"Nona Han. Jika tidak jadi penyiar, mungkinkah kau akan melamar kerja menjadi koki?" Jung-won menghirup kuah supnya langsung dari mangkuk, kemudian mendesah puas. "Kau sungguh pandai memasak."
Satu jam lalu, ketika akhirnya mereka sampai di apartemen Jae-bi sesuai rencana, Jae-bi memasak untuk makan malam. Gadis itu memang pandai memasak. Jung-won hampir menangis karena masakan ini sungguh-sungguh nikmat.
"Aku menghabiskan masa remajaku membantu Bibi Song di kedai. Apa yang kauharapkan?"
"Ah, benar juga." Jung-won terkekeh. Ia pernah makan masakan Bibi Song dan mendapati rasa yang familier dengan masakan Jae-bi sekarang. "Sepertinya kau dan Bibi Song memang ditakdirkan untuk bisa menciptakan segala jenis masakan lezat."
"Tidak juga. Sebenarnya Bibi Song hanya bisa memasak masakan Korea." Jung-won melihat pipi gadis itu sedikit merona ketika melanjutkan ucapannya. "Kurasa aku bisa memasak masakan luar negeri."
Jung-won tersenyum. Gadis itu terlihat menggemaskan saat dengan malu-malu mengatakan keahliannya. "Masakan luar negeri?"
"Ya. Aku suka mencoba resep baru dari internet. Kadang memodifikasinya dengan cita rasa Korea. Jangan memujiku terlalu tinggi. Aku juga sering gagal dan menciptakan rasa yang mengerikan."
"Aku jadi ingin mencoba eksperimenmu."
Pipi Jae-bi kembali merona dan Jung-won harus menahan diri untuk tak mencubit pipi itu dengan gemas. Oh astaga. Ia harus mengalihkan perhatian agar tak melarikan tangannya ke wajah Han Jae-bi. Jadi Jung-won memutuskan untuk menatap sekelilingnya.
Ini baru pertama kalinya Jung-won masuk ke apartemen Jae-bi. Apartemen ini merupakan tipe loft apartement yang tidak terlalu luas, tapi tetap nyaman. Hanya seperti satu ruangan persegi panjang yang terbagi atas kamar mandi, dapur, dan area duduk.
Dapur kecil Han Jae-bi dibatasi oleh sebuah tembok dengan lubang di bagian tengah yang berfungsi sebagai kitchen island. Di seberangnya, diletakkan meja makan berukuran sedang dengan empat kursi kayu. Area duduk diisi oleh sebuah sofa kecil berwarna krem, kursi malas berwarna cokelat tua, serta sebuah meja kecil putih yang semuanya berada di atas karpet berbulu lembut. Di seberangnya, ada sebuah meja panjang, tempat diletakkannya televisi, speaker, VCD player, dan koleksi kaset serta album.
Selain itu, ada beberapa ambalan yang disusun zig-zag berisi koleksi buku, membentang di dinding sebelah televisi. Karena apartemen ini adalah tipe loft, kamar tidur berada di atas. Jung-won tak bisa melihat kamar Han Jae-bi karena jika ingin, ia harus memanjat tangga di samping meja makan.
Jung-won menyukai tempat ini. Meski tak terlalu luas, Jae-bi mampu menatanya dengan baik, sehingga apartemen ini terlihat lebih luas. Gadis itu juga banyak menggunakan perabot dengan warna-warna pastel dan lampu-lampu tambahan bercahaya redup yang menjadikan tempat ini terasa hangat sekaligus nyaman.
Menurut Jung-won, apartemen ini adalah tempat yang sempurna untuk bersantai sambil membaca buku, menonton film, memandangi hujan dari balik jendela besar, mengagumi cuaca.
"Apartemenmu bagus," komentar Jung-won jujur. Sekali datang kemari, Jung-won langsung menyukai hunian Jae-bi. Ia jadi bertanya-tanya, apa ia bisa lebih sering datang kemari.
"Sepertinya aku pernah mendengar kalimat seperti itu sebelumnya."
"Tentu saja, karena kau yang mengucapkannya sendiri ketika datang ke apartemenku untuk pertama kali."
Jae-bi mengangguk. "Benar. Aku pernah bilang begitu."
Jung-won kembali menatap sekeliling. Kali ini matanya tertuju pada sebuah radio tua di atas meja kopi, tepat di samping sofa. "Radio itu terliat tua. Apakah masih bisa berfungsi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Tamat]
RomanceHan Jae-bi bersumpah bahwa hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Hari ini ia sudah jatuh dua kali, menimbulkan satu luka di tungkai kanan, satu memar di dahi, satu peringatan keras karena terlambat, dan setumpuk omelan karena...