~Yang membuatmu patah hati sebenarnya bukan cinta, melainkan besarnya harapan yang kau pertaruhkan untuknya.~
****
Selimut tebal berwarna putih itu masih membungkal di tubuh Ara. Setelah apa yang terjadi kemarin sore di sekolah, ia merasa tidak enak badan hingga pagi ini. Suhu tubuhnya cukup tinggi sejak malam, Ara sakit. Bukan hanya hatinya, tetapi juga fisiknya.
---
"Rayan, tunggu"
Mendengar suara yang tak asing itu, Rayan memperlambat langkahnya dengan terpaksa.
Putri mau apa lagi sih!
"Rayan, sarapan bareng yuk di kantin" ajak Putri sambil melingkarkan tangannya di lengan Rayan.
"Lo aja, gue ga pengen sarapan" jawabnya datar lalu melanjutkan langkahnya
"Kamu mau cepet-cepet ke kelas bukan karena pengen ketemu si cewek ganjen itu kan?" Teriak Putri dengan kesal
Rayan menghentikan langkahnya kembali. Sejenak ia diam memikirkan sesuatu, lalu berjalan kembali menuju kelas.
Saat tiba di kelas, Anna menatap Rayan penuh amarah, lalu ia mengalihkan pandangannya dari Rayan seolah tak ingin melihat wajah si Batu yang telah menyakiti sahabatnya.
"Anna, tumbenan Ara kok belom dateng?" Tanya Gery yang tidak tahu apa yang terjadi pada Ara.
"Ara sa-kit Geerrr" Anna sedikit mengeja ucapannya untuk menyindir Rayan
"Sakit? Bisa sakit juga dia, gue kira selain kebal hati, imunnya juga kebal" sahut Gery
Rayan terdiam menyimak percakapan Anna dan Gery. Ia paham bahwa Anna baru saja menyindirnya karena kejadian sore kamarin yang tidak diketahui teman-teman lain.
---
Hari semakin sore, Ara perlahan membuka mata saat seseorang memainkan lonceng kesayangannya tepat di telinga, itu kejailan Anna. Sepulang dari sekolah, Anna dan Muti datang ke rumah Ara untuk menjenguk sekaligus menghibur sahabatnya yang mereka kenal sebagai cewek pantang menyerah itu. Hingga akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk tidak lagi mengganggu orang yang selama ini ia kejar.
---
"Ray, kamu ga bisa kaya gini terus" ujar seseorang, Rayan hanya meliriknya.
Malam itu Rayan bertemu dengan seorang gadis di sebuah taman perumahan. Ia terlihat sangat dekat dengan gadis tersebut. Selama ini, Rayan memang tidak banyak punya teman, bahkan tidak ada yang bersahabat dengannya walau seorangpun. Selain karena sifatnya yang sangat dingin, ia juga tidak menyukai jika orang lain terlalu memasuki kehidupannya.
"Selama ini aku memperhatikan kamu, aku paham kalau kamu engga nyaman dengan semua ini. Udah saatnya kamu lepas dari mereka Ray, mereka udah terlalu lama mengendalikan hidup kamu"
Rayan tetap terdiam seolah mencerna apa yang gadis itu sampaikan.
"Aku juga tau Ray, pasti kamu sadar kalau saat ini, kamu bukanlah diri kamu yang sebenarnya. Semua hanya karna tekanan dan paksaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAN UNTUK RAYAN
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Ini kisah perjalanan seorang gadis SMA yang berusaha melupakan luka hatinya di masa lalu, Ara. Lengkapnya Lunara Thalia Al-Hanan. Seorang remaja yang memiliki paras cantik, berpostur badan tinggi dengan sedikit gaya tomboinya y...