PESAN BUKAN PERASAAN

1.2K 55 2
                                    

"Males banget gue ngurus yang ginian!" Kata cewek berambut sebahu itu membawa perkamen dokumen untuk diserahkan kepada kesiswaan.

"Permisi pak awalnya ada?" Tanyanya kepada salah seorang guru.

"Mau ngasih dokumen, letakan di atas mejanya aja, beliau sedanga ada urusan"

"Oh iya, trimakasih pak!"

Segera saja Tistha menaruh dokumen itu di atas meja kesiswaan dan langsung pergi dari ruangan itu.

Kembali dia menuju zona ribut alias kelasnya yang tak bisa di atur.

"Udah gak sibuk kan tha?" Tanya Elvin tampak serius.

"Kenapa? Kangen lo sama gue!" Kini tistha tampak menelisik ke arah elvin.

"Ih najis banget gue kangen sama lo, mending kangen sama axel kali" ujarnya sewot.

"Vi gue rasa lo jangan terlalu berharap deh!"

"Bodo amat!"

Seketika kelas heboh saat kehadiran empat pria itu di depan kelas.

"Anjir, baru aja diomongin, langsung dateng!"

Aura mereka memang sangat kuat saat berjalan melewati para gadis yang tak pernah terbalaskan perasaannya itu, hahahaha, canda ya bund.

◇◇◇

"Gila kejadian kemarin bener bener keren van" kata Bryan mengungkit ungkit kejadian kemarin.

"Harusnya gak lo lakuin van!" Ujar Axel.

"Gue juga mau karena bang savi! Lagian udah gatel tangan gue lama gak hajar orang"

"Wih ngeri amat bang, ati ati guys bisa jadi sasaran empuk nih!" Yoga kini berkoar.

"Lagian heran gue sama tuh anak, lagaknya kaya iya aja, padahal mah nyalinya kaya semut, cit" ujar yoga remeh.

"Tikus kali lo, cit cit cit cit!" Ujar Bryan.

"Ih miripan lo malah yan, hahahah" ejek Yoga.

"Anjir!"

Tawa mereka pecah gara gara candaan yoga yang menurut mereka recehnya plus plus.

"Gue lebih penasaran lo boncengin tuh cewek sih" Ujar Bryan antusias.

"Kayak gak tau aja sama makhluk yang satu ini yan. Awalnya mah sok benci benci gitu taunya mah di ati udah ada perasaan" Ujar Yoga nyinyir

"Tau dari mana lo?" Tanya Vano kepada Yoga dengan sewot.

Sementara Axel lebih memilih diam dan hanya memperhatikan mereka.

Memang itu sivat aslinya, ketika tidak ada sesuatu yang benar benar penting dia tidak akan bicara.

Sementara Yoga yang terkena semprot oleh Vano hanya terkejut seribu bahasa.

Setelah melewati koridor kiridor yang di dominasi oleh cewek, akhirnya mereka sampai di kelas bertuliskan IPA 1. Mereka duduk di bangku mereka masing masing. Axel dengan Vano, dan Bryan dengan Yoga. Sebenarnya Bryan tidak ingin sebangku dengan Yoga, tapi bagaimanapun juga dia temannya hahaha.

"Cuy!" Panggil Yoga kepada teman temannya. Seketika ketiga temannya itu langsung mendelik ke arah yoga.

"Apaan sih!" Tanya vano sewot.

DEVANO [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang