#9 Keberuntungan

26 7 0
                                    

Selamat membaca kembaliiii....

***

Pukul setengah enam pagi, sekolah masih terlihat sepi. Bahkan pak Sarman baru saja membuka pintu-pintu kelas yang masih terkunci rapat.

Si cowok tampan super dingin itu sudah tiba di sekolah, tidak seperti biasanya. Rayan, ia sengaja datang ke sekolah lebih pagi karena alasan untuk menghindari pertemuan dengan papahnya di meja makan.

Rayan melangkah perlahan melalui koridor sekolah, sesekali ia berkaca pada layar ponselnya seraya memperhatikan lebam di wajahnya akibat pukulan papahnya semalam. Setelah tiba di kelas, ia tengok kanan-kiri memperhatikan sekitar kelas yang belum ada tanda kehidupan sama sekali. Ia melangkah perlahan lalu menggeserkan meja yang sedikit menghalanginya untuk duduk.

Siapa sangka, pagi itu keberuntungan memihak Ara. Ia tiba di sekolah beberapa menit setelah Rayan, lagi-lagi mereka hanya berdua di dalam kelas. Dengan langkah santai, Ara berjalan memasuki kelasnya.

Pasti belum ada yang datang. Pikirnya.

Tiba-tiba ia menghentikan langkah pertamanya setelah memasuki kelas.

Itu beneran Rayan? Apa gue halu?

Mata mereka bertemu saling menatap, keduanya cukup terkejut.

"Kenapa lo liat gue kaya gitu? Lo pikir gue setan?" Ketus Rayan yang membuat Ara mengedipkan kedua matanya.

"Ya emang lo kaya setan sih. Menghantui pikiran gue setiap waktu" Gombal Ara seraya melangkah menuju kursinya.

Ara melepaskan tas yang masih digendongnya lalu meletakkannya di atas meja. Ia duduk dan menoleh kearah Rayan, seketika matanya jeli melihat lebam di sisi kiri bibir tipis Rayan.

Ada lebam lagi?

Ara berdiri lalu mendekati Rayan.

"Lo kenapa lagi?" Tanya Ara seraya mendekatkan wajahnya ke titik lebam di bibir Rayan.

Rayan menatap wajah Ara yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Apaan sih!" Rayan mengalihkan pandangannya

"Sini coba gue liat dulu" paksa Ara sambil menggapai dagu Rayan dengan tangan kanannya, lalu memeriksa lebam di wajah cowok Batu itu lagi.

Rayan terdiam mematung, mencoba memperlambat nafasnya.

Berani banget nih cewek. Ujarnya dalam hati.

"Hei! Kalian berdua ngapain?" Teriak seseorang yang tengah berdiri di pintu kelas.

Itu pak Dahlan, guru piket di hari itu. Rayan dan Ara spontan menoleh dalam posisi yang sama, tangan Ara masih menyentuh dagu Rayan dan tangan Rayan tengah menggenggam lengan kiri Ara, ia bermaksud menjauhkan Ara darinya.

"Engga ngapa-ngapain pak" sahut Rayan sambil menepis tangan Ara.

Mati gue. Ara menundukkan kepalanya.

"Kenapa jam segini kalian berduaan di kelas? Kalian sengaja janjian?" Tanya Pak Dahlan penuh kecurigaan.

Rayan dan Ara berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya mereka lakukan, namun guru piket itu belum sepenuhnya percaya dan memutuskan untuk melaporkan keduanya kepada guru BK.

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang