Bagian 9

2.4K 249 2
                                    

Manusia tidak akan bisa menjatuhkanmu. Jika Allah telah mendukungmu.

Aku mendongak saat melihat rintikan hujan yang mengguyur Bandung. Aku tersenyum saat mengingat hujan tak pernah membenci sang Pencipta karena telah dijatuhkan. Namun, kali ini pikiranku tertuju bagaimana aku bisa pulang ke daerah Lembang? Bahkan sedari tadi aku menunggu bis yang lewat pun tak ada.

Apa aku harus menelepon Ayah?

Ah tidak-tidak. Perjalanan Bandung-Lembang begitu jauh, mana mungkin aku harus menyuruh beliau untuk menjemputku. Aku melihat jam tanganku, sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang dan aku tentunya khawatir mengingat waktu yang sebentar lagi akan petang.

TIT

TIT

Suara klason membuat lamumanku buyar. Aku mendongak dan terkejut melihat Ali tengah tersenyum ke arahku. "Mau pulang?" tanyanya.

Aku mengangguk, mana mungkin aku menginap di halte ini.

"Hujan makin gede. Bareng saya aja. Lagian saya juga ada urusan ke Lembang. Tenang aja, ada Nessa yang ikut sama saya," tawarnya.

Sebenarnya itu ide yang bagus. Namun, rasanya aku malu untuk menerimanya.   Aku berdiri saat Ali malah menyusulku ke halte dengan kemeja hitamnya yang terlihat basah akibat hujan yang semakin deras. Aku terkejut tentunya melihat keberaniannya.

"Di Bandung kalo udah jam segini susah cari bis. Mending nebeng sama saya. Lagian, 'kan saya dan kamu tidak berdua, ada Nessa yang tidur di jok belakang. Gak baik nolak tawaran," desaknya.

Aku mengangguk dari pada aku kena omel oleh Ibu nantinya. Ali memberikanku payung miliknya membuatku langsung menolaknya.

"Gak usah. Nanti Pak Ali sakit," tolakku halus dan aku tak mau membuat Ali repot. "Prioritas saya itu wanita. Maka dari itu, kamu yang pakai payungnya. Saya, 'kan pria," balasnya.

Setelah itu- kami sama-sama memasuki mobil Ali. Aku benar-benar gugup saat menatap retinanya saja walau hanya 5 detik saat dia tengah melihat ke arahku. Aku terkekeh kecil saat melihat Vanessa tengah berbaring di jok belakang. Mungkin Vanessa nanti akan menyadari keberadaanku.

"Gimana hari pertamanya? Seru?" Aku menoleh lalu memalingkan wajahku lagi saat Ali melempariku sebuah pertanyaan.

"Lumayan."

Hari ini memang banyak sekali yang sangat menyenangkan untukku. Dari kultum siang di aula bersama teman-teman baruku, membawa buku islamic di perpustakaan yang cukup besar, dan banyak lagi yang membuatku betah berlama-lama di sana.

"Saya niatnya mau mengajar ke Pesantren tempat kamu mondok. Kamu mau ikut?" ajaknya membuat aku terkejut.

"G-gak. Maksudnya gak baik kalo cuma berduaan. Lagian, 'kan Pak Ali ngasih tugas banyak."

Aku sedikit tertegun saat Ali malah tertawa renyah di sampingku dan membuat dadaku semakin berdebar-debar dan aku kurang mengerti dengan perasaan ini. "Iya gak pa-pa. Lagian ya dengan adanya tugas, kamu bisa nambah wawasan," ujar Ali.

Semoga saja dengan adanya tugas membuatku semakin menambah wawasan dan pengetahuan yang aku dapatkan nantinya. Aku melirik Vanessa yang sejak awal terus tertidur tanpa terganggu oleh suara kami.

Kini hanya suara hujan yang medominasi kami. Dingin di Bandung memang tak main-main saat hujan seperti ini, bahkan dingin ini sangatlah menusuk pada tubuhku.

.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aku melirik Ali yang memang ikut bersamaku ke rumah, karena hujan yang belum reda dan takutnya terjadi yang tidak-tidak di jalan. Aku menyalami tangan Ibu yang memang menyambutku di pintu utama bersama Teh Killa. Aku sedikit menyingkir saat melihat Ali akan menyalami Ibu, sedangkan Vanessa hanya tersenyum sungkan karena Vanessa memang beragama lain.

"Mereka siapa?" tanya Ibu keras membuat aku merasa tak enak saat Ibu menatap Ali dan Vanessa dengan tatapan Vanessa.

"Pak Ali dosen Illy, Bu. Terus yang sampingnya Vanessa, temen Illy di kampus," jawabku seadanya.

"Oh."

Aku melirik Vanessa yang sedari tadi melirikku seperti gelisah. Aku melihat ke arah Ali yang malah tersenyum ke arahku membuat aku langsung menundukkan kepala. "Kenalin, Bu. Saya Ali, dosennya anak gadis Ibu. Saya bersama sepupu saya pamit untuk pulang. Assalamualaikum," pamit Ali.

Vanessa menghampiriku. "Tuh kakak lo? Kok kayak berbinar-binar kalo liat sepupu gue," bisiknya.

Dan benar saja, aku melihat Killa memang tengah menatap dalam pada Ali yang sedang melihat ponselnya. Aku menyipitkan mataku, apa mungkin pria yang dia maksud? Entahlah, aku tak mau suudzon.

Ibu mengangguk saat Ali kembali menyaliminya lagi. Aku hanya diam tanpa bersuara melihat kepergian Ali bersama Vanessa yang suka rela mengantarkan jauh-jauh sekali dari Bandung kota ke Lembang. Aku sedikit terkejut saat Ibu mendorong pelan bahuku membuat aku sedikit oleng.

"Jangan genit sama cowok. Kamu fokus sama kuliah. Ibu gak mau telinga ibu panas gara-gara gosip kamu di anterin cowok," ujar Ibu membuatku terdiam

Aku mengangguk dari pada harus membantah perkataan Ibu. Tiba-tiba saja Killa menarikku menjauh dari Ibu yang memang masuk ke dalam rumah.

"Ustad Ali itu dosen di kampus kamu?" tanyanya dan langsung mendapatkan anggukan dariku. "Em, andai aku bisa kuliah lagi," gumamnya.

Tak ingin berbicara yang tidak penting dengan Killa yang malah melantur kemana-mana. Aku berpamitan untuk masuk ke dalam rumah sekalian mengambil minum. Astagfirullah, kenapa aku lupa untuk menjamu Ali? Padahal dia sudah jauh-jauh dari Bandung kota hanya untuk mengantarkanku sambil ada acara katanya. Sudahlah, lagian semua itu sudah berlalu dan Ali bersama Vanessa sudah pergi.

"Ayah belum pulang, Bu?"

"Menurut kamu?"

Aku menggeleng. Aku melihat ke arah jam yang sebentar lagi jam 9 dan Ayah belum pulang-pulang dari seminarnya.  Aku membuka pintu kamarku dan menghempaskan tubuhku pada ranjang yang membuatku rindu seharian.

TING

Suara notif dari ponsel baruku membuat aku langsung mengambilnya di dalam tas. Aku menegakkan tubuhku saat melihat Caca lah yang mengirimiku sebuah pesan, dari mana dia mempunyai nomorku, padahal aku belum sempat mengabarinya.

Assalamualaikum, Illy, Caca kangen.
Karena udah masuk ke bulan sya'ban dan sebentar lagi bulan ramadhan. Caca minta maaf sama kamu, atas perkataan Caca yang sengaja atau tidak sengaja.

Senyumanku langsung luntur saat mengingat aku belum melaksanakan yasinan 3X di bulan yang suci ini. Di mana amal-amalan kita akan ditutup dan diganti oleh yang baru. Aku mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi sebelum aku kembali terlupa.

Setelah itu- aku membentangkan sajadahku sesuai kiblat. Aku mulai membaca surah Yasin pertama yaitu memohon panjang umur dan ketaatan
serta ketaqwaan dan dapat istiqamah dari Allah swt. Surah Yasin ke dua yaitu memohon  diluaskan rezeki yang halal dan menolak bala dan yang ketiga, yaitu memohon ditetapkannya imam islam hingga akhir hayat.










B E R S A M B U N G

.

Assalamualaikum atas nama saya Alia ingin minta maaf sama kalian, atas perkataan atau di dalam cerita yang (mungkin) bisa saja menyinggung. Saya minta maaf sebesar-besarnya di bulan sya'ban yang penuh berkah ini, semoga kita bisa saling memaafkan.

Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang