HUG

643 28 0
                                    

tistha tidak tau apa yang terjadi dengan kepalanya hari ini, namun pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah. dia melajukan motornya di jalanan yang sepi itu, seperti ia tak peduli dengan nyawanya.

namun sialnya ia harus berhenti karena lampu merah menghadangnya.

"sial!"

dia menunggu sampai bosan. dia mendengus kesal di balik helmnya. satu motor berhasil mencuri perhatiannya motor yang sangat ia kenal, motor hitam berfariasi merah itu berhenti di sampingnya.

"Ah sial Kenapa harus berhenti di sini sih"

Sungguh hari sial sekarang kenapa harus vano yang harus berhenti di sampingnya, kenapa bukan orang lain, sungguh hatinya sekarang sangat beregup kencang.

"xel Lu lihat cewek di samping kita? kayak kenal nggak sih kayak familiar banget menurut gue" bisik vano kepada axel yang membonceng dirinya.

"mungkin cewek biasa kali kan sekarang banyak yang bawa motor kayak gitu"

"tapi beneran familiar banget sumpah deh. Ohhhhhhh"

tak lama lampu merah itu berganti menjadi hijau.

"huftt selamat"

tistha langsung melajukan motornya kencang, sementara vano ada rasa penasaran yang meliputi hatinya.

"van kok malah lo ikutin?"

tistha melihat dari spion motornya ternyata vano membuntuti dirinya.

"kenapa ngikutin gue sihh" dia lalu menambahkan kecepatannya.

"van lo tahu kan tujuan kita bukan untuk ngikutin cewek itu"

"tapi gue kenal Siapa cewek itu, tenang aja"

Vano lalu masih mengsejajarkan motornya dengan motor cewek itu.

"Woi berhenti lo" teriak vano mberhentikan motor itu.

dia lalu mencegatnya tepat di depannya, membuat tistha harus mengerem mendadak. vano langsung turun dari atas motornya.

"buka helm lo!" perintahnya sarkas.

"buka, atau gue paksa buka!"

tistha masih terdiam, dia tidak mau ketahuan oleh vano kalo dia membawa motor.

"van udah udah, tinggalin aja lah" cegah axel, karena dia benar benar tidak tau siapa pengendara motor itu.

"nggak!" tiba tiba vano membuka helmnya dengan paksa, menampilkan wajah tistha disana.

"tistha" axel terkejut begitu melihatnya.

"udah gue duga. abis kemana lo!?"

tistha lalu turun dan merebut helmnya, ia sekarang berhadapan langsung.

"bukan urusan lo!"

"bukan urusan gue lo bilang? kalo lo kenapa napa gimana?"

"nggak bakal"

"lo tuh udah lama nggak bawa motor, dan lo bawa motor ngebut gitu, udah gila lo?"

"bisa nggak sih sekali aja lo nggak ngurusin hidup gue"

"ga!"

vano langsung menaiki motor tistha.

"mau ngapain?"

"anterin lo pulang!"

"gue lagi nggak pengin dirumah!"

"kita ke markas alaska!"

mungkin itu akan membuat suasana tistha lebih baik, dimanapun asal jangan di rumahnya. setuju, tistha langsung menaiki motornya, membonceng vano lebih tepatnya.

DEVANO [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang