Pandangan tistha tak luput dari ruang besar kosong yang baru ia masuki. Bahkan pembantunya put tak menampakan batang hidungnya.
"Bi, bibi!" Pembantu dengan pawakan agak gendut itu sekarang mulai menampakan diri.
"Daniel belum pulang?" Tanyanya sambil menatap pintu kamar kakaknya yang masih tertutup sempurna.
"Ohh den daniel, bulum neng, motornya juga belum ada!"
"Ohh makasih ya bi!"
Walaupun kakak satu ini menyebalkan tetap saja ia merasa khawatir karena kakaknya sudah dua hari tidak pulang.
"Ihh kemana sih tuh anak, ngrepotin banget!" Pekiknya sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sampai sekarang hpnya pun belum aktif. Ia segera menelepon temannya.
"Apa, tumben tha!" Ternyata savana yang ia hubungi.
"Daniel di rumah lo? Kok udah dua hari dia gak pulang, kalo di rumah lo bilangin pulang, gue kangen!"
"Nggak dirumah gue tha, gue juga gak liat!"
"Di markas?"
"Gue gak kesitu!" Jawabnya sarkas, sejak kejadian daniel menghajar sava, ia muak bertemu dengannya, apalagi dia sempat mengusirnya.
Tiba tiba sambungan teleponnya terhubung.
"Dih aneh banget!" Tistha berfikir dia harus mencari kakaknya, dia tau daniel sering tidak pulang tapi biasanya hanya satu hari, itupun mengabarinya kalau ia menginap di markas ataupun di rumah temennya.
Tistha segera menganti pakaiannya dan mencari kakaknya. Di lihatnya satu motor besar yang terparkir di garasi rumahnya. Biasanya ada dua motor, tapi sekarang hanya satu, karena yang satu di pakai oleh kakaknya.
"Udah lama gue gak naik!"
Tiatha masih memandangi lekat lekat motornya. Dulu memang dia sering menaiki motor kemana mana, tapi karena kejadian yang menimpanya ia memilih untuk berhenti. Tistha menghela nafas panjang. Cewek yang sekarang memakai celana jeans hitam dan jaket bomber itu segera mengambil kunci motor dan helmnya dan segera memutuskan untuk mengendarainya.
Sialnya di jalan menuju markas ATLANTIS tistha justru dihentikan oleh lampu merah di depannya. Tistha mengetuk ngetukan kakinya di jalan sambil menunggu lampu berwarna hijau. Dan motor hitam dengan aksen merah di sampingnya membuyarkan pandangannya. Tistha hanya melongoskan wajahnya. Dan sialnya pria di sampingnya justru mulai penasaran kepada dirinya. Dia berusaha mengetahui siapa cewek di sampingnya ini.
"Ihh, kenapa harus ketemu terus sama nih cowok sih!" Kekehnya dalam hati.
Ya vano, kenapa bisa setiap detiknya ia harus bertemu dengan cowok itu. Ahh sudahlah mungkin jodoh.
Syukurlah lampu di depan itu sudah berwarna hijau. Segera tistha melesat meninggalkan vano.
"Kayak gak asing!" Gumannya. Vano masih menatap kepergian cewek itu.
Tistha melajukan motornya kencang, sampai akhirnya dia sampai di markas. Tampak semua anggota yang sedang ada di markas menatap kehadiran tistha.
"Tistha, tumben lo, ngapain bawa motor sendiri?" Tanya bagas begitu tistha sampai.
"Lagi pengin, kakak gue mana?" Orang yang tanyai justru bungkam.
"Kenapa sih? Dainel mana?" Tanyanya sekali lagi.
"Didalem!" Jawab El.
Tistha segera masuk, sapaan itu terus terdengar saat memasuki ruangan itu. Dia tampak sudah hafal setiap sudut dari ruangan itu. Tistha segera menuju ruangan strategi penyerangan. Saat masuk ia menemukan sosok yang ia cari sedang termenung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO [ SUDAH TERBIT ]
Teen Fiction(SUDAH TERSEDIA DI TOKO OREN DAN SUDAH BISA DI PO, BISA JUGA DI ORDER VIA INSTAGRAM @FIRAZMEDIA.PUB ATAU KLIK LINK DI BIO) [PO HANYA BERLANGSUNG MULAI TANGGAL 26 OKT - 9 NOV 2023, BURUAN CEK TOKO OREN, HUST BANYAK BANGET PLOT TWIST YANG DI SUGUHKAN...