NASI YANG MENJADI BUBUR

749 46 0
                                    

"Widihh, abis dari mana boss?" Tanya bryan ketika Vano sampai di markas mereka yang tak sedang ramai.

"Brisik amat sih lo, yan, perlu mulut lo gue kuncir?"

Vano langsung melemparkan bungusan di pangkuan axel.

"Apa?" Tanya axel penasaran. Saat ia membuka wajahnya langsung berubah penuh senyum yang merekah.

"Thanks!"

Vano hanya menganggutkan kepalanya dua kali.

"Van laper, beli makanan kek" ujar yoga yang sudah kelaparan sedari tadi.

"Beli aja sana, nih uangnya, buru!"

"Asikk, sekalian modus ah sama mba mba nya" ujar yoga sambil mengambil uang dari tangan vano.

"Iya kalo perempuan, lah kalo cowok, mau ngeguy lo?" Ujar Bryan.

"Astaugfiruloh yan, pedes banget mulut lo, gue masih normal kali, gue masih suka cewek, udah ah kuy cabut" ajak yoga kepada bryan.

"Gue?" Kata bryan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lah, lo siapa lagi, patner gue kan cuma lo doang"

"Ihh najis, gue mah ogah jadi patner lo. Ya udah lah ayok, demi makanan bukan demi lo"

Bagaimanapun akhirnya yoga dan bryan langsung bergegas ke toko makanan terdekat.

Sementara di markas alaska, vano sedang menggenjreng gitar yang sedari tadi nganggur.

"Van, jalan sama tistha?" Tanya axel lirih, vano hanya mengangguk dan tersenyum.

"Udah mulai suka kan lo sama tuh cewek?"

"Gak, gak suka, cuma gue pengin tau aja dia itu siapa, kayaknya bukan cewek biasa"

"Udah lah, tinggal bilang iya aja, lagian gue bakal silent kok"

"Dih kok lo yang sewot, gue bilang nggak ya nggak lah, orang perasaan gue kok?"

Axel hanya tersenyum dan menggeleng. Vano langsung mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di aplikasi berwarna hijau.

Vano
"Masih di rumah elvin?"

Tistha yang mendapat pesan itu rasanya ingin memblokir nomer itu, tapi bagaimanapun juga dua bulan ini ia masih harus menyimpan nomer cowok super duper ngeselin itu. Karena kondisinya dia masih berada di tangan vano.

Tistha
"Y"

Vano.
"Besok gue jemput"

Tistha mendelik menatap hpnya.

"Dihh maksa banget sih nih cowok!" Ujarnya terlampau kesal. Beru saja ia menukis beberapa patah kata pesan sudah kembali masuk di hpnya.

Vano.
"Gak ada penolakan!"
"Satu lagi, bawain gue masakan lo, harus lo yang buat!"

Tistha hanya melongos kesal.

Tistha
"Gak, gue gak mau masakin lo"

Vano
"Kenapa takut di permalukan lagi karena teflon gosong?"
"Pokoknya harus masakan lo titik"

"Waaa! Kenapa lo ngeselin banget sih prasatya al devano!" Keluhnya dengan berteriak.

"Kenapa sih tha, berurusan lagi sama tuh cowok?"

"Iya lah, untuk dua bulan kedepan juga gitu, vi, kapan gue bakal lolos dalam penderitaan ini!"

"Ahh drama banget lo, jijik gue. Lagian itu juga salah lo sendiri, ngapain sih lo nyari masalah terus terusan sama tuh cowok" nyinyirnya sambil memainkan laptopnya.

DEVANO [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang