Aku membuka jendela kamarku dan menampilkan suasana yang cukup asri di samping rumah Ayah dan Ibu. Aku termenung dan senyumanku tiba-tiba saja membuatku kebingungan, kenapa aku memikirkannya? Tidak-tidak, aku tidak boleh memikirkan laki-laki yang bukan mahram, bahkan itu sangat dilarang oleh agama.
Ingatanku tertuju pada percintaan Vanessa dan Agam, laki-laki yang Vanessa sukai padahal sudah ditolak mentah-mentah oleh Agam nya sendiri. Aku memaklumi jika Vanessa mencintai Agam dengan sepenuh hatinya. Namun, tentu saja percintaan mereka tidak bisa bersatu karena perbedaan agama yang terlihat jelas.
Vanessa non-muslim, sedangkan Agam adalah seorang pria yang taat dalam agamanya, kata Vanessa sih. Aku menutup jendela kamarku saat udara semakin dingin, mungkin sebentar lagi akan hujan.
"Astagfirullah! Teh Killa."
Aku mundur saat Killa tersenyum manis ke arahku, tentu saja aku kaget dengan keberadaan Killa yang tiba-tiba saja ada di dalam kamarku, tanpa mengucapkan salam.
"Hehehe, afwan, Illy."
Aku mengangguk dari pada urusannya malah kemana-mana. Aku duduk di samping Killa yang sepertinya sedang bersedih, terlihat dari matanya.
"Afwan, ya. Ibu sama Ayah sering banget bandingin kamu sama teteh, padahal kita jelas berbeda. Teteh bakalan omongin sama Ibu, biar kamu gak dibandingin lagi sama teteh. Terlebih dibandingin itu sakit," katanya.
Apa aku harus bertanya? Apa alasan Ibu selalu membandingkanku, padahal aku masih anaknya. Dan, aku tak mengerti maksud dari perkataan Killa yang menyebutkan bahwa belum saatnya bertemu Ibu dan aku ingin tahu jawaban yang melegakan hati.
"Teh, boleh aku tanya?"
"Mangga."
"Teteh pernah bilang sama aku, kata Teteh belum saatnya ketemu sama Ibu, terus setelah itu, Teteh malah ngajak aku pulang ke kampung, aku gak ngerti sama apa yang di pikiran Teteh," selorohku.
Killa melihat ke arahku lalu tersenyum dan aku tak mengerti senyuman yang dia berikan padaku itu apa. "Karena teteh pernah bilang sama Ibu, buat gak nyakitin batin kamu lagi dan teteh gak kuat kalo harus pulang ke rumah kalo yang disambut sama Ibu itu teteh, bukan kamu," ungkapnya.
Tak disangka air mataku sudah membasahi pipiku. Aku hanya anak bungsu yang memang sangat merindukan kasih sayang seorang Ibu. Aku memang iri dengan Killa yang sering di perlakukan baik oleh Ibu, sedangkan aku? Aku malah seperti tidak dianggap ada.
"Udah jangan nangis. Ibu sayang kok sama kamu, tapi dia gak mau nunjukin rasa sayangnya sama kamu. Teteh yakin, Ibu gak bakalan benci sama anaknya. Mana mungkin seorang Ibu membenci buah hati yang ia kandung 9 bulan," kata Killa menenangkanku.
Aku mengangguk, walau hatiku malah berkata lain. "Apa aku bukan anaknya? Maka dari itu Ibu gak pernah anggap aku ada," batinku.
.
Kekecewaan adalah cara Allah mengatakan *Bersabarlah aku punya sesuatu yang lebih baik untukmu*
Sungguh pemandangan apa ini? Kenapa di saat aku sedang kecewa dengan sikap Ibu padaku, Ibu malah semakin memanjakan Killa di hadapanku. Kecewa, tapi mana mungkin aku kecewa pada Ibuku sendiri.
"Illy, makan. Kamu, 'kan belum makan sejak pulang dari kuliah," suruh Ayah saat melihat cara makanku yang memang lambat.
"Iya, Ayah. Maaf."
Rasanya susah untuk memakan-makanan yang baru saja aku suapkan, saat melihat Killa malah disuapi Ibu. "Andai aku berani, aku ingin mengatakan, jika aku ingin seperti Killa," batinku histeris.
Setelah acara makan malam- aku diajak oleh Ayah untuk bercengkrama dengan Ibu dan Killa di ruang keluar. Sepertinya ini adalah percakapan serius, terlihat dari gurat wajah Ayah.
"Ternyata Killa- nya Ayah sudah besar, bahkan sudah ada yang meminta ta'aruf sama Killa," ungkap Ayah membuat aku, Killa, dan Ibu terkejut tentunya mendengar pernyataan itu.
Killa berangsur mendekati Ayah dan duduk di sampingnya membuatku langsung menyingkir ke sofa lain. "Ini beneran, Yah? Terus kenapa Ayah malah gak omongin sama aku? Eh, siapa yang mau ta'aruf sama aku, Yah?" tanya Killa beruntun.
Aku hanya diam melihat interaksi antara Ayah dan Killa yang sangat antutias. "Dan, ayah gak mau kasih tau dulu sebelum kamu sama calon kamu itu bikin CV perkenalan," tutur Ayah.
"Oke fine, Killa pamit mau bikin cara-cara buat CV ta'aruf."
Aku hanya tersenyum tipis saat keberadaanku terasa diabaikan di keluarga ini. Namun, untuk apa aku mengeluh? Pasti Allah swt. akan memberikanku hal yang terindah untukku nantinya. Aku beranjak dan berpamitan langsung pada Ayah dan Ibu untuk kembali ke kamar, lagian besok ada mata kuliah di fakultasku membuat aku harus pergi lagi.
Vanessa.
Besok gue jemput ya
Tepat saat aku membuka ponsel, room-chat dari Vanessa terlihat. Aku sebenarnya bimbang menerima tawarannya dan takut Ibu akan marah soal Ali. Namun, rasanya aku nyaman bersama Vanessa dan tidak berduaan dengan Ali.
Jari-jariku mulai mengetik balasan untuk Vanessa, aku tahu, Vanessa pasti sekarang sedang merecoki Agam agar membalas pesannya, aku bukannya suudzon, tetapi memang Vanessa sendiri yang menceritakan semua itu padaku.
Aku gak enak sama Pak Ali
Baru saja aku meletakkan ponselku kembali, sebuah pesan muncul lagi dari Vanessa.
Vanessa.
Pokoknya besok gue jemput ke rumah
Lagian kita sama-sama ke kampus, bukan ke rumah Agam hehehe..Btw, lo tau gak surah Al-Isro ayat 32 artinya paan? Agam ngirim chat masa gitu
Aku terkekeh saat Vanessa sepertinya sangat mencintai Agam, padahal perbedaan agama mereka terlihat sangat jelas. Rasanya aku kasihan pada Vanessa yang masih kekeh pada pendirian.
Artinya, dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.
Setelah membalas chat dari Vanessa, aku menonaktifkan ponselku dan beranjak untuk berwudhu kembali. Berwudhu saat akan tidur adalah sunnahnya rosulullah, karena saat kita tertidur malaikat akan menjaga kita.
Dan, aku pernah mengingat sabda ini saat pengajian malam di pesantren.
“Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk sholat.” (HR. Al Bukhari No. 6311 dan Muslim No. 2710). Dari Abdullah bin Umar radiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.
Setelah berwudhu- aku merapikan tempat tidurku agar terhindar dari makhluk-makhluk kecil yang tak aku lihat. Aku merebahkan tubuhku yang terasa remuk karena seharian beraktivitas.
Mulutku mulai membaca surah-surah pengantar tidur dan tanganku menekan lampu kecil di atas nakas dan mematikannya.
B E R S A M B U N G
.
A/N
Kalo ada perkataan yang salah, mohon dikoreksi. Karena aku juga orang sangat awam dalam agama:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]
General FictionSebuah perjalanan religi Aprillya Anzani seorang gadis bercadar yang memilih meneruskan pendidikannya ke Universitas ternama di Bandung dan demi orang tuanya. Seorang gadis yang kuat menahan semua permasalahan di hidupnya. Gadis yang kuat, di saat k...