#1 Teman Terbaik

62 10 5
                                    

Lanjut nih?

Komen disini yaaa, kamu dari kota mana?


***

"Maa Luna berangkat yaa, umma yakin ngga ikut nih" pamit Ara sambil mencium tangan ibunya.

"Iya, Umma ga ikut dulu ya, mau bantu-bantu bu Nilam beresin rumah hari ini, mumpung libur." kata Umma lalu tersenyum.
"Ehh hati-hati ya ra, jaga pandangan! Tapi kalo ada yang ganteng kaya Baba boleh deh dipepet" goda Umma yang diikuti dengan tawa.

"Ga bakalan ada laki-laki yang seganteng, segagah aba apalagi ngalahin aba, ga akan ada!" jawab Ara dengan tegas.

Mendengar ucapan Ara tadi, Umma tersenyum tipis beriringan dengan mata yang berkaca-kaca sambil memandangi putri tunggalnya yang berjalan membuka pagar rumah. Ara berteriak sambil melambai tangan.

"Assalamualaikum ibu negara, tunggu adinda cantik nan jelita pulang" teriaknya pecicilan.

***

Waktu menunjukan pukul setengah tujuh pagi, langkah demi langkah Ara berlari kecil melintasi jalan komplek rumahnya. Selain terdengar suara ketukan sepatu, terdengar pula suara klentingan ringan mengiringi langkah kaki Ara.

"Lun, Luna"

Terdengar seorang gadis memanggil Ara di kejauhan sambil melambaikan tangan. Itu Annatasha Chiristiani Ginan, akrab dikenal dengan Anna.

Anna adalah satu-satunya sahabat terdekat yang dimiliki Ara sejak kecil. Rumah mereka dulunya bersebelahan, tetapi beberapa bulan lalu Anna beserta keluarganya pindah rumah ke komplek sebelah sebelumnya mereka tinggal.

Meskipun kedua sejoli ini berkeyakinan beda dalam ber-Tuhan, keduanya paham betul akan toleransi dalam keyakinan agama masing-masing, karena itulah pertemanan dan silaturahmi keluarganya terjalin dengan baik sampai kini.

"Lun, Luna" panggil Anna seraya melambaikan tangan.

"Eh Enn" sahut Ara

Ia mempercepat langkahnya menghampiri sahabatnya itu.

Setelah itu, Ara dan Anna berlari mengelilingi beberapa putaran taman komplek. Saat keringat mulai bercucuran, mereka beristirahat sambil berbincang.

"Ihh gilak gue ga sabar besok kita masuk sekolah, aaaa SMA njirr!" ujar Anna excited.

"Ehh Enn" ucap Ara sambil menutup botol minumnya.
"gue punya inisiatif baru".

"Apaan dah?"

"Mulai besok, lo jangan panggil gue Luna lagi ye, panggil gue Ara di sekolah!" tegas Ara sambil mengangkat alis sebelah kanannya.

"Dih, ngapa emangnya? Gaya amat!" tanggap Anna.

"Yaa, nanti lo tau dah, pokonya lo harus ikutin! Panggil gue Ara, eh tapi kalo lagi di luar sekolah boleh-boleh aja panggil gue Luna."

"Iye, iye. Nyounya Araaaaa" teriak Anna persis disamping telinga Ara.

"Busehh bacot lo muncrat! Budek kuping gue anjir" bentak Ara yang dibalas Ana dengan tawa.

"Udah ah balik, lo mau ikut ke rumah?" tanya Ara.

"Ngga, ini hari minggu woii! Gue ada job lain" jawab Anna.

"Oh iya, take care yee salam ke tante Maria, inget lo besok jangan kesiangan!" ujar Ara sambil berjalan mundur.

"Mana ada gue kesiangaan!" teriak Anna lalu berlari berlawanan arah.

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang