Pria itu menghilang.
Jae-bi mengesah sambil memutar-mutar bolpoin di tangan kanannya. Beberapa hari lalu ketika ia sembuh dan keluar dari apartemen Jung-won, pria itu mengantarnya hingga selamat kembali ke apartemennya sendiri. Namun setelah itu, Jae-bi tak pernah melihat Jung-won lagi.
Pria itu berhenti menemuinya, berhenti menghubunginya, dan berhenti mengorbit di kehidupannya. Persis seperti menghilang ditelan bumi. Jae-bi berusaha untuk mengabaikan karena bagaimanapun juga ia tak merasa memiliki kapasitas untuk bertemu dengan Jung-won sepanjang waktu. Hanya saja, setelah apa yang mereka lalui, setelah apa yang pria itu lakukan kepadanya, Jae-bi tak bisa mengabaikan perasaan khawatir dan kesal yang menyerbunya serta merta.
Jae-bi mengesah lagi. Kali ini terlalu keras hingga menarik perhatian Ah-ra dan Ji-soo yang sedang bekerja di meja masing-masing.
“Kau kenapa Jae-bi nim? Bos sedang menyebalkan?”
Oh. Lee PD memang selalu menyebalkan. Wanita paruh baya itu selalu punya berbagai cara untuk membuat Jae-bi begitu sibuk, bahkan setelah ia mengambil cuti satu hari karena sakit. Hanya satu hari sebab waktu itu Jae-bi sakit di akhir pekan. Namun hal itu tak membuat Lee PD menjadi lebih bermurah hati. Wanita itu malah membuat Jae-bi bekerja lebih banyak dari yang seharusnya.
Meski Lee PD begitu menyebalkan, kali ini Jae-bi tak merutuk sebal karenanya. Ia merutuk sebal karena Choi Jung-won tak bisa dihubungi, tak bisa ditemui, tak menghubunginya, dan tak menemuinya.
“Aku tidak apa-apa.” Jae-bi memutuskan untuk memberi jawaban ala kadarnya, lalu memaksakan diri kembali fokus ke layar komputer.
Beberapa menit kemudian, ia mengesah lagi dengan sebal hingga kembali menarik perhatian.
“Kalau sudah seperti ini, jelas ada sesuatu yang terjadi.” Ah-ra melirik Jae-bi sekilas dari balik pembatas meja mereka. “Coba kaukatakan dengan jelas apa yang membuatmu uring-uringan seperti orang yang ditinggalkan kekasih tanpa kabar.”
Jae-bi terkesiap. Apa ia terlihat seperti itu sekarang?
“Aku tidak begitu.”
“Jika memang tidak begitu, coba berhenti mengetuk-ngetukkan kaki dan mendesah keras barang sejenak saja. Kau membuat konsentrasi kami buyar.”
Jae-bi merapatkan bibir, kali ini berusaha keras untuk tak kembali membuat keributan.
“Memangnya siapa yang menghilang tanpa kabar hingga kau uring-uringan seperti ini?” Ahn Ji-soo bertanya dari meja di samping Jae-bi. Gadis itu tampaknya menganggap serius ucapan Ah-ra yang entah mengapa malah tepat sasaran.
“Choi Jung-won?”
Jae-bi terkesiap lagi. Apa isi kepalanya sejelas itu untuk dibaca?
“Melihat reaksimu, sepertinya tebakanku benar.” Ah-ra terkekeh bangga.
“Benarkah? Choi Jung-won menghilang?” Ji-soo bertanya penasaran.
Jae-bi meringis. Menghilang memang terdengar berlebihan, tapi istilah itu entah mengapa malah terdengar cocok digunakan sekarang.
“Ia tidak menghubungiku sama sekali beberapa hari ini,” tepat setelah aku keluar dari apartemennya.
Jae-bi memutuskan untuk mengatakan sisanya di dalam hati karena tak ingin membuat Ji-soo terkejut jika mengetahui bahwa ia sempat menginap di apartemen Jung-won. Terlebih lagi, Jae-bi merasa itu terlalu pribadi untuk dibagikan kepada rekan kerja.
“Aku jadi merasa sedikit … khawatir.”
Anehnya, ketika kalimat itu meluncur dari mulutnya, Jae-bi merasa ia benar-benar khawatir. Apa yang terjadi? Apa pria itu baik-baik saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Tamat]
RomanceHan Jae-bi bersumpah bahwa hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Hari ini ia sudah jatuh dua kali, menimbulkan satu luka di tungkai kanan, satu memar di dahi, satu peringatan keras karena terlambat, dan setumpuk omelan karena...