Bagian 16

2.2K 257 19
                                    

"Apa Pak Ali kenal dengan gadis bernama Nakilla Fatma Sari?"

Aku berharap Ali tak mengenal Killa. Aku melirik Vanessa yang lagi-lagi larut dalam bermain ponsel. Apa aku salah menanyakan hal ini? Kenapa dia tidak menjawabnya? Bahkan hanya tersenyum-senyum yang membuatku merasa sebal melihatnya.

"Saya mengenalnya."

Mataku melebar, berarti benar jika laki-laki yang Killa cintai adalah Ali, dosenku.

"Saya mengenalnya di Pesantren, tempat di mana kita bertemu. Awalnya dia akan menjadi Ustadzah di sana, tetapi malah memutuskan untuk menetap di rumah. Saya hanya sekedar mengenal namanya saja, tidak orangnya," lanjut Ali.

Apa aku tak salah dengar? Berarti bukan Ali yang Killa cintai. Lalu apa arti binaran di mata Killa saat bertemu dengan Ali? Astagfirullah.. kenapa aku selalu suudzon pada mereka. Aku menunduk malu saat beliau melirikku lewat kaca.

"Memangnya ada apa?"

Aku menggeleng.

"Cemburu tuh pasti," celetuk Vanessa.

Astagfirullah.. ingin sekali aku melakban mulut Vanessa yang selalu menyeletuk. Tanganku terangkat dan mencubit pinggang Vanessa membuatnya menggeliat.

"Aw.. ampun ukthy," ledeknya.

Aku memalingkan wajahku, sungguh aku malu berhadapan dengan Ali sekarang karena ulah Vanessa yang terus-menerus meledekku.

.

Selagi ada sabar, sabarlah
Selagi boleh diam, diamlah
Selagi bisa tahan, tahanlah
Allah tahu apa yang kamu minta dan rasa.

Tak ada yang sia-sia, bukan? Walau kesabaranku sering kali berada diambang batas. Namun, aku berusaha untuk menetapkan sabar di hatiku di saat semua orang mencelaku dan membuatku tertekan.

Kesabaran yang sering kali aku pergunakan saat banyak orang yang terang-terangan mencela penampilanku dan menganggapku sebagai sampah masyarakat. Padahal aku tak melakukan apapun yang membuat mereka tersakiti. Subhannallah.. ujian dari Allah SWT memang terlalu nikmat saat dirasakan.

Kadang aku berpikir, kenapa banyak orang terang-terangan tak menyukaiku? Padahal rasanya aku ingin berkata pada mereka. "Apa salahku pada kalian?" Namun, aku takut dan tak ingin memperpanjang semua orang yang mencela keberadaanku.

Aku menyelusuri setiap jalan setapak Taman kota yang sangat sejuk dan membuat betah tentu saja. Niatnya aku ingin menghafal Al-Qur'an di Taman ini, mungkin akan menyenangkan jika dilakukan di Taman yang cukup sepi oleh pengunjung.

Langkahku terhenti saat melihat seseorang yang sangat aku kenali sedang melakukan mengajar di Taman ini. Senyuman kecil terbit di bibirku, aku duduk di salah satu bangku putih panjang dan melihatnya dari kejauhan.

Apa aku salah mengaguminya?

Sosok yang begitu membuat jantungku berdebar-debar.

Sosok yang sangat aneh sekali saat aku berdekatannya, aku sering kali salah tingkah atau apalah yang membuatku malu. Sosok yang akhir-akhir ini yang membuatku selalu tersenyum-senyum sendiri. Sosok yang selalu aku tatap 5 detik dan membuat debaran di jantungku berdebaran.

Aku terhenyak saat tangan itu melambai-lambai ke arahku. Aku menoleh ke belakang, tak ada siapapun di belakangku, lalu apa yang dia maksud adalah aku?

Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang