Perkumpulan Orang-Orang Menyenangkan

15 3 0
                                    

“Hyun-dae Hyung sudah datang.”

Jae-bi sedang menata alat makan di meja ketika Seung-jo melapor. Tak lama kemudian, Hyun-dae muncul dari balik pintu diikuti oleh Jung-won. Mendadak Jae-bi merasa gugup.

Beberapa saat lalu ia sudah menelanjangi diri di depan Ah-ra dan Bibi Song. Mereka sudah tahu bagaimana akhirnya Jae-bi dan Jung-won berteman. Biasanya ia akan merasa lega jika sudah mengungkapkan isi hati. Hanya saja, ia tak bisa merasa begitu malam ini. Mengingat bagaimana reaksi terkejut Ah-ra dan Bibi Song, Jae-bi jadi khawatir kedua wanita itu bicara macam-macam. Ia merapalkan doa dalam hati agar tak terjadi apa pun, setidaknya sampai acara makan malam ini selesai.

“Selamat datang.”

Jae-bi melihat Hyun-dae dan Jung-won menunduk sambil mengucapkan salam. Kemudian Hyun-dae tampak memperkenalkan Jung-won dengan Ah-ra. Mereka saling berjabat tangan dan Jung-won mengatakan sesuatu yang membuat Ah-ra tertawa. Jae-bi tak bisa mendengar dengan jelas dari tempatnya duduk. Ia bangkit berdiri dan menghampiri Hyun-dae.

“Selamat ulang tahun, Oppa. Doa terbaik selalu untukmu.”

“Jae-bi ya …” Hyun-dae merentangkan tangan dan Jae-bi masuk ke dalam pelukan pria itu. “Terima kasih banyak.” Lalu pelukan itu terlepas.

Jae-bi menyingkir, memberi kesempatan kepada keluarga Song untuk memberi ucapan kepada Hyun-dae.

“Selamat malam, Nona Han.”

Jung-won menyapa dengan senyum terkembang. Malam ini pria itu tampak tampan dengan sweater abu-abu dan celana denim longgar. Sebenarnya tak ada yang berbeda dari penampilan Jung-won malam ini. Pria itu sering berpenampilan seperti ini dan Jae-bi merasa biasa saja. Kenapa malam ini ia merasa berbeda?

“Selamat malam.” Jae-bi membalas senyum pria itu. “Kau datang.”

“Ya. Kuharap kau tidak keberatan.”

Jae-bi menggeleng pelan. “Ini ulang tahun Hyun-dae Oppa. Kau berhak datang.”

“Kemarilah. Kita mulai acaranya,” panggil Bibi Song dan semua orang beranjak untuk duduk mengelilingi meja. Dengan begitu, acara makan malam pun dimulai.

***

Jung-won suka suasana ini. Duduk bersama mengelilingi meja makan, saling menyuapi satu sama lain, membicarakan berbagai topik menyenangkan, saling melempar lelucon, dan tertawa terbahak-bahak. Rasanya sudah sangat lama ia tak sebebas dan seringan ini berada di tengah orang-orang baru.

Jung-won juga baru bertemu Ah-ra hari ini. Kekasih sepupunya itu adalah orang yang lucu. Ia mampu membawa suasana menjadi begitu hidup dan menyenangkan. Cocok sekali dengan keluarga Song yang juga suka bercanda. Jadilah Jung-won merasa sakit perut saking banyaknya tertawa.

Hyun-dae juga terlihat begitu senang. Sepupunya itu jarang sekali tersenyum, apalagi tertawa. Jung-won bahkan lupa kapan terakhir kali melihat Hyun-dae tersenyum. Diam-diam ia bersyukur karena setidaknya hari ini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa urat senyum di wajah sepupunya itu tidak putus. Pria itu bisa tersenyum dan tertawa dengan sangat baik.

Jae-bi juga terlihat berbeda. Hari ini gadis itu banyak tertawa, tampak begitu senang dan lepas. Gadis itu sepertinya tidak menahan-nahan diri untuk tertawa kencang menanggapi tebak-tebakan yang dilontarkan Paman Song. Jung-won belum pernah melihat Jae-bi tertawa selepas itu sebelumnya. Malam ini ia merasa beruntung karena bisa melihatnya langsung. Dalam hati, diam-diam ia berharap suatu saat nanti dapat melihat lagi Jae-bi tertawa selepas itu karena dirinya.

“Omong-omong berapa usaimu, Jung-won ssi?”

Jung-won mengalihkan tatapan kepada Ah-ra yang bertanya padanya. “29 tahun.”

HIRAETH [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang