#18 My Room is My Paradise

17 4 0
                                    

Halo teman-teman☺️
Gimana nih kabarnya? Semoga tubuh dan hati kamu baik-baik aja yaa🤭
Masih semangat lanjutin baca tulisan halu-ku ini?

"Masiiihhhhh yuuuu...."

Oke. Kalo gitu yuk lanzuuttt👏

Happy Reading...

***

Langkah demi langkah, Ara perlahan menaiki tangga rumahnya. Rasanya ia tak sabar ingin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur ternyaman di kamarnya setelah melewati hari yang cukup melelahkan, terutama melelahkan hati. Canda hati!!! Hee

Ara membuka pintu kamarnya yang tak sebesar kamar gadis pada umumnya. Karena ia memang kurang menyukai ruang kamar tidur yang terlalu luas, berasa tidur di lapang katanya, ehh. Terlebih lagi ia bukan tipe remaja cewek yang suka mengoleksi sepatu ataupun tas-tas bermerek, jadi ruang minimalis cukup untuknya.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Ara bersiap-siap untuk istirahat. Sebelum merebahkan tubuhnya ke atas kasur, Ara menyiapkan buku terlebih dahulu untuk pelajaran hari esok di sekolah. Saat ia sedang mengeluarkan buku-buku sebelumnya, ia mendapati kotak obat yang tadi dikembalikan Rayan saat di kedai.

Ara memandangi kotak obat tersebut. Seraya mengatakan "Argh. Gue simpen di tempat yang jarang gue liat aja, buat apa juga masih dipake kalo cuma bikin gue inget seseorang yang ga pernah anggep gue ada." Lalu ia menyimpannya di dalam laci paling bawah, agar kotak itu tidak mudah terlihat oleh kedua matanya.

---

U

mma menyapa Ara saat mendapati putrinya itu tengah berjalan menuju meja makan. "Pagi tuan putri"

"Pagi bunda Ratu tercantik" balas Ara memujinya, Umma tersenyum.

"Lun, Umma mau bicara"

Ara meneguk segelas susunya sambil melirik kearah Umma seraya bertanya bicara apa ma?

"Lusa sekolah Umma ada kegiatan di luar kota Lun, semacam camping ceria gitu. Acaranya cuma semalaman sih"

Ara mengernyitkan keningnya. "Kok ada kata 'sih-nya'?"

Umma mengelus-elus rambut Ara "Iya sayang, setelah acara camping itu, beberapa guru ada rapat di salah satu hotel di kota Bandung, jadi rencananya dari Bogor mau berangkat langsung ke Bandung, ga ke Jakarta dulu" jelas Umma.

"Oh gitu, ya udah ga apa-apa Ma, lancar-lancar ya acaranya. Tapi harus inget juga, Umma harus jaga kesehatan dan jangan telat makan!" Ara memberi isyarat dengan jari telunjuknya mengingatkan Umma. "Jangan sampe lambung Umma berontak nanti" sambungnya

Umma tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, mengiyakan pesan putrinya. "Eh tapi, nanti kamu di rumah.."

"Tenang ma, aku kan pemberani. Seandainya aku ngerasa kesepian, jelas aku minta temenin sama Anna dan Muti."

Umma mengangguk lagi. Ara membalasnya dengan senyuman. "Umma ga ada niatan nganterian aku ke sekolah nih sebelum pergi ninggalin aku liburan?"

Umma menghembuskan nafas pelan. Lalu Bu Nilam ikut menyambar pembicaraan Ara dan Umma.

"Ga usah dianter ibu neng, udah ada yang nunggu Eneng geulis tuh di depan rumah." Kata Bu Nilam dengan nada sedikit menggoda. Umma dan Ara menoleh kearahnya bersamaan.

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang