#4 Terpesona?

39 9 2
                                    

Lanjutin nulis cerita ini bikin nagih🥺

Semoga kamu yang baca ini juga ikutan ketagihan yaa hehe..

Happy reading..

***

Semilir angin memasuki jendela kamar Ara yang masih terbuka, Ara memakai sandalnya lalu berjalan kearah jendela itu. Dia meletakkan  kedua tangannya di punggung jendela seraya menatap langit sekitar yang terlihat begitu tenang dengan cahaya rembulan dan sedikit dihiasi kerlap-kerlip bintang.

Ara menutup jendela seraya menarik tirainya.

“Umma belum pulang juga” ujar Ara sembari jalan kearah pintu depan.

Sore tadi, Umma memberi kabar pada Ara bahwa ia akan pulang lebih malam dari biasanya, di karenakan ia harus menghadiri rapat para guru beserta kepala Yayasan tempatnya mengajar. Ara menunggu Umma di ruang keluarga sambil menonton televisi, hingga akhirnya Ara tertidur pulas di atas sofa empuk berwarna navy.

***

Hari ketiga masuk sekolah.

Ara dan Anna tiba di kelas, ternyata sepi. Ara menyimpan tasnya di atas meja lalu menduduki kursinya. Seketika mata Ara terbelalak melihat papan struktur kelas yang terpampang di dinding sebelah kirinya.

“Apa-apaan nih nama gue disitu!” protes Ara seraya berdiri dan menggeser meja lalu berjalan kearah papan struktur tersebut. Anna menyusulnya.

“Weh weh weh, tenang tenang” kata Anna sambil menepuk-nepuk kedua bahu Ara.

Beberapa detik kemudian, Gery sang ketua kelas X IPS/1 tiba di kelas. Lalu dengan sigap Ara mendekati Gery yang masih berjalan kearah tempat duduknya.

“EH, pak ketua kelas yang terhormat. Gimana maksudnya ya ada nama gue disitu (menunjuk ke arah papan). jadi wakil ketua kelas lagi, yehh pengen banget lo gue jadi wakil lo?” seru Ara dengan nada ketus tepat di hadapan Gery.

“Kemaren-kemaren aja lo so-soan cuek, dingin, so keren di depan gue. Nyatanya malah jadiin gue partner di kelas” lanjut Ara.

“Heh Nyonya Lunara Thalia al-Hanani” ucap Gery.

“al-Hanan, ga pake i!” bentak Ara mengoreksi.

“Terserah! Dengerin ya, gue ga pernah ada niatan jadiin lo wakil ketua kelas. Jangankan niat, selintas kepikiran aja engga!” tegas Gery seraya melanjutkan langkahnya.

“Gila, songong bangat nih orang!” balas Ara, lalu Anna menarik tangan kanan Ara.

“Udah Ra, emangnya kenapa sih kalo lo jadi wakil ketua kelas. Lo kan bagus kalo mimpin apa-apa, kaya di SMP dulu” sahut Anna cengengesan.

Dengan wajah yang terlihat kesal, Ara bergegas keluar kelas untuk coba menenangkan pikirannya. Sebelum masuk SMA, ia memang sudah bertekad dan memutuskan untuk tidak mengikuti organisasi apapun di SMA, padahal sejak Sekolah Dasar sampai SMP, Ara merupakan murid yang sangat aktif dalam organisasi sekolahnya. Maka dari itu, saat mengetahui namanya terlibat dalam struktur kelas, ia merasa kesal. Tiba-tiba..

BUGHH!!

Bahu kiri Ara berbenturan dengan lengan kanan seorang siswa yang hendak masuk ke dalam kelas.

Dengan memasang wajah sinis, siswa tersebut melanjutkan langkahnya masuk kelas tanpa ada rasa peduli setelah bertabrakan dengan seorang siswi.

“Masya Allah.. demage-nya asli banget!” ucap Ara terpesona. “Enn, kemaren emang ada ya anak kelas kita yang bentukannya secakep itu?” lanjut Ara tak berkedip tanpa memandang Anna.

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang