"Ini tempatnya?"
Jung-won mencondongkan tubuh untuk melihat lebih jelas kedai kecil di samping mobilnya dari balik kaca. Tempat itu sangat sepi. Bukankah ini jam makan siang? Seharusnya tempat semacam ini ramai, bukan?
"Mm," Jae-bi hanya bergumam seadanya sebagai jawaban, sementara tangannya sedang sibuk mengaduk-aduk isi tas. "Di mana kutaruh ponselku? ... oh, ini dia."
Jung-won menoleh pada Jae-bi sekilas, kemudian kembali ke arah kedai kecil itu. Ia menyipitkan mata dan melihat tulisan close di pintu masuknya. "Tapi, Nona Han. Tempat ini tutup."
Jae-bi kembali bergumam tidak jelas sambil mengutak-atik ponselnya.
"Tempat ini tutup, Nona Han." Jung-won mengulangi ketika tak mendapat respon dari Jae-bi.
"Apa? Mereka memang tutup di hari Minggu." Jae-bi menjawab tanpa menatap Jung-won karena masih sibuk mengetikkan pesan.
"Lalu untuk apa kita kemari?"
"Tentu saja untuk makan siang."
"Di tempat makan yang sedang tutup?"
Jae-bi melempar ponselnya ke dalam tas dan menatap Jung-won yang kelihatan bingung. "Ya, tentu saja kita akan makan di sini. Kalau kau lupa, kita diundang untuk makan siang, bukannya sedang mencari tempat untuk makan."
"Benar juga." Jung-won mengangguk-angguk kecil sementara ia melepaskan sabuk pengaman kemudian menyusul Jae-bi yang sudah lebih dulu keluar dari mobil.
Jae-bi mendorong pintu kedai hingga menimbulkan suara gemerincing karena lonceng di atasnya berbunyi ketika pintu dibuka. Setelah itu, mereka langsung disambut dengan sangat hangat oleh Bibi Song.
"Jae-bi ya. Akhirnya kau datang juga. Kupikir kau tidak jadi kemari. Jung-won ssi, kau juga datang? Wah, ternyata Han Jae-bi berhasil membujukmu, ya?"
Jung-won bingung saat Bibi Song menyinggung soal Jae-bi yang membujuknya, tapi kemudian ia memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan itu dan menjawab pertanyaan pertama. "Iya, Bibi Song."
"Mana yang lain? Kenapa kalian hanya berdua?"
"Ah-ra Eonni belum pulang, Bibi, seperti yang kukatakan sebelumnya. Dan, Hyun-dae Oppa sedang sangat sibuk, jadi dia tidak bisa datang. Tapi aku berjanji akan membawakannya makanan dari sini nanti. Kau tidak keberatan, Bibi?"
"Tentu saja tidak. Akan kupastikan ia juga makan semua makanan yang kumasak siang ini. Nah, ayo masuk. Kau juga, Jung-won ssi. Jangan malu-malu begitu."
Jung-won tersenyum sopan sambil mengikuti Bibi Song dan Jae-bi sambil memperhatikan sekeliling. Kedai itu tidak terlalu besar. Desainnya modern, tapi juga menekankan unsur Korea di zaman dinasti Joseon. Terlihat dari beberapa tulisan karakter kuno yang menjadi hiasan dinding dan beberapa lukisan yang menggambarkan suasana Korea pada zaman itu. Berseberangan sekali dengan lukisan abstrak yang sangat minimalis. Kombinasi ini anehnya menimbulkan kesan hangat yang unik, yang tentu saja tak pernah dirasakan Jung-won sebelumnya.
Meja-meja berwarna putih disusun dengan rapi hingga memenuhi sisi kiri ruangan. Sedangkan di sisi kanan, agak menjorok ke dalam sehingga tidak terlalu menarik perhatian karena letaknya yang juga sedikit tertutup sekat, diisi meja panjang yang rendah tanpa kursi. Hanya ada bantalan kecil yang mengelilinginya, diperuntukan untuk tamu dalam jumlah lebih dari empat orang.
Jung-won mengira mereka akan makan di kedai. Namun sepertinya ia salah karena Bibi Song malah mengajaknya menaiki tangga. Saat sampai di lantai atas, Jung-won baru sadar bahwa dirinya berada di sebuah rumah yang didominasi oleh kayu sehingga terkesan hangat. Sama seperti kedai di bawah, tempat ini tak terlalu luas. Perabotan terbuat dari kayu, disusun dengan rapi memenuhi sudut-sudut ruangan. Di ruang tengah, ia melihat sebuah meja panjang berkaki rendah yang dipenuhi oleh banyak sekali macam makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Tamat]
RomanceHan Jae-bi bersumpah bahwa hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Hari ini ia sudah jatuh dua kali, menimbulkan satu luka di tungkai kanan, satu memar di dahi, satu peringatan keras karena terlambat, dan setumpuk omelan karena...