"Ekhem," dehamku saat Sella sama sekali tidak berbicara pada kami. Aku melirik Sella yang hanya diam sambil memainkan dresnya.
"Kamu tidak mau minta maaf?"
"Aku udah minta maaf kok tadi. I'm sorry. Karena itu gak sengaja, aku kira gak ada adegan kayak gitu, aku cuma mau bilang sama kalian kalo Tante Arinda udah nungguin kalian," jawab Sella santai.
Kejadian tadi benar-benar membuatku malu saat ketahuan tengah berciuman dengan Ali. Ini memang bukan sepenuhnya kesalahan Sella, tetapi kesalahan Sella yang sudah lancang memasuki kamar kami tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Aku menyentuh tangan Ali dan tersenyum ke arahnya. "Lain kali jangan lancang, Sell. Kamu harus menjaga batasan," kata Ali tegas.
Sella mengangguk. Aku menatap Sella yang tengah tersenyum manis. Namun, entah kenapa dibalik senyuman manis itu terdapat hal aneh menurutku.
.
"Mami pengen banget bolu kukus, kamu bisa, 'kan, buatin mami?"
Aku mengangguk lalu berkata pada mami, "Insya Allah, saya buatin, Mi. Tapi semua bahannya udah ada, 'kan, Mi? Takutnya malah gak ada," ujarku.
Beliau tersenyum lalu mengarahkan tangannya ke depan membuatku tersenyum melihat bahan-bahannya sudah ada di depan.
1 jam kemudian- aku tersenyum semringah melihat hasil karyaku yang sudah jadi. Aku meletakkannya pada piring besar dan membawanya ke ruang keluarga. Langkahku terhenti saat melihat Ali dan Sella tengah bercengkrama dengan tawa renyah dari mereka. Aku menundukkan pandanganku saat mata Ali melihatku.
"Pasti enak nih." Ali terlebih dahulu mengambil bolu dari piring. Aku meletakkannya di atas meja dan duduk di samping mami. "Mantu mami gitu dong!" sorak mami membuatku tersipu malu.
"Oh ya, Tan. Minggu nanti ada seminar bisnis gitu, Tan. Tante nanti mau ke sana gak? Kalo Tante ke sana, bareng aku aja," celetuk Sella mengalihkan pembicaraan. "Kamu juga bisa ikut kok, Li. Ini, 'kan, seminar bisnis jadi kamu juga bisa ikut," sambung Sella ceria.
Aku melirik mami yang tengah menikmati bolu buatanku tanpa menjawab tawaran dari Sella. Aku melirik sekilas pada Ali, mungkin aku harus memberinya sedikit hukuman karena telah mengabaikan perkataanku.
"Minggu nanti tante mau ibadah, udah kelewat mulu soalnya, kamu aja bareng Al-----"
"Aku ada dinner sama Illy, Mi." Aku menoleh kilat pada Ali yang tengah memotong perkataan mami. "Mami bukannya ngajak kamu, Ali. Maksud mami itu adalah Albert, sepupu kamu. Dia, 'kan, mau terjun ke dunia bisnis, maka dari itu mami yakin dia pasti mau ikut seminar bareng Sella," ujar mami menjelaskan.
Aku menggigit bibir bawahku saat Ali malah mengatakan dinner bersamaku. Aku mengambil beberapa gelas yang kotor dan piring bekas mereka. "Udah-udah jangan diberesin, biar mereka aja yang beresin, kamu itu ratu di rumah ini, gak usah bersih-bersih. Udah duduk lagi aja," kata mami melarangku untuk membawa piring kotor ke dapur.
"Kamu aku nikahkan untuk jadi istriku, bukan pembantuku, sayang," bisik Ali membuatku merinding.
Rasanya tak enak jika aku harus berlagak seperti ratu di rumah mertuaku. Mereka memang baik. Namun, rasanya tak enak jika harus berleha-leha. Tanganku tercekal oleh Ali membuatku langsung menoleh ke arahnya.
"Biarin aja, Tan. 'Kan, maunya dia. Sebagai wanita kita harus bekerja, bukan? Bukan berleha-leha sebagai ratu," celetuk Sella membuat darahku mendidih. "Gak pa-pa, Mi. Saya bosan soalnya," ujarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]
General FictionSebuah perjalanan religi Aprillya Anzani seorang gadis bercadar yang memilih meneruskan pendidikannya ke Universitas ternama di Bandung dan demi orang tuanya. Seorang gadis yang kuat menahan semua permasalahan di hidupnya. Gadis yang kuat, di saat k...