#49 11 Week

5 1 0
                                    

Masya Allah....
Rindu🥺
Maaf ya udah buat readers lama nunggu, mungkin sampe bosen juga nunggunya.
Semoga kamu tetap terhibur ya🕊️🕊️🕊️

Happy Reading...

***

Waktu menunjukkan pukul 17:23 WIB. Hari mulai gelap, saatnya mentari berganti tugas dengan sang rembulan. Ara masih terlihat sibuk meracik beberapa cangkir kopi yang dipesan oleh para pelanggan.

"Silahkan kak" ucap Fanda sambil meletakkan secangkir kopi dan cheese cake ke atas meja. "Terimakasih mbak" balas dua orang gadis cantik yang tengah duduk manis menyambut orderannya.

Ddrrrtt

Ara merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dari dalamnya, lalu ia membuka sebuah pesan yang baru saja masuk pada notifikasi line miliknya.

"Allahu Akhbar Allahu Akhbar...."

"Alhamdulillah, udah adzan maghrib" ucap Ara pelan. Setelah suara adzan yang berasal dari masjid di depan Farmira selesai, Ara melepaskan celemek coffe shop dan bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah shalat maghrib.

---

Prakkk!

Angga melempari stik play station tepat mengenai sasaran, dada Althan. "Kampret!" Spontan Althan teriak sambil melototi Angga. "Lagian kaya pasien RSJ lu" sahutnya. Wiki hanya tertawa menyaksikan perseteruan kecil kedua sahabatnya. "Senyam-senyum, senyam-senyum aje lu dari tadi" lanjut Angga.

Althan tidak menggubris perkataan Angga, ia kembali fokus menatap layar ponselnya. "Eh nyet, kalo kata gue mah mending lu jadiin aja dah!" Decak Angga lagi, Althan menatapnya sinis yang kemudian dibalasnya dengan senyuman konyol. "Lu bacotin apaan si dari tadi?". "Ya, itu. Lu dari tadi senyam-senyum gara2 chatting-an sama si Gita kan? Ketebak monyet...."

"Huuuffttttt" respon Althan sambil kembali melempar stik play station ke arah Angga.

---

Pukul 19:12 WIB, Ara berpamitan pulang lebih dulu dengan para karyawan Farmira. Ia terlihat sedikit terburu-buru saat membereskan barang-barang miliknya, lalu ia mempercepat langkahnya menuju pintu keluar coffee shop.

Ara berdiri tepat di depan teras Farmira, ia sedang menunggu ojek online yang telah dipesannya. Gerak geriknya yang terus menatap ke arah pagar Farmira, seolah menunjukkan bahwa ia mulai tak sabar menunggu ojek online pesanannya.

Hingga beberapa menit kemudian, ojol pesanannya pun tiba.

"Boleh agak ngebut ya pak, tapi tetap hati-hati" pinta gadis pemilik Farmira coffee shop itu. "Baik neng" sahut Abang ojol dengan santun.

---

Seperti biasa, Rayan si cowok batu nan dingin itu tengah terbaring di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Astaga... Isi kepala gue kenapa berasa dipenuhin dia semua? Aaaarrh!" Keluhnya lalu mengusap-usap wajahnya beberapa kali, berusaha menyadarkan pikirannya.

Krek!

Seseorang membuka pintu kamar Rayan dengan cepatnya, spontan membuatnya ikut menoleh kearah pintu dengan cepat juga.

"Papah" batinnya. Ia kembali mengalihkan pandangannya, tak berhasrat sedikitpun untuk menyapa ayahnya. Perlahan laki-laki dewasa itu melangkah kearah putra sulungnya yang tengah terbaring dengan sikap acuh, seolah tidak ingin menatapnya.

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang