Kembang Api di dalam Dada

16 3 2
                                    

Pria itu bersikeras melarang Jae-bi membantu mencuci piring. Jae-bi tak memiliki pilihan lain selain menurut. Sebagai gantinya, ia beranjak menuju sofa, menyiapkan obat yang diresepkan dokter, lantas meminumnya sesuai anjuran. Meski sudah merasa lebih baik, kepala Jae-bi masih pusing dan tubuhnya masih terasa panas.

“Kau ingin tidur lagi?” Rupanya Jung-won sudah selesai mencuci piring dan menyusul Jae-bi duduk di sofa.

Jae-bi menggeleng pelan. “Tapi kurasa aku akan terlelap sebentar lagi karena sudah meminum obat.”

“Kalau begitu kembalilah ke kamar.”

Jae-bi tak langsung menjawab. Sebenarnya ia memikirkan ini sejak awal setuju untuk menginap. Jika ia tidur di kamar, lalu di mana pria itu akan tidur? Ia tak bisa menahan diri lebih lama untuk bertanya. “Kau akan tidur di mana, Jung-won ssi?”

Pria itu memiringkan kepala sejenak, tampak mengamati Jae-bi dengan tatapan serius. “Kau ingin kita tidur bersama?”

Jae-bi tersentak. Ia langsung menegakkan tubuh dengan mata membola. Tidur bersama? Dengan Choi Jung-won? Astaga. Ia tak pernah membayangkan itu sebelumnya. Pipinya pasti sudah merona lagi sekarang. “Eh … itu ….”

Sedetik kemudian, Jae-bi mendengar Jung-won tertawa. Detik lainnya, ia merasakan tangan pria itu mengacak puncak rambutnya dengan pelan. Tak sampai membuat kepala Jae-bi menjadi lebih pusing memang. Tapi ia jadi bertanya-tanya kenapa sentuhan ringan itu malah berefek pada debaran jantungnya.

“Aku hanya bercanda. Kau serius sekali.” Jung-won menghabiskan sisa tawanya. “Aku akan tidur di sofa.”

“Di sini?” Jae-bi menatap sofa yang didudukinya dengan ragu. “Aku benar-benar merepotkanmu.”

“Tidak. Sofa ini cukup luas. Lagipula aku bisa mengubahnya menjadi ranjang dadakan. Lihatlah.”

Jung-won bangkit berdiri diikuti oleh Jae-bi. Pria itu menggeser meja, menarik tali-tali yang ada di sofa, dan sejurus kemudian, sofa itu berubah besar seperti ranjang. Jae-bi mengamatinya dengan takjub sampai tak sadar sudah berdecak kagum.

“Hebat, bukan?” Nada suara Jung-won terdengar bangga. “Jadi kau tidak perlu khawatir lagi.”

“Kurasa begitu. Kau punya selimut lain?” Meski sudah memiliki ranjang, tidur di ruang tengah pasti akan tetap terasa dingin.

“Punya. Aku juga punya beberapa bantal lagi. Jangan khawatir, Nona Han. Kau sama sekali tidak membuatku repot. Aku senang kau di sini.” Pria itu menatapnya sambil tersenyum meyakinkan. Mau tak mau, Jae-bi jadi merasa lega.

“Syukurlah kalau begitu.”

“Kau bisa beristirahat lagi sementara aku akan bekerja.”

Jae-bi hampir terkesiap karena Jung-won tiba-tiba menggamit tangannya lalu menuntunnya menuju kamar. Pria itu bahkan membantu Jae-bi berbaring dan menyelimutinya.

“Kau terlihat seperti ayahku.”

Jung-won terkekeh pelan. “Kuharap aku bisa memainkan peran lain selain menjadi ayahmu.”

Jae-bi mengangkat alis, tak mengerti dengan ucapan Jung-won. Namun sepertinya pria itu tak berniat untuk menjelaskan apa pun. Sebagai gantinya, ia malah mengusap kepala Jae-bi dengan lembut, membuat Jae-bi tanpa sadar menahan napas.

Astaga. Pria itu banyak menyentuhnya hari ini.

“Tidurlah lagi. Jika kau membutuhkanku, aku ada di ruang kerja.”

Jae-bi mengangguk pelan, membiarkan pria itu mengusap lagi puncak kepalanya, sebelum beranjak meninggalkan kamar.

Saat itu, Jae-bi baru bisa bernapas dengan normal. Tangannya beranjak menuju dada dan merasakan debaran kencang di sana. Ia harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang. Karena pria itu, pria bernama Choi Jung-won itu, telah meledakkan jutaan kembang api di dada Jae-bi

HIRAETH [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang