#40 Cuma lo yang bisa gue percaya..

19 5 0
                                    

Yuk lanjut bacanya, jangan lupa vote yaa☺️

Happy Reading

***

Bagi Muti, apa yang saat ini ia alami adalah sebuah mimpi buruk di tengah malam. Rasanya ingin sekali ia terbangun dari tidurnya dan bisa bernafas lega setelah tahu kehamilannya hanyalah dalam dunia mimpi. Tapi kenyataannya, itu bukanlah sebuah mimpi. Itu adalah kebenaran pahit yang betul-betul Muti rasakan saat ini.

Muti memang gadis tertutup, bahkan dengan sahabatnya sekalipun. Kalau bukan karena paksaan dan rayuan Ara juga Anna, ia tidak mau berbagi cerita pada siapapun. Dan soal kehamilannya, ia sama sekali tidak berani berkata jujur kepada nenek dan keluarga lainnya.

Di saat remaja seusianya tengah asik menikmati masa muda nan indah, tidak ada yang menyangka bahwa ia akan mengalami kepahitan ini. Semua terjadi jelas bukan kemauan Muti, ia terlalu polos dan baik untuk melakukan hal sebodoh itu.

Seperti biasa, di kesendirian malamnya Muti sedang asik mengotak-atik laptop kesayangannya. Sejak dulu, ia memang terbiasa mencurahkan isi hatinya di dalam laptop itu.

Mau atau tidak, suka ataupun tidak suka. Kenyataan ini memang harus aku terima. Sahabatku bilang, aku ga boleh nyerah, aku perempuan kuat dan aku pasti bisa melewati masa-masa sulit ini.

Suara ketikan keyboard itu terdengar pelan dibarengi dengan isak tangis yang keluar dari mata Muti.

Aku sempat membenci diri sendiri, aku sempat ingin mencelakainya. Dengan kebaikan-Nya, Dia mengirim seseorang yang bersedia menggenggam kedua tanganku.

Saat itu aku percaya, setiap kesedihan yang kita temui, lalu kita menerimanya dengan hati yang lapang, kebahagiaan telah menanti setelah kita berhasil melewati kesedihan itu.

***

Semua terdiam saat menyaksikan keberadaan Ara. Terlebih lagi Althan dan Rayan, keduanya sangat khawatir bahwa Ara akan salah mencerna percakapan yang ia dengar terpotong-potong.

Ara melangkah perlahan, mendekati Althan dan yang lainnya. "Ra.." gumam Althan. "Korban apa maksudnya?" Ara mengulang pertanyaannya

Beberapa detik kemudian, Martin bertepuk tangan dengan senyuman menyeringai "Panjang umur ternyata.." decaknya, Rayan dan Althan menatapnya tajam. "Tuh, liat.. bagus kan ada orangnya" sambung Martin sambil menunjuk Ara. "Jangan ngaco lo!!" Bentak Rayan

Ara semakin bingung dipenuhi dengan rasa penasaran yang semakin mengembung besar. "Tan, tolong jelasin apa maksud semuanya". Althan terdiam menunduk, ia tak berani menatap Ara. "Althan! Kenapa lo diem aja?"

"Apa Althan udah tau tentang gue? Dan apa iya, dia bakal jelasin ke Ara siapa Martin, Yassa, Tyson, Dikta dan Firdhi?" Batin Rayan

Ara mendekat dan berdiri tepat di hadapan Althan "jangan diem aja. Tan, disini cuma lo yang bisa gue percaya"

Kalimat yang diucapkan Ara itu, tiba-tiba membuat dada Rayan terasa sesak. "Maksudnya, dia ga percaya sama gue?"

Kali ini Ara menatap orang-orang di hadapannya satu persatu. "Sebenernya..." Ara menghela nafas "Sebenernya kalian siapa sih?" Tanya Ara lalu ia mengalihkan pandangannya kearah Rayan "Rayan, mereka semua temen-temen lo? Atau... Mereka musuh lo?" Rayan masih terdiam. "Segitunya ya lo pengen tau siapa kita?" Sahut Tyson, Ara menatapnya.

PESAN UNTUK RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang