Allah memberikan cobaan hambaNya
dengan ujian yang sebenarnya justru melepaskan dirinya dari kehancuran.
Akibatnya, cobaan itu menjadi nikmat terbesar baginya.Aku semakin tak sabar memberitahu kehamilanku pada ayah. Membayangkam ekspresinya pun rasanya aku tak sabar. Kami berjalan beriringan menuju halaman rumah ayah yang terlihat sepi. Mungkin mereka semua sedang berada di dalam rumah
Tangan kekarnya tak henti-hentinya menggenggamku dan mengecup secara diam-diam tanpa seizinku. Tentu perlakuannya membuatku terbayang saat senyuman manis itu menatapku hangat.
"Udah, Mas. Jangan liatin aku terus."
Dia menarik pinggangku, aku tak berontak saat dia memelukku dari samping dengan erat.
"Udah mahram, sayang. Aku bebas buat pelukin kamu, ciumin kamu, makan kamu di ran----"
Lantas aku langsung mencubit pinggangnya. Bisa-bisanya Ali berkata seperti itu. Aku berjalan terlebih dahulu seperti tampang merajuk, iya aku memang sedang merajuk, entahlah aku kurang menyukai perkataan vulgarnya di luar kamar.
Baru saja aku akan mengetuk, suara teriakan berhasil membuat jantungku terasa ingin berhenti.
"PRILLY BUKAN ANAK KANDUNG AKU, MAS. BUAT APA AKU HARUS DATANG KE RUMAH DIA? MAS HARUSNYA MIKIR, DIA HADIR GARA-GARA KEEGOISAN MAS SAMA AISYAH. SEHARUSNYA MAS MIKIR, SELAMA INI AKU TAHAN JIWA AKU BUAT USIR ANAK HARAM ITU. TAPI, MAS SELALU BELAIN DIA!"
"Dia bukan anak haram!"
"DIA MEMANG BUKAN ANAK HASIL DI LUAR NIKAH. TAPI, MAS UDAH NIKAH SAMA WANITA ITU TANPA SEIZIN DARI AKU SAMA SEKALI. DAN, SEENAKNYA MAS BAWA ANAK ITU KE RUMAH INI!"
Darahku berdesir dengan hebat. Kedua pundakku tertahan oleh Ali. Aku menatap tak percaya pada Ali lalu menggeleng.
"Mereka bohong, 'kan, Mas?" tanyaku parau. Ali hanya diam membuatku semakin histeris.
Dia membawaku ke dalam pelukannya. Ternyata datang ke rumah ini menjadi petaka untukku dan mengetahui rahasia terbesar yang mereka sembunyikan dariku bertahun-tahun lamanya.
Rahasia itu benar-benar langsung menusukku. Kejutan yang di luar dugaan. Mereka berhasil merahasiakan semua ini dengan cukup apik dan pantas saja, ibu berlaku tidak adil padaku dan Killa.
Ternyata aku cuma anak tirinya.
BLAM
Aku dan Ali sama-sama melihat pintu. Aku menatap nanar ibu dan ayah yang melihatku. Aku melepas pelukan Ali lalu berlari.
"ILLY!"
Sekuat tenaga aku berlari dari mereka. Aku benar-benar malu harus menginjak ke rumah itu lagi, sedangkan aku hanya orang asing yang masuk ke dalam rumah tangga mereka. Aku seakan-akan menulikan telingaku saat ayah dan Ali sama-sama meneriaki namaku.
Air mataku tetap mengalir dan sesak itu semakin deras.
Kehadiranku memang dianggap benalu oleh ibu. Ibu yang kukira adalah ibu kandungku yang hanya mempedulikan Killa yang memang selalu ada diatasku dan ternyata aku bukanlah anak kandungnya.
Rasa sesak itu terus membuat hatiku sakit.
Seketika tubuhku terdorong keras terhempas ke sudut jalan, entah bagaimana kejadiannya, aku merasakan sakit yang teramat pada seluruh tubuhku dan perutku.
Janinku.
Dengan sisa tenaga yang aku punya, aku meraba perutku, sakit itu membuatku semakin kalap. Aku menatap nanar pada Ali yang langsung memangku dengan tatapan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]
General FictionSebuah perjalanan religi Aprillya Anzani seorang gadis bercadar yang memilih meneruskan pendidikannya ke Universitas ternama di Bandung dan demi orang tuanya. Seorang gadis yang kuat menahan semua permasalahan di hidupnya. Gadis yang kuat, di saat k...