Masih sanggup lanjut?
Happy reading 😍
***
Sebutir air mata jatuh dari kedua sudut mata Muti. Ia terisak yang mengharuskannya membekap mulut dengan tangan kanan kirinya, sementara tangan kanannya memegang sebuah album foto. Sungguh, menatap seseorang yang ada dalam foto itu sangat membuat hatinya seolah tercabik-cabik. Rindu, ia merindukan seseorang. "Aku berusaha tidak berandai ka Arsen masih ada, tapi hati ini engga bisa bohong kalau aku butuh kakak di sampingku saat ini" ucap Muti dalam isak tangisnya.
Isak tangisnya mulai mereda saat ia teringat beberapa kenangan dengan seseorang yang saat ini sedang ditatapnya dalam sebuah foto.
---
Pukul 20:00 WIB. Rayan, dengan mengenakan tuxedo hitam yang biasa ia kenakan itu benar-benar mendatangi Farmira untuk menemui Ara. Setelah memarkirkan sepedah motornya, ia mulai melangkahkan kaki memasuki kedai. Dibalik pintu kedai, kedua bola mata Rayan perlahan menatap sekitar "kemana cewek over itu?" Batinnya. Beberapa detik kemudian, ia menyipitkan kedua bola matanya, mencoba mengenali seseorang yang ia rasa tidak asing.
"Eh cowok batu!" Teriakan itu membuat Rayan mengerajapkan matanya, lalu menoleh ke sumber suara, Ara. Ia menatap Ara yang tengah berjalan kearahnya. "Beneran kesini lo?". "Kenyataannya?" Sahut Rayan sambil celangak-celinguk, mencari seseorang yang tadi ia coba kenali. Melihat tingkah Rayan, Ara mulai bertanya dan mencurigainya. Rayan tak berhasil menemukan orang tadi, hingga akhirnya ia mengalihkan pembicaraan pada Ara. Lalu Ara mengajak Rayan duduk di sudut ruang kedai miliknya.
---
Muti menyeka air matanya saat terdengar seseorang membuka pintu kamarnya, itu nenek. Nenek meminta Muti segera keluar kamar untuk makan malam bersama di ruang makan. Gadis remaja yang tengah menyembunyikan kehamilannya itupun menuruti perintah neneknya.
Setelah sampai di lantai bawah, Muti cukup dikejutkan dengan keberadaan Althan dan kedua orang tuanya yang sudah duduk manis di meja makan. Ia melangkah kearah meja makan dengan perasaan bahagia. "Ada apa nih, tumben banget pada makan malam disini?" Tanyanya lalu tersenyum menatap semua makanan yang sudah tertata rapih di atas meja makan. "Gitu dong Mut, I like your sweety smile" Goda Althan sambil membentuk love kedua tangannya. "Halah sweety, sweety. Pempers bayi kali!" Semua tertawa riang menanggapi jawaban Muti.
Akhirnya, rumah Nek Santini ramai dengan obrolan dan candaan anak, menantu dan kedua cucunya di ruang makan.
---
Ara membawakan secangkir kopi untuk Rayan dibarengi dengan tutur santunnya "Silahkan, diminum". Rayan menatap pekat gadis di hadapannya, gadis itu ikut menatapnya. "Kenapa? Biasanya lo pesan kopi ini kan?" Tanya Ara. Rayan terkejut dengan pertanyaan Ara yang seolah ia sering mendatangi kedai milik keluarga Ara itu. Tanpa menjawab pertanyaan Ara, dengan cepat Rayan meraih secangkir kopi yang tersedia di hadapannya dan buru-buru menyeruputnya "Eh panas". Dengan cepat pula Rayan menyimpan cangkir kopi itu kembali. "Gila. Lo mau bikin lidah gue kebakar?" Protes Rayan. "Lo nya aja yang aneh. Udah tau itu kopi masih ngebul maen langsung embat aja" sahut Ara. "Ya tadi kan lo bilang silahkan diminum, harusnya kalo niat langsung nyuru gue minum, jangan secangkir lo kasih air panas, campur yang dingin sedikit".
Mendengar keluhan Rayan itu membuat Ara terdiam menahan tawa tak lupa juga memberikannya selembar tissu untuk membersihkan bibirnya. Ia merasa semakin mengenal sifat cowok batu yang sebenarnya. "Eh, kenapa lo ketawa ditahan-tahan kaya gitu?". Ara mengambil lalu membuang nafas beberapa kali, ia mencoba menghilangkan rasa geli ingin menertawakan cowok batu yang saat ini tengah memasang wajah kesal di hadapannya. "Udah, udah lupain. Jadi, sebenernya lo ada perlu apa sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAN UNTUK RAYAN
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Ini kisah perjalanan seorang gadis SMA yang berusaha melupakan luka hatinya di masa lalu, Ara. Lengkapnya Lunara Thalia Al-Hanan. Seorang remaja yang memiliki paras cantik, berpostur badan tinggi dengan sedikit gaya tomboinya y...