Ada sebagian dari dirimu yang ku puja. Entah bagaimana kamu terlihat begitu memesona, dengan gaya sederhana. Atau bagaimana kamu menumbuhkan rasa senang yang luar biasa, juga debaran tak kasat mata.
***
"Bre, bre!" Daffin berteriak dengan wajah sumringah sambil berlari masuk ke lapangan futsal. "BREWOKAN!!"
Tak lama setelah itu, suara petit terdengar sebelum hujan beranjak mengikuti. Untung saja cowok itu sudah sampai di sini lebih dulu. Bersamaan dengan itu, barulah kedua temannya menoleh dengan pandangan heran.
"Gue ketemu Sasa, dong!" ucapnya setelah sampai di hadapan Zoe dan Cakra yang sedang duduk-duduk santai di pinggir lapangan. Ia tampak begitu bahagia.
"Alah, Sasa doang juga banyak di rak Alpa." Zoe menyahut remeh.
"Bukan Sasa yang diiklanin Miwon, anjrit!" sahutnya kelihatan tak terima.
Cakra mengernyit, lantas berseru membenarkan, "Siwon, geblek."
"Siwon ngiklan indomie, elah," sahut Zoe.
"Mi sedep itu woy, beda." Daffin ikut-ikutan.
"Sama, lah. Sama-sama mi," jawab Cakra tidak terima.
"Lo sama Zoe juga sama-sama orang. Tapi beda produk, kan? Tempat bikinnya aja beda." Daffin malah menjelaskan. "Woy elah! Gue lagi seneng banget ini."
Cakra mengernyit. "Sasa apa sih?"
"Saffirny!" sahut Daffin menggebu-gebu.
"Oalah Tininit."
"Tininit pala Lo!" Daffin berseru berang, melotot tak terima ke arah Cakra sebelum pandangannya kembali menerawang dengan tatapan memuja yang begitu ketara. "Ya ampun, pulang juga itu cewek."
"Dia udah punya anak berapa?" tanya Zoe penasaran, wajahnya seakan tidak punya dosa.
Daffin melotot lagi. "Lakinya aja di sini, kapan buat anaknya? Mikir dong!"
Cakra dan Zoe yang kelihatannya tampak pengertian, membiarkan saja Daffin mengekspresikan kesenangannya. Paling cuma berucap dalam hati, agaknya ini anak sedang berbunga-bunga.
"Eh, tau nggak? Sasa taunya udah lama pulangnya!" Dia kembali curhat. "Tapi kenapa nggak mau nyamperin gue yak."
"Takut Lo burik kali." Zoe menyahut.
Cakra ikut nimbrung, "Kalo sekarang Lo burik, dia pasti ogah sama Lo deh. Yakin gue."
"Nggak gitu, ya!" Daffin berseru. "Katanya dia suka sama gue karena gue Daffin, gitu."
Zoe memutar bola matanya. "Kagak aja juga yang bilang kalo Lo Mail."
"Gue merasa tidak adil!" Cakra tiba-tiba saja berseru protes. "Masa Lo udah ketemu Tininit, gue belom balikan sama Retta, sih? Bantuin dong, elah."
"Ya susah dong," timpal Zoe. "Kata Lo kan Retta udah punya pacar. Kalo mau balikan, entar pacarnya ambyar."
"Nggak pa-pa ambyar, yang penting gue utuh!"
"Ini, nih!" Daffin menunjuk-nunjuk Cakra. "Yang bikin Retta males sama Lo."
"Ya habis gimana." Cakra mencari pembelaan. "Gue juga pengen bahagia."
"Bahasa Lo gitu amat." Zoe geleng-geleng kepala.
"Dahlah, nggak usah mikirin mantan. Yok gue jajanin!" Daffin melangkah lebih dulu seolah memberi instruksi. Kebetulan sekali karena di depan bangunan ini, banyak pedangang berjajar rapi. Terobos hujan dikit nggak pa-pa, lah. Asal dapat makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERAUNOPHILE [Completed]
Teen FictionSama halnya dengan sebuah lilin di tengah gelapnya malam, seperti itulah hubungan benang raja dengan sang guntur. ©copyright Listikay Oktober 2020.