Bagian 4

2.9K 301 6
                                    

Jangan mundur
Allah tak pernah tidur

Tak ada perjuangan yang sia-sia, bukan? Perjuangannya untuk meraih hijrah illahi yang selalu ia dambakan. Serta, menetap dijalan Allah SWT. Walau, tentunya jalan itu tak pernah seindah ekspetasi dan dihancurkan oleh realita Allah SWT.

"Alloohumma sholi sholaatan kaamilatan wasallim salaaman taamman 'alaa sayyidina muhammadinil ladzii tanhallu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tuqdhoo bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-roghoo-ibu wa husnul khowaatimi wa yustasqol ghomaamu bi wajhihil kariimi wa 'alaa aalihii wa shohbihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi 'adadi kulli ma'luumin laka." Prilly melantunkan sholawat Nariyah disaat waktu senggangnya.

Sholawat yang selalu mengantarkannya pada hati yang tenang. Tentu saja ia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa. Dosa yang selalu datang tanpa dirinya sadari.

"DAR!!!"

"Astagfirullahal adzim!!!"

Prilly terlonjak kaget saat Caca mengagetkan dirinya. Caca tertawa melihat wajah Prilly yang terkejut.

"Kamu ini," ucap Prilly, "antriannya masih panjang, Ca? Tumben lama," tanya Prilly.

Caca duduk disebelah Prilly dengan handuk yang tersampir dipundaknya serta tangannya yang memegang peralatan mandi. Beginilah menjadi santri, harus rela waktunya diburu-buru, mengantri, serta harus berusaha mandiri.

Caca memang terbilang anak manja. Selalu saja tak bisa jauh dengan orang tuanya. Dan, datanglah keinginannya untuk belajar di Pondok Pesantren ( Ponpes ). Membuat Caca semakin mandiri, walau yaaa selalu ada keluh-kesahnya.

"Udah Caca minta cepetan dikit. Mereka malah santai-santai. Yaudah, Caca biarin aja. Biarinlah, capek juga Caca ngomong terus," gerutu Caca.

Gadis bercadar pun menepuk pundak Caca agar bersabar dan tak terbawa godaan setan. Prilly tertawa renyah melihat wajah Caca yang masam. Tentunya, Caca takkan tau. Jika, dirinya sedang tertawa.

"Gak gerah pake cadar terus? Keliatannya kamu nyaman-nyaman aja? Padahal ini musim panas loh," ujar Caca heran.

Prilly berdiri, "udah kelewat nyaman," balas Prilly.

Prilly berjalan beriringan bersama Caca untuk mengantri di kamar mandi yang cukup padat. Di pesantren ini memang disediakan 3 kamar mandi perempuan dan 3 kamar mandi laki-laki. Tentunya, areanya terbilang jauh. Agar bisa menjaga jarak antar laki-laki dan perempuan.

"Masih ada beberapa lagi," kata Rena seraya menghampiri Prilly.

"Oh ya, kalian tau gak? Kalau besok, ada Ustadzah baru. Heeemm.. Teteh kamu ya, Prill?" Prilly terhenyak saat Rena bertanya padanya. Prilly mengangguk.

Memang benar, Teteh atau Kakak perempuannya yang berkuliah di Kairo akan mengajar di Pesantren ini. Namanya, Nakilla Fatma Sari.

Kakak pertamanya yang memilih berkuliah di kairo setelah belajar di MA dan juga MTS.

"Iya."

Jawabannya membuat Rena heboh sendiri. Hingga mengundang beberapa santriwati yang melihat Rena.

"Wahh, enak dong. Punya Teteh di sini. Jadi Ustadzah lagi. Kamu beruntung banget, sih." Prilly hanya menanggapinya dengan anggukan kepalanya. Prilly segera memasuki kamar mandi yang kini gilirannya.

- Hijrah -

Tabligh Akbar yang selalu diadakan di Pesantren ini. Beberapa santri-santri mengisi acara ini. Dari sholawat bersama, dan seterusnya. Ustadz Ali memimpin Tabligh Akbar dengan membawa sholawat Nariyah dan akan di isi oleh ceramahnya sendiri.

Assalamualaikum Mas Dosen [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang