Hari Belanja

29 7 5
                                    

Hari Minggu pertama di awal bulan. Hari belanja bagi Jae-bi. Ia selalu menyukai kegiatan ini karena itu memungkinkan dirinya merasa lebih santai.

Jae-bi suka menyusuri rak demi rak untuk mencari kebutuhan sehari-hari, mengambil barang dengan merek dan jumlah yang sama setiap bulannya, atau terkadang ia juga menambahkan beberapa camilan dan buah-buah yang sedang musim. Berbelanja selalu menyenangkan.

Namun ia mungkin tak akan menyangka jika jadwal belanja rutinnya kali ini menjadi sedikit berbeda.

Jae-bi sedang mendorong trolinya menuju tempat jus buah. Ia baru saja mengambil sebotol jus apel ketika ia mendengar suara orang terkesiap dengan dramatis. Jae-bi menoleh dan ikut terkesiap melihat siapa yang ada di depannya.

Choi Jung-won.

“Kita bertemu lagi, Nona Han.” Jung-won tersenyum lebar sambil mengacungkan dua botol besar ke hadapan Jae-bi. Satu berisi jus anggur, satu lagi berisi jus jeruk. “Menurutmu mana yang lebih enak?”

Jae-bi menatap dua botol itu bergantian, kemudian ia mengangkat botol yang ada di tangannya sendiri. “Ini lebih enak.”

Jung-won berpikir sejenak lalu mengangguk-angguk seolah sudah menyepakati sesuatu. “Baiklah.” Ia mengembalikan dua botol tadi ke tempatnya, lalu mengambil satu botol raksasa berisi jus apel. “Aku mengikuti saranmu.”

Jae-bi mengangkat bahunya tak peduli. Ia mendorong trolinya menjauhi Jung-won menuju rak susu.

“Omong-omong, Nona Han.” Oh, Jung-won mengikutinya. “Aku sudah menemukan alasan yang bisa kuajukan untuk menjadi temanmu.”

“Benarkah? Apa itu?” Jae-bi memilah susu kotak di hadapannya, pura-pura tidak peduli meski ia masih mendengarkan Jung-won dengan seksama.

“Pertama, aku adalah orang yang menahanmu ketika kau hampir jatuh kemarin. Kedua, aku mengantarmu pulang semalam, sekaligus menyelamatkanmu dari ancaman basah kuyup karena hujan. Ketiga, aku tampan.”

Jae-bi langsung memusatkan perhatiannya pada Jung-won ketika mendengar poin terakhir. Apa katanya tadi? Tampan? Alih-alih merasa kesal karena jawaban Jung-won yang asal-asalan, ia malah mendengkus geli.

“Alasan macam apa itu?”

“Mana kutahu.” Jung-won terkekeh menyadari kekonyolannya. “Nah, sekarang aku sudah jadi temanmu?”

“Entahlah.” Jae-bi mengangkat bahunya acuh tak acuh.

“Kenapa? Bukankah kau bilang akan jadi temanku jika aku sudah mengajukan tiga alasan?”

“Aku tidak bilang begitu.”

“Kau bilang begitu, Nona Han.” Jung-won tampak tak terima.

“Tidak. Aku bilang aku akan pertimbangkan lagi.”

Bahu Jung-won langsung melesak seketika itu juga. Wajahnya terlihat kecewa, tapi kemudian ia tertawa sendiri.

“Kau benar. Aku lupa.” Jung-won mengangguk satu kali, lalu melanjutkan, “Kalau begitu, aku akan ....”

“Jae-bi ya?”

Kata-kata Jung-won tak pernah selesai karena seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka dengan wajah berseri-seri.

“Han Jae-bi.” Wanita itu merangkul sebelah lengan Jae-bi dengan akrab. “Bagaimana kabarmu? Kenapa jarang sekali menelepon? Kapan terakhir kau menelepon? Itu satu minggu yang lalu, kan? Dan kenapa kau jarang sekali mampir ke kedai? Kau tidak rindu mi dingin buatanku? Aku akan buatkan yang paling enak jika kau mau datang akhir pekan depan. Astaga, kau terlihat makin kurus. Kau harus benar-benar datang ke tempatku. Oh, siapa ini? Kau sudah punya pacar?”

HIRAETH [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang