Bagian 17

2.1K 276 42
                                    

"Saya boleh bertanya?"

"Boleh, Pak."

"Apa kamu berniat taaruf?"

"Hah?"

Suara bising anak-anak jalanan membuatku tak bisa mendengar perkataan terakhir beliau. Ali malah tersenyum membuatku tak mengerti dengan senyuman yang menurutku aneh. Aku sedikit mendongak saat Ali beranjak dari duduknya, lantas aku pun ikut beranjak dari dudukku.

"Kamu mau pulang?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Mana mungkin aku menginap di Taman, tak ada untungnya bagiku.

"Ya sudah saya antarkan lagi kamu ke Lembang. Kebetulan saya juga mau ke Pesantren," tawarnya.

Lagi-lagi aku merasa malu jika harus terus-menerus diantar atau dijemput oleh Ali. Dosenku ini memang terlalu baik menurutku, tak ada lelah-lelahnya mengantarkanku Bandung-Lembang yang jaraknya lumayan jauh.

"Apa Pak Ali gak ngerepotin anterin saya terus? Nanti ada yang marah lo sama Pak Ali," ujarku.

Dan reaksi yang beliau berikan padaku hanyalan tawaan yang mengundang perhatian mereka yang langsung melihat ke arah kami. Aku sedikit malu lagi pada Ali yang malah tertawa-tawa seperti itu.

"Maaf-maaf, sudah saya bilang sama kamu, saya jombloners," guraunya membuat aku sedikit geli saat beliau mengatakan pada dirinya sendiri JOMBLONERS.

Sungguh hal yang sangat menggelikan.

"Yuk, nanti sampe di sana kamu malah kesorean. Saya gak mau di marahin sama Ayah kamu," katanya.

Aku mengangguk. Tanpa diketahui oleh Ali sendiri, aku tersenyum saat mendengar setiap perkataannya yang menggelikan hati. Aku berjalan di belakangnya mengikuti langkah Ali. Namun, kami memilih untuk berpamitan sejenak pada mereka.

"Abang sama Teteh pamit dulu, ya. Nanti minggu depan jangan lupa PR- nya dikerjain," pamit Ali.

"Iya, Bang."

Aku terkekeh saat mereka berebutan untuk bisa salim pada Ali dan aku.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam!" balas mereka disertai seruan.

.

Aku terkejut saat Ali kembali membuka pintu mobil. Kali ini kami tidak berdua saja di dalam mobil, ada Cloe yang memilih ikut bersama kami. Sebelumnya kami menjemput Cloe ke Taman Kanak-Kanak.

Namun, Cloe tampaknya tak begitu suka denganku. Bahkan Cloe sama sekali tidak mau berbicara denganku saat aku mengajaknya berbicara.

"Cloe mau ikut?" tawarku.

Cloe menatap datar ke arahku dan menggeleng. Sungguh wajah Cloe seperti ingin menangis saat melihat ke arahku, memangnya ada yang salah denganku?

Aku melirik Ali yang tersenyum lalu mengangguk. Lalu aku membiarkan Cloe sendirian di dalam mobil bersama iPad- nya. Aku mengikuti langkah Ali yang berjalan memasuki perkarangan rumah orang tuaku.

Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang