketika membahas Distra dan gebetannya. Jangan-jangan Ara suka lagi sama Distra? Ah, mana mungkin pasti mereka berdua cuman sahabat. Batin Kahi sembari kembali memakan brownis pandan yang sudah di potong-potong.
"Ra, yuk jalan-jalan," ajak Kahi semangat.
"Jalan-jalan kemana mbak?"
Kahi berdiri dan berjalan keluar sampai di ujung pagar. Ia celingak-celinguk, mencari tempat yang pas untuk di kunjungi yang ada di daerah sini. "Ke cafe secangkir yuk, kayaknya tempat itu bagus untuk foto biar ala-ala instgramable gitu lho Ra."

KAMU SEDANG MEMBACA
DISARA [COMPLETED]
Fiksi RemajaYANG NGGAK SUKA KEBUCINAN HARAP UNTUK TIDAK BACA! Distra menjadikan Ara pusat dunianya, dan Ara menjadikan Distra belahan jiwanya. Distra yang tak ingin melepaskan Ara, dan Ara yang tak ingin bergantung pada Distra. ini tentang Asmara Distra. -//- ...