Bagian 1

5.3K 412 11
                                    

Man jadda
Wajada

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, akan mendapatkan hasil.

Perkataan yang melekat didalam otaknya, dan selalu ia ingat dalam berbagai cobaan yang menimpanya. Ia manusia, mempunyai titik lemah. Hampir saja putus asa, namun mendengar perkataan itu. Hatinya tergerak untuk tetap meraih apa yang ia inginkan dijalan-Nya.

"Prilly?"

Aprillya Anzani.

Nama yang cantik seperti pemiliknya, bermata hazel nan bening, berkulit putih tertutupi oleh kain yang menutupi auratnya. Bertutur nan lembut, berbudi pekerti yang baik. Namun, ia juga mempunyai titik kekurangan. Karena setiap manusia tidak ada yang sempurna, selain Sang Maha Pencipta.

"Ada apa, Ustadzah?"

"Saya minta tolong kamu untuk berbelanja ke Pasar, selain ke kamu. Saya tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa," kata Ustadzah Sarah.

Prilly mengangguk, gadis bercadar ini mengambil catatan serta uang dari Ustadzah Sarah. Ini sebuah amanat, amanat harus segera Prilly jaga. Prilly berjalan dengan kepala yang menunduk, jalannya pelan.

"Sesungguhnya Allah SWT selalu bersama kita."

Prilly melewati gerbang pesantren, semua orang santriwati maupun santri sedang memiliki kesibukan masing-masing. Prilly tidak tahu harus berbuat apa jika tidak ada jadwal sama sekali, jadwal setor hafalan pun sudah ia penuhi.

Mungkin sekarang tugasnya Prilly diberi amanat oleh Ustadzah Sarah untuk berbelanja ke pasar, pasarnya pun tidak terlalu jauh. Letaknya sangat strategis, berada diujung kampung. Membuat Prilly hanya cukup berjalan kaki saja untuk ke sana.

"Kenapa menunduk? Lagi cari koin yang hilangkah?"

Prilly mendongak.

"Astagfirullah hal adzim!"

Prilly beristigfar karena sudah melihat laki-laki yang bukan mahram baginya, laki-laki itu tersenyum. Melihat Prilly yang sangat menjaga pandangannya.

"Boleh saya bertanya?"

Prilly melihat-lihat sekitar, ia hanya berdua dengan laki-laki ini. Rasanya tak enak harus berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, namun untuk menolaknya pun rasanya tak enak.

"Boleh," jawab Prilly seadanya.

"Dimana letak ponpes Al innayah?"

"Akhi lurus saja, belok kanan. Lurus lagi, lalu belok kanan. Kalo dari situ, gerbangnya udah kelihatan, wassalamualaikum, saya permisi." Prilly sedikit terburu-buru sambil berjalan menunduk.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, lalu mengikuti arahan gadis bercadar itu.

Setelah selesai berbelanja, Prilly kembali ke pesantren. Ia keteteran akibat antrian yang cukup panjang, serta jam ini ia harus mengaji bersama. Prilly memasuki ponpes, lalu menuju dapur umum yang berdekatan dengan asrama santriwati.

"Assalamualaikum, Ustadzah. Afwan, saya terlambat," sesal Prilly lalu memberikan belanjaan kepada Ustadzah Sarah.

"Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh. Tak apa, sekarang kamu kembali ke masjid. Sebentar lagi akan mulai," ujar Ustadzah Sarah.

"Baiklah Ustadzah, wassalamualaikum."

Prilly salim pada Ustadzah Sarah sebagai bentuk hormatnya kepada orang yang lebih tua darinya.

"Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarrokatuh."

Langkahnya cepat, kepalanya terus menunduk. Beberapa menit lagi mengaji bersama akan dimulai, Prilly mengucapkan salam. Lalu duduk didekat Hani yang tersenyum padanya, Prilly membuka Al qur'an yang ia bawa. Karena tadi Prilly sempat mampir ke asramanya.

Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang