Hallo teman-teman..☺️
Aku masih semangat nulis cerita ini nih, semoga kamu juga masih semangat baca tulisanku yaaa..
Jangan lupa senyum hari ini😊😊
Selamat membaca...
***
Di sudut dinding sebuah kamar minimalis, terpampang sebuah poster bergambar mobil sport berwarna hitam dan merah, juga terpajang sebuah foto tiga orang anak laki-laki, foto seorang remaja laki-laki yang terlihat tampan dan sebuah foto keluarga di atas meja.
Malam ini, Althan tengah memandangi sebuah foto berukuran kecil sambil membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Lalu terdengar seseorang membuka pintu kamarnya, ia terkejut seraya menoleh kearah pintu.
"Eh Mut"
"Belum tidur Al?"
Muti mendekat dan melirik foto yang dipegang Althan seolah ia mengenal dua orang dalam foto itu.
"Ga nyangka ya Mut" ujar Althan, Muti tersenyum tipis.
"Kayanya dia belum tau kalau.. kalau Abang udah ga ada" balas Muti terlihat sedih.
Althan terdiam sambil menatap foto tersebut.
"Kalo ada apa-apa bilang ya Mut" pesan Althan, lalu Muti mengangguk sambil tersenyum.
***
Hari ini bagian kelas olahraga di kelas X IPS/1. Pak Wiyoko selaku guru olahraga meminta kepada para siswanya untuk berolahraga masing-masing, baik itu bermain basket, voly, bulu tangkis, senam atau apapun, asalkan semua siswa ikut berolahraga di lapang sekolah. Sementara Pak Wiyoko tidak bisa mendampingi siswanya, karena beliau mendapat tugas dari kepala sekolah untuk menyerahkan laporan kepada Lembaga Pusat.
Semua siswa sedang berolahraga di lapang, sementara Rayan terlihat duduk berleha-leha di teras depan kelasnya. Ara yang tengah memegang raket bulutangkis mendapati Rayan yang sedang duduk sendiri di teras.
Samperin jangan?
Ara merutuki dirinya.
Seketika ia meraih tangan Anna dan menyerahkan raketnya.
"Eh Ann, nih main sama Vitha dulu ya" titahnya, lalu ia bergegas berjalan mendekati Rayan.
Dari kejauhan, Althan tengah bersandar di pintu kelasnya memergoki Ara yang sedang berjalan kearah seseorang yang sedang duduk sendiri.
"Ya jangan nunjukin wajah jutek gitu kali. Gue juga tau kalo dalem pikiran lo itu lagi gerutu kan karna gue ke sini? Gue tau itu, tapi ga usah diliatin juga." Seru Ara cengengesan.
"Main basket sama gue yuk" ajaknya.Rayan meliriknya sinis. Lalu menghela nafas dan berusaha bangkit dari duduknya. Sial, Ara menarik ujung kaos olahraganya agar ia kembali duduk.
"Apaan si lepasin!" Bentaknya.
"Kalo gue mau ikutan olahraga ya gue bisa ke sana sendiri!"Ara terdiam lalu mengalihkan pandangannya kearah teman-teman sekelasnya yang tengah berolahraga. Beberapa menit kemudian, Rayan penasaran dan sedikit melirik wajah cewek over itu.
Dia bisa kesinggung juga ternyata?
Pikirnya."Hhh. Ya udah!" Ucap Ara sambil berdiri.
Tiba-tiba Ara meraih tangan kiri Rayan dan berusaha menariknya ke lapang.
"Ayo olahraga, gabung sama yang lain. Nanti dimarahin pak Wiyoko lho" Ara memaksanya.
"Engga! Lepas tangan gue!"
"Engga!" Sahut Ara.
Beberapa siswa di lapangan, lagi-lagi dipertontonkan huru-hara antara Ara dan Rayan. Ah, sudah biasa. Althan masih berdiri di depan kelasnya memperhatikan gerak-gerik Ara yang sedang menarik paksa Rayan ke tengah lapang.
Tiba-tiba Ara menghentikan langkahnya tanpa melepaskan tangan si Cowok Batu itu.
"Lepas Ra, lepas! Pengen banget lo pegang tangan gue?" Bentak Rayan, lagi.
"Iya, emang!" Sahut Ara pecicilan.
Ara menarik lagi tangan Rayan, sontak Rayan menepis tangan Ara dengan kencang.
"Aww" rintih Ara kesakitan.
Melihat kejadian itu, Althan terlihat sangat kesal dengan perlakuan Rayan pada Ara.
"Ara lo ga apa-apa?" Tanya Anna yang menghampiri Ara.
"Eh Cowok Batu! Bisa ga lo ga usah marah-marah terus, sehariiii aja!" Kata Ara sambil melototi Rayan."Bilang sama temen lo, gue ga suka dipaksa kaya tadi!" Sahut Rayan dengan emosi lalu meninggalkan lapangan.
"Dasar cowok Batu lo! Hati Lo bener-bener udah mengeras jadi batu ya, makanya ga bisa lembut dikit sama cewek!" Teriak Anna sambil menunjuk-nunjuk kearah Rayan.
"Aduh Ra! Kenapa sih lo masih aja ga berenti ngejar si Batu itu. Buat apa lo cape-cape berjuang buat dia kalo yang ada dia bikin lo sesak nafas terus nahan rasa sakit hati sama perlakuannya!" Terus gue tu.."
"Huuft!" Ara mendekap mulut Anna dengan telapak tangannya.
"Udah ya. Udah gue ga apa-apa kok. Tenaangg""Masih bisanya ya Lo cengar-cengir abis digituin si Rayan itu!" Ketus Anna semakin emosi.
"Ara, Anna" Muti menghampiri kedua sahabatnya.
"Ara kamu ga apa-apa?"
"Mut, Lo kok ke sini? Ga masuk?" Tanya Anna.
"Ngga An, ada tugas aja. Aduhh tangan kamu merah gini, ke UKS aja yuk" Ajak Muti.
Ara menuruti saran Muti, lalu Anna dan Muti membawa Ara ke UKS untuk mengobati tangan Ara yang sedikit lebam akibat tepisan Rayan yang terlalu kencang.
**To be continued**
Aduuhh.. semangat terus ya Ara✊✊
Gimana nih menurut kalian? Ara harus tetap berjuang atau nyerah aja?
Komen yaa☺️☺️
Ditulis dengan 764 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAN UNTUK RAYAN
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA] Ini kisah perjalanan seorang gadis SMA yang berusaha melupakan luka hatinya di masa lalu, Ara. Lengkapnya Lunara Thalia Al-Hanan. Seorang remaja yang memiliki paras cantik, berpostur badan tinggi dengan sedikit gaya tomboinya y...