Prolog

366 38 3
                                    

Pria itu menatap tangannya yang melingkupi tangan gadis itu, menautkan jemari mereka dengan genggaman yang diusahakannya tidak menyakiti. Ia tidak ingin menyakiti gadis itu sedikit pun. Ia tak akan bisa lagi membayangkan dirinya sendiri menatap gadis itu bersedih seperti semalam. Tidak. Ia bersedia melakukan segala cara, asal gadis itu terus berada di dekatnya, sehat dan bahagia. Jika bisa, jika Tuhan mengizinkan, ia akan mengupayakan segala cara untuk melindungi gadis itu selalu.

Sepanjang hidupnya.

Gadis itu tak pernah merasa seberuntung ini karena mengenal seseorang. Tapi hari ini, saat ini, saat pria itu berada di hadapannya, balas menggenggam tautan jemarinya, ia merasa begitu bersyukur. Untuk pertama kalinya setelah tujuh tahun berlalu, ia merasa begitu lepas. Seperti tahanan vonis mati yang mendapat pengampunan. Atau burung peliharaan yang akhirnya bisa terbang keluar sangkar. Jika boleh, jika Tuhan mengizinkan, ia ingin pria itu terus ada di sisinya.

Sepanjang hidupnya.

Halo. Saya mau berbagi fakta menarik [baca: pengakuan dosa] tentang Hiraeth. Cerita ini sebenarnya mulai saya buat sejak 2016. Saat itu saya masih SMA dan pengetahuan saya masih sangat minim. Saya hanya membuat gambaran dan sebagian besar cerita, menulis, melanjutkan, lalu ... bensin saya habis.

Naskah ini mati suri selama empat tahun tanpa disentuh dan saya tiba-tiba berhenti menulis. Nggak sepenuhnya berhenti, memang. Saya masih menulis cerpen dan puisi untuk beberapa keperluan kampus.

Pandemi 2020 membuat saya banyak berpikir [baca: gabut] dan tiba-tiba terpikir naskah Hiraeth (yang pada saat itu masih berjudul Autumn with You). Singkat cerita, saya melakukan riset ulang, rombak cerita, membuang yang tidak perlu, menambahkan elemen yang lebih penting serta masuk akal.

Lalu, tuntaslah naskah ini.

Semoga Hiraeth bisa membawa hal-hal baik untuk para pembaca.

Terima kasih sudah berkunjung. Selamat membaca. ^^

HIRAETH [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang