Tistha tampak mengikuti vano ke parkiran dan mencegahnya untuk bener bener menemui Ega.
"Van! Udah gue nggak papa!" Vano menghindari tistha dengan sarkas.
"Cewek kayak dia itu nggak bisa di diemin tistha! Apalagi gue udah janji buat lindungin lo dari ega!"
"Terus lo mau nemuin dia dan mau marah marah sama Ega?"
Vano yang sudah menaiki motor dan akan memakai helmnya lalu terhenti.
"Van, lo lebay tau nggak! Gue nggak papa, selagi gue nggak papa dan masih idup, lo nggak perlu lakuin itu!"
"Nggak kali ini udah keterlaluan, pertama kepala lo yang jadi korban, dan tadi, tadi nyawa lo yang terancam tha!"
"Nggak van, lo bisa omongin baik baik sama ega, nggak harus marah marah sama ega, yang ada dia akan makin menjadi jadi!"
"Omongin baik baik lo bilang! Udah pernah gue coba! And you see, tetep aja dia keras kepala!"
Vano lalu memakai helmnya dan bersiap untuk melaju.
"Kalo lo lakuin itu gue nggak bakal maafin lo!" Vano menatap tistha di balik helmnya.
"Dia udah lukain lo!"
"Udah gue bilang nggak papa!"
Entah tersambar apa vano lalu turun dan memeluk tistha.
"Gue cuma nggak mau lo kenapa napa tha!"
Dan anehnya tistha justru menerima pelukan itu.
"Gue juga nggak mau lo kena masalah cuma gara gara gue! Gue bukan orang yang bener bener harus lo jaga van!"
Vano melepaskan pelukannya dan menatap wajah tistha dalam dalam.
"Denger, Gue akan jagain lo! Itu janji gue, dan hal itu nggak bisa lo tolak atau lo sanggah, ngerti?"
Tistha menghela nafas panjang. Vano lalu menyodorkan helm dan mulai menaiki motornya.
"Naik, gue anterin pulang!"
Tistha lalu ikut dan pulang bersama vano.
"Jangan bilang lo anterin gue pulang, terus abis itu lo ke rumah ega!"
"Nggak! Nggak akan!"
"Gue nggak percaya sama lo, lo kan tukang bohong!"
"Kenapa lo crewet banget sih tha! Bisa nggak sih sekali aja kalo lagi sama gue lo tuh diem, nurut, lo kan babu gue!"
"Nggak nggak bisa, gue juga masih berhak menolak, vano! Pokoknya kalo lo ke rumah ega, marah marahin ega cuma gara gara gue, gue nggak mau nemuin lo lagi dan nggak mau jadi babu lo lagi!"
Enatahlah, perkataan tistha seperti perintah mutlak yang tidak bisa vano tolak atau menyela. Dia hanya menghela nafas dan menahan amarahnya. Sebenernya ia berniat untuk ke rumah ega, tapi perkataan tistha juga ada benarnya.
Mereka akhirnya sampai di rumah tistha. Motor vano terparkir di depan gerbang rumah tistha, sementara tistha was was dengan keberadaan daniel.
"Kenapa sih takut banget sama kakak lo?"
"Ya gimana kalo dia liat lo disini sama gue, ntar yang ada kalian berantem!"
"Emang dirumah?" Tistha melongok melewati gerbangnya, dan dua motor terparkir disana.
Tistha lalu menganggukan kepalanya.
"Oke sekalian gue mau ngobrol sama kakak lo!" Vano turun dari motornya dan malah menyelonong masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO [ SUDAH TERBIT ]
Novela Juvenil(SUDAH TERSEDIA DI TOKO OREN DAN SUDAH BISA DI PO, BISA JUGA DI ORDER VIA INSTAGRAM @FIRAZMEDIA.PUB ATAU KLIK LINK DI BIO) [PO HANYA BERLANGSUNG MULAI TANGGAL 26 OKT - 9 NOV 2023, BURUAN CEK TOKO OREN, HUST BANYAK BANGET PLOT TWIST YANG DI SUGUHKAN...