Mimpi Buruk yang Familier

15 2 9
                                    

"Tebak aku sedang berada di mana!"

"Neraka?"

"HEY!"

Choi Jung-won terkekeh sambil menjauhkan ponsel dari telinga untuk menghindari teriakan kakaknya. Sudah dua bulan lebih ia tidak berjumpa dengan Choi Eun-ri. Itu artinya sudah dua bulan lebih juga ia tidak menjahili kakak perempuannya itu.

"Bagaimana keadaan di sana? Kudengar di sana sangat panas."

"Aku sedang tidak di neraka, bodoh! Kau saja yang pergi ke neraka sana!"

Kali ini Jung-won tertawa kencang. Astaga. Menggoda Eun-ri memang selalu menyenangkan. Ia selalu suka kemarahan Eun-ri yang meledak-ledak tapi tak pernah serius itu. Terdengar menyenangkan dan ampuh untuk membangkitkan sisi jahil Jung-won.

"Aku sudah di Seoul."

"Apa?"

"Aku di Seoul."

"Sejak kapan?"

"Sepuluh menit lalu, kurasa."

Jung-won jelas kaget karena Eun-ri tiba-tiba sudah ada di Seoul. Bagaimana mungkin kakaknya itu pulang ke Seoul tanpa mengabarinya? Oh, Jung-won jelas tidak memiliki hak untuk berkata begitu karena ia sendiri pun pernah melakukan hal serupa.

"Untuk apa?"

"Urusan pekerjaan. Nanti akan kujelaskan. Tapi sekarang, bisakah adikku yang manis ini menjemputku di bandara?"

Choi Jung-won melirik jam di dinding ruang studionya. Sebenarnya ia harus menemui Jae-bi dua jam lagi. Gadis itu siaran pukul tujuh dan akan selesai pukul delapan malam. Jika ia pergi ke bandara untuk menjemput Eun-ri, ia bisa terlambat menemui Han Jae-bi. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan Eun-ri begitu saja. Jadi, misinya kali itu adalah menjemput secepat kilat, tidak mengizinkan Eun-ri mampir ke mana pun, membiarkan kakaknya tinggal sebentar di apartemennya, lalu bergegas menuju tempat Jae-bi bekerja.

Sempurna.

"Aku akan segera ke sana."

"Kau memang yang terbaik!"

Lalu Jung-won langsung berkemas dan meninggalkan ruang kerjanya. Ia menyapa beberapa orang yang berpapasan dengannya, mengatakan secara singkat bahwa ia harus segera pergi untuk urusan penting. Jung-won meletakkan tas kecilnya di kursi penumpang, menepuk benda itu pelan. Atau lebih tepatnya, sesuatu yang ada di dalamnya, lalu mengulum senyum sambil mulai menjalankan mobil.

Kemarin ia sedikit berbohong kepada Han Jae-bi dengan mengatakan bahwa ia tidak sengaja bertemu dengan Lee PD di lobi lalu mengobrol sambil minum kopi. Sebenarnya, ia tidak sepenuhnya berbohong. Mereka memang bertemu di lobi, tetapi Jung-won sengaja melakukannya untuk dapat berbicara dengan Lee PD secara pribadi. Misinya hari itu adalah meminta tolong kepada atasan Jae-bi itu untuk mengizinkan Jae-bi membacakan surat khusus darinya.

Awalnya Lee PD menolak karena wanita itu bersikeras tidak ingin mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Lee PD kemudian mengusulkan agar Jung-won mengirimkan surat itu secara resmi seperti surat lainnya. Namun Jung-won tidak ingin suratnya diseleksi karena itu artinya Jae-bi akan mengetahui isi surat itu terlebih dahulu sebelum dibacakan kepada pendengar.

Tidak. Jung-won ingin membuat gadis itu terkejut meskipun itu artinya ia harus terlihat konyol di hadapan semua warga Seoul. Setelah membujuk, merayu, dan menjanjikan reservasi di restoran mewah, akhirnya Jung-won berhasil mendapatkan izin dari Lee PD.

Jung-won jadi terkekeh sendiri. Ia merasa lucu. Setelah kemarin secara spontan mengajak Han Jae-bi menonton pertunjukan teater, Jung-won merasa bahwa menyusun rencana kejutan seperti ini adalah sesuatu yang aneh. Sangat tidak dirinya. Namun ia tidak keberatan dan malah memenuhi isi otaknya dengan bayangan bagaimana rancana ini akan berjalan.

HIRAETH [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang