OLIMPIADE

642 46 2
                                    

Hari ini tiba saatnya olimpiade matematika. Terlihat di sebuah ruangan yang besar itu sudah ada beberapa orang berjas yang tampak menjabat sebagai dewan juri, serta beberapa barisan perwakilan dari setiap kelas untuk membantu mensuport sekolahnya masing masing.

Tistha tampak gugup, padahal sudah biasa ia mengikuti lomba tapi tetap saja perasaannya sama.

"Biasa aja kali mba, gak usah tremor!" Ujar vano sinis kepada tistha.

Tistha langsung melayangkan tamparan di pundak cowok itu.

"Gue geter gini karena patner gue elo!"

"Iya lah, gue ganteng, pinter, makannya lo grogi!"

"Jangan kepedean bang, lagian yang ada nih otak gue ngeblank gara gara liat muka lo yang biasa biasa aja kayak tikus got!"

"O H !"

Terdengan mc mulai menyuruh peserta untuk masuk ke podium yang telah di siapkan.

"Untuk semua prserta olimpiade matematika, silahkan untuk memasuki podium yang sudah disiapkan"

Tistha dan vano kini mulai berjalan memasuki podium begitu juga dengan beberapa wakil sekolah lainnya.

"Baik soal pertama sampai lima sudah ada di depan meja kalian masing masing sialhkan di kerjakan dan itu akan menentukan kalian masuk ke babak selanjutnya, dan peserta dengan perolehan skor soal paling sedikit dinyatakan gugur!" Arahan mc terdengar.

Tistha sebentar mengedarkan pandangannya ke arah pendukung, ada seorang yang menatapnya dengan lekat dan tersenyum horor.

"Sava" katanya lirih.

Dia baru ingat kalau sma margaraya juga ikut, tapi tistha melihat bekas luka lebam di wajah savana, dia tau itu pasti karena war. Tapi anehnya di malam saat ia ke markas atlantis, dia justru tak ada disana, bahkan saat ia meneleponnya, gelagatnya tampak aneh. Tidak tistha kau harus fokus, kosongkan pikiranmu dan fokus dengan soal di depanmu.

"Gue tau soal ini, gue yang ngerjain, lo ngerjain nomer lima aja!"

"Sok pinter banget sih lo!"

"Ngeyelan lo jadi cewek, udah bener gue banyak lo sedikit masih aja lo protes!"

"Tau, tapi lo tu terlalu songong!"

"Vokus kerjain, gak usah crewet!"

Tistha kini mulai mengerjakan soal nomer lima yang menurutnya mudah.

Vano melirik tistha tajam.

"Sebenernya lo siapa sih tha, gue runyam gara gara lo, cara fight lo tampak gak asing buat gue!" Batinnya yang masih berdesir tentang siapa tistha.

"Udah selesai gue!" Ujar tistha dan menengok ke arah vano yang malah sibuk menatapnya. Tistha langsung menggoncangkan badannya dengan tangannya.

"Kerjain malah liatin gue!"

Vano tersenyum masam. Beberapa menit kemudian vano selesai menyelesaikan soalnya. Mereka menyerahkan soalnya je dewan juri. Sementara semua peserta diistirahatkan di ruangan khusus.

"Lo yakin kita bakal menang?" Tanya vano tiba tiba. Tistha hanya meliriknya.

"Nggak, tapi gue yakin kita bisa!"

"Kalo misalnya menang gue boleh minta sesuatu?" Tistha menyengritkan satu alisnya.

"Apa, asal jangan yang aneh aneh!"

"Gue mau lo nonton pertandingan basket gue, terus lo harus nonton di barisan paling depan, gimana?"

"Tawaran, perintah, atau ajakan?" Jawab tistha enggan.

DEVANO [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang