#15 Jangan Marah Ra!

29 8 0
                                    

~Karena luka tercipta dari seseorang yang kita anggap istimewa, namun kita bukanlah yang istimewa baginya.~

Lunara Al-Hanan

***

Setelah beberapa hari istirahat di rumah, Ara kembali melanjutkan aktifitas seperti biasanya. Setelah bel pulang berbunyi, Ara bergegas merapihkan alat tulisnya untuk segera pergi ke kedai.

Di bawah pohon rindang depan sekolah, Ara berdiri sambil menengok kanan-kiri. Ia tengah menunggu angkutan umum yang biasa dinaikinya menuju kedai. Hingga beberapa saat kemudian, tiba-tiba seseorang memasangkan helm di atas kepala Ara dari belakang, Althan.

"Aduh, apaan sih nih!" Seru Ara seraya menoleh ke belakang, ia mendapati Althan yang sedang cengengesan

"Eh dodol! Ngapain sih lo" Ara berusaha melepaskan helm itu

"Diem aja kenapa si!" Sahut Althan sambil menjepitkan tali helm di bawah dagu Ara

"Lo pasti mau ke warkop kan? Bareng gue aja"

Plak...
Ara memukul bahu Althan.

"Aduh. Apa si Ra" keluhnya

"Anjir lo, warkop Lo bilang?"

"Ya emang warung kopi kan? Emang apa salahnya gue bilang warkop?"

"Jadul banget sih lo, seolah-olah kedai gu" Ara menghentikan pembicaraannya beberapa detik
"Seolah-olah kedai tempat gue kerja itu warkop di emperan jalan gitu" protes Ara

"Hh, yang begini nih sombongnya engga ada akhlaq!" Balas Althan seraya mendekati wajah Ara
"Lo ga boleh kaya gitu, sekecil apapun usaha warkop pinggir jalan harus tetap dihargai lah"

"Eh, emang gue ada bahasa ga ngehar-ga-in warkop pinggir jalan? Entar kalo bos gue denger, Coffee Shop-nya disamain sama warkop bisa kesinggung lo"

"Auk ah. Udah, udah. Emosi mulu nih mbaknya, cepetan naik! Nanti lo telat" kata Althan sambil menarik tangan Ara

Saat ingin menaiki motor Althan, Ara menemukan pemandangan yang cukup membuat matanya pedih, bahkan hatinya pun berapi-api. Ia mendapati Rayan yang terlihat hendak pergi bersama Putri.

Oh, ternyata mereka beneran pacaran. Ujarnya dalam hati

Lalu, Rayan menyadari keberadaan Ara yang tengah memandang kearahnya.

"Woi! Gue pikir lo udah naik. Eh tapi ga mungkin sih, soalnya kalo lo udah naik otomatis ban motor gue berkurang anginnya" Althan mengejek

"Eh sialan emang lo, lo pikir badan gue berat?" Sahut Ara sembari memukul helm yang dikenakan Althan

"Dah cepetan naik! Malah bengong lo"

Ara bergegas menaiki motor Althan, sesekali pandangannya tetap menunjukkan rasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Rayan dan Putri.

---

"Tan!"

"Hhmm"

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang