Lagu itu sedang memutar chorus terakhir ketika ponsel Jung-won berbunyi tanda sebuah panggilan masuk. Jung-won menekan tombol henti di layar komputer untuk meraih ponselnya. Dari Min PD, direktur utama label indie tempatnya sekarang bekerja.
“Halo?”
“JW!” Min PD berseru di seberang sana, terdengar begitu gembira. “Kau sudah membaca berita?”
“Berita apa?”
“Peluncuran lagu JIA! Lagumu! Lagumu memuncaki tangga lagu di semua platform musik Korea. Oh astaga. Mereka benar. Kau sungguh jenius." Min PD tertawa setelah menyelesaikan ucapannya.
Jung-won yang mendengar kabar baik tentang lagu buatannya pun jadi ikut bersemangat. Ia lekas-lekas mengakses berita di internet dari komputernya. Sejurus kemudian, berbagai berita muncul serta merta memberitakan fenomena unik ini.
Jung-won tak terlalu memperhatikan bagaimana berita itu membawa nama JW sebagai poduser jenius. Yang membuatnya senang bukan kepalang adalah komentar-komentar positif pendengar tentang lagu gubahannya itu.
“Lagu ini luar biasa!”
“Ketika pertama kali mendengar lagu ini, aku merasa seperti sedang jatuh cinta.”
“Melodinya ringan dan mudah diingat.”
“Liriknya membuatku hampir menangis karena gemas.”Jung-won mengembangkan senyum. Minggu lalu seisi kantor dibuat kalang kabut karena seseorang tanpa sengaja menghapus lagu yang seharusnya rilis hari ini. Mereka terpaksa harus melakukan rekaman dan aransemen ulang, sehingga Jung-won berubah menjadi begitu sibuk. Ia sedikit khawatir jika rekam ulang dadakan itu membuat lagunya tidak sebagus yang ia harapkan. Namun setelah membaca respon dari pendengar, Jung-won serta merta diliputi rasa lega.
“Kau sudah membacanya?”
Sejenak setelah menikmati euforia kesuksesan lagunya, Jung-won kembali ditarik menuju kenyataan dengan suara Min PD yang ternyata masih meneleponnya.
“Sudah.”
“Kau melakukannya dengan baik, JW ssi.”
“Terima kasih.”
“Oh, seharusnya aku yang berterima kasih padamu sudah mau bergabung dengan Aurora.” Min PD terkekeh. “Kita akan merayakannya bersama yang lain. Akan kukabari waktu dan tempatnya. Pastikan kau bisa hadir, JW ssi. Selamat malam.”
Sambungan telepon pun terputus setelah Jung-won membalas ucapan selamat malam. Ia menatap layar komputer yang kembali menampilkan lagu buatannya. Lagu ini berbeda dengan proyek label. Lagu ini adalah karya pribadi yang Jung-won buat ketika memikirkan Han Jae-bi.
Ah, gadis itu.
Setelah pernyataan rindunya kemarin, Jung-won belum menghubungi Jae-bi lagi. Dan sekarang, setelah mendapat kabar baik tentang lagu gubahannya, Jung-won merasa ingin menelepon gadis itu untuk berbagi kebahagiaan. Ia hendak menghubungi Jae-bi, tapi tak jadi karena justru gadis itu mendadak meneleponnya. Tanpa pikir panjang, Jung-won langsung mengangkat panggilan itu pada dering pertama.
“Halo, Nona Han.”
“Jung-won ssi. Kau sudah makan malam?”
“Belum. Kau sudah?”
“Aku juga belum.”
“Kalau begitu kau ingin makan bersama? Kebetulan ada kabar baik yang ingin kusampaikan.”
“Benarkah? Apa itu?”
“Nanti saja saat kita bertemu. Kau sudah selesai siaran? Tunggu sebentar. Aku akan menjemputmu.”
“Tidak,” sahut Jae-bi cepat. “Maksudku kau tidak usah ke sana. Aku sudah di depan.”
“Apa?” Jung-won langsung bangkit dari kursi kerjanya, lalu melesat menuju pintu. Ketika pintu itu terbuka, benar saja, Han Jae-bi sudah ada di sana. “Nona Han?”
Gadis itu mendongak sambil tersenyum lebar. Ia mengangkat tinggi-tinggi sebuah papperbag di tangannya. “Aku membuat kepiting pedas. Kau punya banchan di kulkas?”
Jung-won mengangguk seraya menggeser tubuhnya sendiri, mempersilakan Jae-bi masuk. “Ibuku membawakanku banyak banchan kemarin. Aku sampai bingung bagaimana cara menghabiskannya.”
“Itu artinya kau harus sering makan makanan sehat daripada makanan cepat saji.” Jae-bi langsung menuju dapur, membongkar kulkas, lalu menyiapkan makan malam dengan cekatan seolah sedang berada di rumah sendiri. Jung-won tak keberatan. Melihat gadis itu terlihat nyaman berada di tempatnya membuat Jung-won merasa senang.
“Coba lihat betapa banyak mi instan di sini,” sungut Jae-bi saat melihat isi kabinet dapur Jung-won. “Kurasa aku harus mencuri beberapa agar kau tidak terus menerus memakannya.”
“Itu harta karunku, Nona Han. Kau jahat sekali.”
Disaksikannya Jae-bi berhenti bergerak, lalu menatapnya dengan tatapan marah. “Berjanjilah padaku kau akan makan dengan benar mulai sekarang.”
Jung-won mengangkat bahu. “Kalau begitu kau harus sering-sering memasak untukku. Kau, kan, tahu sendiri aku tidak pandai memasak.”
“Tapi waktu itu kau memasak untukku.”
“Itu karena kau sedang tidak dalam keadaan baik.” Jung-won tahu argumennya tak kuat dan sama sekali tak berhubungan. Sesungguhnya ia memang malas memasak. Apalagi untuk diri sendiri.
“Kalau begitu berbuatlah baik pada dirimu sendiri,” putus Jae-bi. “Omong-omong soal baik, kau bilang tadi punya kabar baik.”
“Oh benar.” Diingatkan soal itu, senyum Jung-won jadi merekah lebar. “Lagu gubahanku memuncaki tangga lagu.”
Jae-bi berhenti bergerak lagi. Kali ini balas menatap Jung-won dengan senyum yang juga merekah lebar di wajahnya. “Aku sudah tahu. Aku mendengarnya dari Ah-ra Eonni. Lagumu dinyanyikan oleh JIA, bukan? Penyanyi pendatang baru itu?”
Jung-won mengangguk membenarkan.
“Kau pantas mendapatkannya, Jung-won ssi. Lagumu memang luar biasa.”
Senyuman Jung-won bertambah lebar demi mendengar pujian itu. “Terima kasih, Nona Han.”
“Mari kita rayakan keberhasilanmu. Pesta kepiting pedas?”
Tawaran Jae-bi membuat Jung-won tertawa senang. “Ide bagus.”
―
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH [Tamat]
RomanceHan Jae-bi bersumpah bahwa hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Hari ini ia sudah jatuh dua kali, menimbulkan satu luka di tungkai kanan, satu memar di dahi, satu peringatan keras karena terlambat, dan setumpuk omelan karena...